Marketing Strategy

Bagaimana Membesarkan Merek Akuisisi?

Bagaimana Membesarkan Merek Akuisisi?

Aksi jual beli merek antar korporat makin banyak terjadi. Beberapa merek lokal akhirnya jatuh ke tangan perusahaan besar setelah diakusisi. Hasilnya, ada yang menjadi pemimpin pasar, namun ada pula yang justru kehilanggan pamor dan pelanggan. Lalu bagaimana seharusnya perusahaan membesarkan merek akuisisi tersebut. Rudy Handoko, Direktur Program Sarjana Prasetiya Mulya Business School memberikan pandangannya.

Rudy Handoko, Direktur Program Sarjana Prasetiya Mulya Business School

Salah satu permasalahan yang paling besar dalam pemasaran produk menurut Rudy adalah soal branding baik sebagai perusahaan besar atau kecil. Begitu sulitnya membuat merek yang kuat di pasaran, akibatnya perusahaan besar mengambil shortcut (jalan pintas) dengan mengakuisisi merek yang telah dikenal dan disukai.

“Dalam keadaan normal, known and preferred brand inilah yang membutuhkan waktu yang panjang dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perusahaan besar akan terus mencari brand apa yang bisa dibeli dengan uang yang dimilikinya dan mendapatkan perolehan keuntungan yang lebih cepat (more profit in less time),” Rudy menjelaskan.

Ia berpendapat, hal yang memengaruhi ketertarikan perusahaan melakukan akuisisi adalah adanya brand preference dan brand loyalty dari sebuah produk dengan merek tertentu. Konsumen tidak akan peduli siapa pemiliknya sepanjang merek tersebut memenuhi customer value yang diinginkan. Perusahaan pengakuisisi akan melihat bagaimana brand performance dalam sebuah jangka waktu tertentu. “Brand bukan hanya dibangun dengan promosi namun harus dibuktikan apakah mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen,” ungkapnya.

Oleh karena itu, langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan setelah mengaikusisi sebuah merek adalah bagaimana agar brand satisfaction berubah menjadi brand loyalty atau bila sudah ada band loyalty maka hal ini harus dipertahankan. Di tahap ini konsumen akan begitu terikat dengan merek sehingga tidak akan berpaling ke lain hati kecuali ada penurunan kualitas yang dirasakan.

Rudy membenarkan jika memang nama besar dan jaringan perusahaan pengakuisisi akan banyak membantu membesarkan merek. Namun yang terpenting adalah bagaimana merek terus konsisten dalam mengantarkan customer value. Contohnya: konsumen yang sudah loyal dengan sebuah merek makanan X akan mengasosiasikan dengan rasa tertentu. Maka akan sangat riskan bila perusahaan mencoba-coba mengubah rasa. “

“Istilahnya, Don’t change the right formula. Bila hal ini tetap ingin dilakukan, perusahaaan bisa melakukan dengan membuat nama varian atau turunan baru dengan brand X sebagai umbrella brand sehingga rasa baru ini akan dianggap sebagai pengembangan dan bukan sebagai pengganti,” saran Rudy.

Beberapa merek yang berhasil dibesut dan menjadi pemimpin pasar adalah Kecap Bango yang diakuisisi oleh PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2001. Bango diklaim menguasai pasar kecap Indonesia. Lalu, Aqua yang dibeli oleh Danone, yang hingga saat ini masih menjadi pemimpin pasar. Merek ABC yang berkembangnya semakin moncer setelah diakuisisi oleh Heinz Group. Kemudian menyusul Garuda Food yang mengakuisi minuman kesehatan Super O2 dari PT Royal Kekaltama Beverages. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved