Technology

Sekelumit Cerita Dunia Maya dari Martin Hartono

Oleh Admin
Sekelumit Cerita Dunia Maya dari Martin Hartono

Bila menyimak cerita banyak pelaku usaha ataupun pengamat terkait perkembangan dunia maya di Indonesia, itu mengerucut pada satu hal: Perkembangan internet cukup dahsyat. Lihat saja bagaimana para produsen ponsel baik lokal dan asing menjajakan produknya kepada masyarakat Indonesia. Mereka menawarkan ponsel-ponsel pintar, yakni ponsel yang dilengkapi fasilitas untuk mengakses internet dengan mudah, dengan varian harga yang lengkap, mulai dari murah hingga mahal. Artinya, masyarakat yang berpendapatan rendah sekalipun memiliki keinginan untuk menjelajah dunia maya.

martin-b-hartono

Meski demikian, Martin B Hartono, CEO PT Global Digital Prima (GDP) sekaligus Direktur Bisnis Teknologi dan SDM PT Djarum, melihat dunia internet di Tanah Air mempunyai tantangan untuk bisa mencapai kondisi seperti di negara maju. Dalam Forum PERCAKAPAN yang diadakan oleh Daya Dimensi Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2013) kemarin, Martin cukup banyak bercerita mengenai pandangan dia terhadap perkembangan internet Indonesia.

Ia sendiri adalah generasi ketiga dari keluarga pengusaha Djarum. Tahun 2010, ia mendirikan bisnis GDP Ventures, yakni perusahaan investasi yang fokus di bisnis internet consumer. Perusahaan itu memiliki tiga unit bisnis untuk bisnis online, seperti start-up dan situs e-commerce. Salah satu produknya yang terkenal adalah situs Blibli.com.

Seperti apa cerita pria yang mengenyam pendidikan di University of California terkait dunia internet di Indonesia. Berikut penuturannya.

Untuk menjadi negara maju, internet tak bisa ditinggalkan

Di Indonesia, nantinya, masyarakat yang berusia di bawah 35 tahun bisa mencapai 60 persen dari total jumlah penduduk. Artinya, penduduk Indonesia akan didominasi oleh orang muda. Dan, saya berpikir bahwa dalam 5-10 tahun ke depan, Indonesia akan menjadi super produktif. Di mana sekarang ini kebanyakan mereka yang berusia muda masih dalam bersekolah.

Dan kenapa saya memilih bergelut di dunia internet, karena ini juga berlandaskan semangat dari grup Djarum bahwa kami mau Indonesia suatu hari nanti bisa menjadi negara maju. Kalau bisa mendekati super power. Nah, untuk menjadi itu, bagaimana caranya kalau industri internet lemot.

Tantangan dan peluang bisnis internet ke depannya

Saya berpikir untuk membangun ekosistem industrinya sendiri, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang pas. Perlu kita mengembangkan SDM. Kita musti mendidik orang jadi technopreneur. Dan itu harus dimulai dari diri sendiri. Jangan kita masuk ke suatu bidang karena berpikir di situ keren, atau karena banyak teman-teman yang masuk ke situ.

Saya melihat banyak orang Indonesia itu yang setelah lulus sekolah belum tahu mau jadi apa. Nomor satu itu musti ada berasa bahwa memang saya tempatnya di sini. Bukan karena teman, bukan karena keren.

Dan kalau bicara konsumer, internet itu organisasinya agak beda. Kita perlu engineer, seperti programmer, project manager. Di AS bahkan ada satu sekolah yang mempunyai jurusan symbolic systems. Itu mengajarkan beberapa disiplin ilmu, salah satunya matematika. Karena untuk jadi inovator itu harus orang yang lengkap. Salah satu orang yang lulus dari jurusan itu adalah Marissa Mayer, CEO Yahoo!. Saya sendiri S1 saya adalah ekonomi, dan S2 dari pemasaran dan strategi. Tapi kalau pengetahuan IT jauh lebih pintar dari seorang master, karena saya mencari dan belajar dari teman-teman yang pintar di dunia IT.

Saya lihat di Indonesia itu mereka yang mengambil jurusan Matematika sedikit, dan yang sekolah komputer sains juga sedikit. Jadi dari skill IT yang ada, saya lihat kemampuan orang-orang Indonesia untuk membuat sistem back-end sangat kurang. Kalau saya lihat di sistem pendidikan Indonesia, ilmu komputer itu kurang di hal back-endnya. Jadi, banyak yang dangkal.

Dan kalau berbicara industri internet, maka penting melihat bagaimana menghadapi tantangan dari luar. Karena jika berbicara pasar, Indonesia itu besar. Perusahaan-perusahaan, seperti Amazon, itu pasti mengejar ke sini. Jadi, perlu strategi supaya kita bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri.

Strategi perlu sekalipun tidak semua dunia internet itu borderless (tanpa batasan). Jadi, kalau Amazon atau eBay itu sulit berkompetisi karena harga jual produk mereka tidak lebih murah karena mereka pasti kena bea dan lainnya. Pemain luar juga harus set-up operation di Indonesia. E-commerce itu harus set-up operation di sini, artinya harus berbadan di sini. Yang tanpa batas itu, seperti jejaring sosial. Ada pula batasan lainnya, yakni budaya. Pemain asing agak sulit bahkan memikirkan saja juga mungkin tidak. Seperti kami punya situs infokost. Itu kalau bukan orang Indonesia ya nggak tahu.

Menurut saya, masih banyak budaya yang masih bisa dieksplorasi. Cari peluang di tempat-tempat yang ada border bea atau budaya. Itu seperti situs berita Detik.com bisa dibilang masuk ke budaya Indonesia. Karena orang kita nggak suka baca panjang, lebih suka pendek-pendek. Itu kan cocok sama karakter kita. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved