Technology

Fortinet Prediksi 2016 Ancaman Virus Terus Berevolusi

Fortinet Prediksi 2016 Ancaman Virus Terus Berevolusi
Jeremy Andreas, Country Sales Manager Fortinet Indonesia

Jeremy Andreas, Country Sales Manager Fortinet Indonesia

Perkembangan teknologi digital dengan segala aspeknya sangat membantu dalam segala urusan bisnis. Namun dalam perjalannya, perkembangan tersebut harus diimbangi oleh keamanan yang kuat. Perusahaan keamanan asal Amerika Fortinet memberikan gambaran bahwa di tahun 2016 ancaman pasa keamanan jaringan akan berevolusi dengan cepat pula.

Lewat Lab FortiGuard, divisi riset ancaman Fortinet, memprediksi di tahun 2016 ancaman malware dan keamanan jaringan lewat Internet of Things (IoT) dan cloud masih menjadi hal utama. Namun, tantangan yang unik bagi perusahaan dan vendor adalah mengatasi penyusupan malware yang makin sulit untuk terdeteksi.

“Sistem keamanan jaringan di Indonesia masih harus ditingkatkan. Mengingat ancaman yang telah terjadi sampai merugikan negara. Untuk itu, perlu sebuah sistem keamanan yang terintegrasi lewat sistem end to end yang bisa memberikan perlindungan dari endpoint, edge, core hingga cloud,” ujar Jeremy kepada awak media di Jakarta.

Jeremy melanjutkan, lebih dari satu dekade Lab FortiGuard telah memonitor dan mendeteksi ancaman terbaru. Dan dengan cepat dapat mendeteksi jenis malware baru demi memberikan perlindungan terbaik bagi klien Fortinet di seluruh dunia.

Caranya dengan memanfaatkan visibilitas tinggi yang dimiliki Fortinet ke dalam lanskap ancaman global, sehingga mampu membangun intelijen ancaman yang dapat ditindaklanjuti. Dengan begitu anancaman baru dapat dapat dengan cepat direspon.

Beberapa ancaman yang diprediksi akan muncul di tahun 2016 diantaranya adalah serangan mesin ke mesin (M2M). Banyaknya perangkat yang tidak dikelola oleh manusia dengan dimotori oleh Internet of Things akan menjadi sasaran empuk bagi peretes untuk menyerang dengan cara mengamankan beachhead ke dalam perangkat tradisional dan infrastruktur perusahaan.

“Serangan M2M juga menjadi sasaran worm dan virus yang dirancang untuk menyasar ke perangakt lain lewat protokol komunikasi terpercaya. Virus tersebut biasanya dirancang untuk menyebabkan kegagalan otomatis,” jelas Jeremy.

Prediksi lain adalah jailbreaking pada cloud yang semakin meningkat penggunaannya. Kesempatan ini dipakai peretas untuk keluar dari hypervisor dan menyerang sistem infrastruktur pasa skala yang lebih besar.

Kemudian peretas akan menargetkan malware untuk menembus kelemahan di dalam protokol virtualisasi . Lalu menembus cloud dengan cara jailbreak yang dapat mengakses data infrastruktur lebih besar lagi.

Ada juga Ghostware yang bisa menyembunyikan jejak serangannya sebelum terdeteksi oleh sistem keamanan. Serangan tersebut sangat memperluas gerak peretas dengan cara menghapus dirinya sendiri saat mengekploitasi sistem kemudian meningkalkan sistem host secara utuh. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved