Technology

Enterprise Harus Berinvestasi untuk Masa Depan Ketimbang Melestarikan Masa Lalu

Enterprise Harus Berinvestasi untuk Masa Depan Ketimbang Melestarikan Masa Lalu

Belakangan ini teknologi informasi (TI) telah identik dengan kecepatan, kinerja dan, di atas semuanya, inovasi. Yang mungkin lebih mengejutkan semuanya adalah mengetahui bahwa sebagian besar uang yang dibelanjakan organisasi untuk TI tidak untuk solusi terbaru dan canggih. Menurut Gartner, lebih dari 70 persen anggaran TI biasanya hanya digunakan agar pusat data dalam keadaan siap dan berjalan, tapi sedikit yang berinovasi.

“Mempertahankan sistem warisan/legacy adalah bisnis yang mahal, baik dari segi waktu dan uang. Teknologi konvensional berat untuk dikelola dan sulit untuk diintegrasikan, membuat dukungan TI menjadi tantangan,” jelas Sunil Chavan, Senior Director, Solution Sales, Asia Pacific, Hitachi Data Systems.

Sunil Chavan, Senior Director, Solution Sales, Asia Pacific, Hitachi Data Systems.

Sunil Chavan, Senior Director, Solution Sales, Asia Pacific, Hitachi Data Systems.

Menurut Chavan, tim TI meresponnya dengan meningkatkan virtualisasi dan mencoba untuk menerapkan kemampuan private cloud. Kedengarannya masuk akal tapi, ironisnya, mengambil pendekatan berbasis komponen sering memberikan hasil sebaliknya.

Departemen TI akhirnya menghabiskan sebanyak seperempat waktu dan sumber dayanya untuk mengevaluasi dan memasang komponen hardware yang semakin berbeda. Mereka harus mengintegrasikan server, storage dan infrastruktur jaringan sebelum dapat menambahkan lapisan virtualisasi yang diperlukan untuk mendukung perangkat lunak dan aplikasi berjalan.

Selain itu, kurangnya kerangka manajemen terpadu dan kebutuhan terhadap individu dengan ketrampilan khusus, yang dapat merancang, mengkonfigurasi, mengoptimalkan, melakukan tes dan mengelola setiap komponen meningkatkan biaya, kompleksitas dan risiko.

Semua ini bertentangan langsung dengan filosofi “Business-Defined IT” – dimana TI dirancang untuk melayani kebutuhan organisasi. TI harus bertindak sebagai pemercepat untuk enterprise yang bergerak maju dan menjadi profit center bukan cost center.

Konvergensi memastikan keberhasilan virtualisasi

Ini tidak berarti virtualisasi tidak populer. Jauh dari itu. Menurut riset IT Priorities 2013 ZDNet, hampir setengah (49 persen) dari organisasi Australia dan Selandia Baru sudah melakukan virtualisasi lingkungan server mereka, dibandingkan dengan 43 persen di India dan 41 persen di Asia Tenggara. Bahkan, selama dekade terakhir, telah terjadi pertumbuhan sepuluh kali lipat dalam penyebaran mesin virtual. Dalam sebuah studi IDC baru-baru ini, separuh responden melaporkan bahwa 40 persen dari aplikasi mereka sudah divirtualisasi.

Penelitian HDS sendiri menunjukkan bahwa tingkat virtualisasi server akan meningkat dari saat ini – sekitar 50 persen – sampai lebih dari 80 persen dalam tiga tahun ke depan.

Tantangan nyata yang dihadapi perusahaan adalah bagaimana menerapkan virtualisasi dan mencapai manfaat yang dijanjikan dengan cepat, efisien dan berbiaya efektif. Bagi semakin banyak organisasi solusi yang paling menjanjikan adalah infrastruktur terkonvergensi, dan banyak pebisnis sekarang aktif melakukan evaluasi atau benar-benar menerapkan sebuah model konvergensi.

Sebuah infrastruktur terkonvergensi memiliki empat komponen dasar – server, storage, jaringan dan perangkat lunak – dan mengemas mereka bersama-sama sebagai satu susunan yang sudah diuji terlebih dahulu (pre-tested stack). Pendekatan ini mengurangi risiko implementasi dan mengurangi waktu penggelaran dari bulan ke hari.

Jenis infrastruktur terkonvergensi yang tepat, misalnya Unified Compute Platform HDS, juga dapat mengurangi biaya operasional penggelaran hingga 45 persen, belum lagi penghematan belanja modal yang berkaitan dengan mengkonsolidasikan server dan mengurangi jumlah port. Tapi, bagi banyak pelanggan nilai riilnya terletak pada penghematan yang berasal dari berkurangnya pengeluaran operasional.

Konvergensi dalam aksi

Penghematan biaya selalu diterima. Namun, alasan utama perusahaan merangkul infrastruktur terkonvergensi adalah karena memungkinkan TI untuk secara fleksibel dan otomatis mengalokasikan sumber daya sesuai dengan aplikasi penting, persyaratan kinerja dan perjanjian tingkat layanan/service level agreement yang dibuat antara TI dan bisnis.

Dengan berpindah ke pendekatan berbasis kebijakan manajemen, TI dapat secara radikal menggeser keseimbangan antara inovasi dan operasi yang sedang berlangsung. Pertanyaannya adalah bagaimana untuk mewujudkannya, dengan lancar, berbiaya-efektif dan, di atas semuanya, tanpa resiko yang tidak semestinya.

Seri Unified Compute Platform (UCP) HDS telah terbukti populer. Ia dirancang untuk memecahkan tantangan keandalan, ketersediaan, skalabilitas dan kinerja yang saat ini dihadapi departemen TI dan memberikan efisiensi operasional tak tertandingi.

Mencocokan sumber daya dengan perubahan kebutuhan bisnis

Pada dasarnya, alasannya bermuara pada persamaan sederhana. Dengan merangkul ide Bisnis-Defined IT dan mengubah cara layanan teknologi disediakan, organisasi dapat memberikan lebih banyak terobosan, fungsionalitas yang lebih besar dan kemampuan baru. Mereka juga bisa melakukannya lebih cepat dari sebelumnya dan, dalam banyak kasus, benar-benar otomatis. Hal ini memberikan perusahaan fleksibilitas dan kelincahan untuk mencocokkan sumber daya infrastruktur terus-menerus dengan perubahan kebutuhan bisnis dan kebutuhan beban kerja.

Tidak ada keraguan bahwa tren konvergensi sedang mengambil langkah. Penelitian yang dilakukan oleh HDS menunjukkan bahwa dalam empat tahun ke depan, lebih dari setengah dari hardware pusat data akan dibeli sebagai infrastruktur terkonvergensi.

Untuk pebisnis mengelola infrastruktur cloud atau mempertimbangkan menggelar private cloud, janji TI yang lebih cepat, sederhana dan lebih murah sangat menarik. Terlebih lagi, dengan solusi konvergensi saat ini, sekarang sepenuhnya dalam jangkauan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved