Management Trends

Strategi Telkomsigma Berhasil Lepas Landas di 2016

Strategi Telkomsigma Berhasil Lepas Landas di 2016

Telkomsigma anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk rupanya semakin menunjukkan taringnya di dunia Teknologi Informasi. CEO Telkomsigma, Judi Achmadi, mengklaim bahwa tahun 2016 adalah tahun panen bagi Telkomsigma. Seluruh modal kemampuan dan unit kerja yang dimiliki telah menjadi mesin penghasil yang sempurna pada tahun 2016.

“Tahun 2016 merupakan tahun monetizing bagi Telkomsigma. Artinya kapabilitas yang sudah dibangun selama 4 tahun sebelumnya, kami monetizing di 2016. Setiap grup yang namanya working unit sudah menghasilkan revenue-revenue engine. Yang tadinya cost, dari mentrainingkan mereka, sekarang sudah menjadi revenue engine,” ujar Judi saat diwawancarai.

Judi Achmadi, CEO Telkomsigma

Judi Achmadi, CEO Telkomsigma

Ada 3 layanan yang menjadi andalan Telkomsigma untuk ditawarkan kepada kliennya, yakni System Integration,Data Center, dan Manage Service. “Kami punya tiga portofolio bisnis yang kami singkat dengan SDM yaitu System Integration, Data Center dan Manage Service. Yang paling besar kontribusinya sekitar 50-60 persen ada di System Integration, lalu 30 persen di Data Center dan sisanya di Manage Service,” jelas Judi.

Dalam hal tersebut Telkomsigma mengurus segala kebutuhan sistem IT, sehingga para pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya Capital Expenditure (Capex) yang besar di awal, hanya perlu bayar bulanan saja.

“Kami punya strategi agar pelanggan kami mendapat manfaat maksimal dengan cara kita bawa ke bisnis model manage service. Begini, pelanggan mendapat benefit dimana dia tidak perlu langsung mengeluarkan uang yang besar untuk suatu project IT. Telkomsigma yang membiayai. Caranya bagaimana? Setelah kita keluarkan Capex-nya, kita deal dengan mereka selama 5 tahun, Telkomsigma yang me-manage service IT nya. Dia membayarnya bulanan saja. Jadi mereka tidak harus membayar Capex yang besar di awal,” paparnya.

Dengan cara ini para CEO industri yang bukan bergerak di bidang IT, bisa membeli Capex di bisnis utama mereka. Strategi ini memang mereka fokuskan di 2016. Oleh karenanya Judi menyebut monetizing di 2016. Berkat strategi ini Telkomsigma berhasil meningkatkan bisnis sampai 20 persen.

“Jadi tahun 2015 kami belajar, tahun 2016 kami mulai jalankan strategi itu, karena business model-nya makin mapan makanya kami berani mengeluarkan uang karena perhitungan kami semakin bagus. Dengan strategi ini penerimaan industri sangat bagus. Apalagi dalam kondisi ekonomi yang melemah seperti ini, sedangkan pengembalian investasinya baru lima tahun kemudian, paling bagus mereka memanage cash nya, untuk yang benar-benar menghasilkan uang. IT sebagai supporting bisnis, bisa dibayar dengan bulanan saja,” tambahnya.

Judi juga mengatakan bisnis mereka cukup terkena dampak positif dari kebijakan pemerintah, yakni terkait dengan PP Nomor 82 tentang Data Center yang harus dimiliki oleh perusahaan-perusahaan asing. Dalam hal ini Telkomsigma menaksir kebutuhan perusahaan-perusahaan tersebut kemudian menawarkan layanan Telkomsigma.

“Tentang kebijakan Pemerintah di 2016, portofolio bisnis kami yang paling kena dampak dari sana adalah Data Center. Key capabilities dan key portfolio kami ada di sana, karena marginnya sangat bagus. Melihat tantangan tersebut, kami melakukan diskusi lagi ke perusahaan-perusahaan asing, yang terkena dampak dari kebijakan PP nomor 82 itu. Kami berdiskusi dengan mereka, apa kebutuhan mereka. Jadi kami melakukan B2B dengan mereka, ternyata mereka butuh itu, karena membangun data center di Indonesia lebih murah dibanding biaya data center mereka di luar negeri. Kami menjelaskan kelebihan menggunakan data center kami. Mereka tidak hanya bisa membangun data center, tapi juga mendapat layanan solusi-solusi lain didapat dengan Telkomsigma: cloud bisa dapat, bisa beli lisensi Microsoft dari kami, bisa beli Oracle, sehingga satu set infrastruktur TI bisa didapatkan.” ungkap Judi.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved