Management Trends

Margahayu Land Bidik Posisi 10 Besar

Margahayu Land Bidik Posisi 10 Besar

Tiga dekade lamanya, Margahayu Land Group membangun kerajaan bisnisnya. Kini, pengembang asal Kota Kembang itu membidik posisi 10 besar pengembang top di Indonesia. Bagaimana caranya? “Kami berupaya terus belajar dan membangun relasi. Salah satunya, dengan berguru ke Pak Ciputra untuk belajar bagaimana bermain di pentas nasional. Kami juga terus mengembangkan beberapa proyek,” kata Hari Raharta Sudrajat, Direktur Utama PT Margahayu Land.

Hari Raharta Sudrajat, Direktur Utama PT Margahayu Land.

Hari Raharta Sudrajat, Direktur Utama PT Margahayu Land.

Menurut dia, perseroan selalu berupaya membangun properti yang lestari dan membawa manfaat bagi semua pemangku kepentingan. Ke depan, perseroan juga berencana menawarkan saham ke publik (IPO). “Kami punya value dalam mengembangkan properti yakni value of investment, yakni bermanfaat bagi investor. Lalu, value of living, yakni bagaimana kondisi lingkungan di sekitar. Selanjutnya, value of happiness dan value of businesss,” kata dia.

Pada 2005, perseroan mengganti nama Raya Incorp menjadi Margahayu Land dan diikuti dengan mendirikan anak perusahaan; PT Metro Perdana Trade Center, PT Metro Permata , PT Permata Margahayuland, PT Metro Margahayuland, PT Gracia Griya Kencana, PT Grabindo Indah Raya, PT Kreasi Graha Raya, PT Raya Devindo, PT Kharisma Paramdya Raya dan PT Gracia Griya Kencana.

Perseroan fokus pada pengembangan residensial baik landed house maupun apartemen. Salah satu proyek terbesar adalah Menara Latumenten yang terdiri atas 4 tower dengan luas 1,3 ha. Adapun, jumlah unitnya 1.300 unit dengan nilai investasi Rp 200 miliar.

Awalnya, mereka membidik segmen low cost dan low rise. Proyek properti mereka lebih dikenal dengan sebutan RSS (rumah sangat sederhana). Seiring berjalannya waktu, Margahayu Land kini fokus pada 3 pilar yaitu township (30-35%), mixed house (25%), dan sisanya, hospitality dengan target market kelas B.

“Tantangan terberat saat ini adalah bisnis di Indonesia sedang surut. Di tahun 2016, ada kebijakan terkait pajak yang membuat pembelian sedikit menurun. Pembebasan lahan juga masih menjadi kendala,” kata dia.

Margahayu Land Group sudah berkiprah di sektor properti sebagai pengembang selama lebih dari tiga dekade atau tepatnya terbentuk pada 1979.

Sebelumnya, bisnis keluarga ini berkecimpung di sektor konstruksi dan perdagangan umum yang dirintis oleh Djoeliah Purwita, Ma’sum Sudradjat, dan Jajat Prianta Purwita pada 11 Februari 1971.

Selama kurun waktu tersebut Margahayu Land tercatat melahirkan produk-produk properti, terutama hunian untuk masyarakat menengah ke bawah dengan jumlah lebih dari 40.000 unit, serta properti komersial yang tersebar di Bandung dan sekitarnya. (Reportase: M Nurhadi Pratomo)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved