Technology

Jaring Anak-anak Muda Kreatif, Telkom Gelar Indigo Apprentice Awards 2015

Jaring Anak-anak Muda Kreatif, Telkom Gelar Indigo Apprentice Awards 2015

Tingginya minat anak-anak muda untuk menggeluti industri digital kreatif didukung oleh Telkom. Untuk itu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini berusaha memfasilitasi dengan berbagai aktivitas yang mendorong generasi muda menjadi entrepreneur yang terkait dengan core business Telkom.

Launching IAA 2015 di Meetup Lokal ke 50 - Jakarta Digital Valley.

Launching IAA 2015 di Meetup Lokal ke 50 – Jakarta Digital Valley.

Salah satu kegiatan Telkom untuk menjaring anak-anak muda kreatif, adalah menggelar “Indigo Apprentice Awards 2015” melalui Divisi Digital Business-nya.

Program bergengsi ini pertama kali digelar dan selanjutnya akan diadakan setahun dua kali, yaitu awal tahun dan pertengahan tahun. Tidak tanggung – tanggung hadiah yang ditawarkan untuk para jawara start up ini mencapai lebih dari Rp 1 miliar (hadiah dan funding).

“Biasanya masalah-masalah yang dihadapi calon start up atau pemula adalah punya ide, tapi tidak ada modal dan tidak bisa akses pasar. Telkom akan menjembatani masalah ini. Apalagi sering kali start up dari daerah, Jabodetabek, bahkan luar negeri datang ke Jakarta Digital Valley, kantor Telkom Divisi Digital Business yang dibuka untuk startup lokal, untuk menanyakan program akselerasi. Akhirnya, kami buka untuk umum program Indigo Apprentice Awards 2015. Peserta adalah pemuda pemudi usia 15 – 30 tahun,” jelas Achmad Sugiarto, Executive General Manager Telkom Divisi Digital Business.

Tekait program pengembangan start up, Telkom memiliki dua divisi yang menangani. Pertama, Divisi Innovation & Development Center (IDeC) yang menjaring start up mulai dari nol, yaitu masih tahap ide bisnis. Kedua, Divisi Digital Business (DDB), yang mana start up harus sudah memiliki produk dan pihak DDB akan membantu memberikan akselerasi agar usaha start up lebih berkembang.

Joel Gascoigne, Co Founder dan CEO Buffer, sebagai pembicara launching IAA 2015

Joel Gascoigne, Co Founder dan CEO Buffer, sebagai pembicara launching IAA 2015

“Bentuk akselerasi yang akan kami berikan untuk para start up adalah funding dan mentorship untuk pengembangan produk. Ada rekomendasi dan bimbingan mulai 8 bulan hingga 1 tahun,” Achmad menambahkan.

Bagaimana cara untuk mengikuti kompetisi ini? Caranya mudah dengan dua langkah. Pertama, registrasi langsung dengan menggunakan akun Facebook (ddbaccelerator) dan Twitter (@ddbaccelerator). Kedua, upload video dan atau gambar produk yang dilombakan. Jangan lupa disertakan diskripsi profil produk start up yang dilombakan.

Pendaftaran tahap pertama ini dimulai sejak 27 Januari – 30 April 2015. Sedangkan tahap kedua akan dilakukan sekitar bulan Juni 2015. Pada tahap awal ini sudah ada sekitar 100 pendaftar yang antusias merespons event bernilai miliaran rupiah itu. Sedangkan metode pendaftaran bisa dilakukan secara online dan off line.

Apa saja kategori produk start up yang dilombakan? Pertama, personal. Contoh karaoke, anti virus. Kedua, home. Contoh, content edukasi. Ketiga, industri. Contoh, Energy Management Saving, Enterprise Information Exchange. Keempat, digital aplikasi. Contoh, game, kuliner, fashion. Kelima, digital community. Contoh, sertifikasi online, virtual classroom.

Agar aplikasi lomba lolos seleksi, maka harus memenuhi 4 kriteria penilaian: uniqueness (produk yang dilombakan harus memiliki nilai keunikan), metrics (ukuran banyaknya yang menggunakan produk itu) competitiveness (produknya harus kompetitif di market), landscape dan User Interface/ User Experience (kemudahan orang untuk menggunakan produk itu . Untuk tahap seleksi ini akan dipilih 10 finalis.

Setelah lolos tahap seleksi, maka 10 finalis akan melakukan presentasi dan interview start up secara langsung yang dilakukan oleh direksi Telkom Group (PT Telkom dan anak usaha Telkom). Pada tahap akhir ini diputuskan juara I berhak mendapatkan hadiah Rp 50 juta, juara II hadiah Rp 25 juta dan juara III hadiah Rp 10 juta.

Selain itu, tiga jawara ini berhak mendapatkan kesempatan akselerasi dengan pendanaan senilai Rp 300 juta hingga Rp 700 juta per peserta start up. “Tidak menutup kemungkinan bagi 7 finalis yang tidak juara pun dapat mengikuti akselerasi asalkan produknya unik, hebat dan memikat para juri,” ujar Achmad.

Lebih lanjut Achmad menjelaskan bahwa latar belakang diselenggarakan Indigo Apprentice Awards 2015, selain faktor mendorong start up lebih berkembang, juga dipicu oleh persaingan bisnis yang dihadapi Telkom kian ketat. Kompetitor Telkom saat ini bukan hanya operator telekomunikasi, tapi juga Google, Yahoo dan dunia ICT (Information, Communication and Technology).

“Transformasi digital harus didorong untuk menciptakan potensi revenue bisnis baru. Telkom tidak bisa sendiri untuk menggali ide-ide baru. Untuk itu didirikan Bandung Digital Valley, Jogja Digital Valley dan Jakarta Digital Valley dalam menciptakan inkubasi yang siap diakselerasi,” ungkap Achmad Sugiarto. Pada gilirannya kelahiran inkubasi-inkubasi baru yang diakselerasi itu akan mampu menopang pertumbuhan bisnis Telkom ke depan.

Sekadar informasi, data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI, pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 82 juta orang. Dengan capaian tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-8 di dunia. Dari jumlah pengguna internet tersebut, 80 persen di antaranya adalah remaja berusia 15-19 tahun. Untuk pengguna Facebook, Indonesia di peringkat ke-4 besar dunia.

Melihat fenomena itu, tidak mengherankan bila anak-anak muda sekarang sangat familiar dengan dunia internet. Tidak hanya untuk main game, entertainment, social media, tapi juga untuk belajar, bekerja dan mencari ide-ide bisnis. Alhasil, banyak anak muda yang lebih tertarik berbisnis atau mengelola usaha pemula terkait dengan dunia teknologi digital. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved