Editor's Choice Youngster Inc. Self Employed

Prita Hapsari Ghozie: Perencana Keuangan yang Bermimpi Mendirikan Sekolah Keuangan

Prita Hapsari Ghozie: Perencana Keuangan yang Bermimpi Mendirikan Sekolah Keuangan

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sejak kecil, Prita Hapsari Ghozie, wanita cantik kelahiran Jakarta, 1 Oktober 1980 ini sudah terbiasa dengan informasi berbau uang dan saham. Mungkin karena sang ibu merupakan sarjana ekonomi, sementara ayahnya berkecimpung di dunia pasar modal. Sedari kecil pula, ia sudah dididik untuk bisa mengelola uang jajannya.

Prita Hapasari Ghozie, financial planner

Prita Hapasari Ghozie

Menginjak remaja, Prita sudah berinvestasi di reksa dana. ”Paling saya melihatnya sebulan sekali untuk mengintip jumlah uang saya sudah bertambah berapa,” katanya. Ia juga sudah pintar mencari uang sejak masih duduk di bangku sekolah. Hobi menari balet yang ditekuninya sejak usia 5 tahun membuatnya bisa mencari tambahan uang jajan. Tahun 2000, Prita mulai mengajar balet di Namarina. Nah, semua honor ini Prita masukkan ke tabungan pribadi. Koceknya bertambah bukan saja dari hasil menari, tapi juga dari kumpulan honornya sebagai foto model di beberapa majalah remaja, seperti Kawanku.

Nalurinya soal hitung-menghitung makin dipertajam ketika ia kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan kemudian mengambil program master di University of Sydney, Australia, tahun 2002. Saat kuliah di Australia itulah ayahnya mendesak Prita untuk mengambil kuliah tambahan di bidang financial planning. Ayahnya, Iwan Pontjowinoto, yang merupakan mantan Dirut Jamsostek, meyakinkan bahwa bidang ini akan booming di masa depan,” jelasnya. ”Ramalan” ayahnya terbukti. Prita termasuk dalam segelintir orang yang memiliki gelar akademis resmi dalam bidang Perencanaan Keuangan dan gelar professional sebagai Certified Financial Planner Professional. Prita kini menjadi salah satu perencana keuangan independen yang laris dimintai nasihatnya. Bukunya yang diperuntukkan bagi para perempuan (Menjadi Cantik, Gaya dan Tetap Kaya) sudah tiga kali cetak ulang dalam setahun.

Prita berhenti mengajar tari balet ketika ia menikah dengan Mohammad Ghozie Indra Dalel, BEng.(Hons.), Mbus dan kemudian memiliki dua orang anak, Muhammad Arzie Arrasyad dan Nizieta Fatimah Azzahra. Ia juga mengundurkan diri dari PT IBM Indonesia dan kemudian mendirikan perusahaan sendiri. Kesibukannya kini berganti sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan dosen tamu di Institut Teknologi Bandung School of Business Management; pengisi kolom di sejumlah majalah perempuan, mengelola blog seputar pengelolaan keuangan, pengisi talk show di radio dan televisi, juga sebagai CEO ZAP Finance.

Yang pasti, resep keuangan untuk para kliennya itu ia terapkan pada kehidupan rumah tangganya. Prita punya beberapa tabungan atas nama pribadi. Selain itu, Prita juga berinvestasi di logam mulia, reksadana dan saham. Ia selalu menambah porsi investasinya setiap tahun. Berikut penuturan Prita Ghozie kapada Gustyanita Pratiwi dari SWA:

Mohon diceritakan, bagaimana awalnya Ibu menggeluti profesi sebagai personal finance consultant?

Sepanjang hidup, saya juga telah mengalami dua kali periode krisis ekonomi, yaitu tahun 1998 dan 2008. Saya melihat dengan jelas bahwa keluarga yang dapat bertahan dan tetap hidup nyaman bukanlah mereka yang pernah punya penghasilan tinggi, melainkan mereka yang telah berhasil mengalokasikan penghasilannya menjadi berbagai aset investasi. Ternyata urusan finansial itu bisa mempengaruhi hidup seseorang dan juga kelangsungan hidup keluarganya. Di momen itu, saya menyadari bahwa merencanakan keuangan alias financial planning adalah salah satu solusi andal untuk berbagai masalah klasik urusan keuangan yang dihadapi banyak masyarakat terutama kelas menengah dan bawah di Indonesia.

Misi ZAP Finance sangat jelas yaitu meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia. Prakteknya, diterapkan melalui program jasa financial planning untuk individu, pelatihan dan juga seminar untuk kelompok umum. Saya sadar bahwa ilmu yang saya punya itu tidak main-main dan dapat berkontribusi nyata terhadap suksesnya perekonomian di Indonesia. Perubahan baik harus dimulai dari satuan terkecil dalam ekonomi, yaitu ekonomi rumah tangga. Dan, survei membuktikan bahwa minimal 70% uang rumah tangga, dipegang oleh perempuan. Jadi, wajar kan kalau kami sangat fokus pada pemberdayaan perempuan? Itu sebabnya juga, saya langsung menulis buku tentang perempuan dan keuangan yang berjudul Menjadi Cantik, Gaya, & Tetap Kaya yang telah cetak ulang sebanyak lima kali sejak peluncuran di April 2010.

Apa yang membuat Ibu tertarik menggeluti bisnis ini?

Dulu, saya adalah seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan multinasional asing bidang IT. Meski bekerja dengan jam kerja yang cukup panjang, saya cukup menikmatinya dan terbuai dalam zona nyaman.

Saya sudah berada di tahap comfort zone setelah bekerja selama lima setengah tahun di perusahaan itu. Kerja kayak robot, melakukan hal yang rutin, terima gaji, belanja. Siklusnya jelas. Saya mulai bosan dan juga ada tuntutan lain dari sisi keluarga. Titik keberanian saya untuk keluar adalah saat kelahiran anak kedua, yang mana saya bertekad untuk memberikan ASI (air susu ibu) eksklusif selama 6 bulan dan hanya beri ASI plus makanan pendamping hingga usia 2 tahun. Itu bukan pekerjaan mudah. Pengalaman saat anak pertama, saya hanya berhasil memberi ASI eksklusif saja, tapi target hingga dua tahun tidak tercapai. Saya terlampau sibuk dengan pekerjaan yang jam kerjanya sangat demanding.

Sebagai seorang ibu dan isteri, sehebat apa pun perempuan di dunia luar, tetap harus paling hebat untuk urusan domestik. Saya tidak mau gagal lagi. Suami dan keluarga pun sangat mendukung untuk memulai usaha keluarga, yang dijalankan oleh saya. Saya coba gali lagi, sebagai “orang” saya nih punya apa saja sih yang bisa dijual (ilmu tentunya).

Setelah lama berpikir, hati saya menemukan profesi yang menjanjikan sebagai perencana keuangan. Pertengahan tahun 2009, saya beranikan hati untuk mengundurkan diri dari IBM, dan mulai berkonsentrasi untuk berbagi ilmu tentang keuangan kepada masyarakat melalui perusahaan konsultan ZAP Finance. Siklus bisnis financial planning di Indonesia masih dalam tahap start-up. Bahkan, menurut saya, masuk ke kategori growing saja juga belum. Di Indonesia sendiri, konsentrasi jasa ini masih di Jakarta, lalu sedikit di Surabaya dan Bandung. Kota-kota lainnya masih banyak yg belum mengenal istilah financial planning. Sehingga, saya percaya selama 20 tahun ke depan, bisnis ini InsyaAllah dapat terus maju.

Saat ini pun, saya kembali mendedikasikan diri paling tidak seminggu sekali untuk menjadi dosen di FEUI, almamater tercinta.

Bagaimana Ibu belajar ilmu personal finance?

Saya memang khusus kuliah mengenai Financial Planning saat masih tinggal di Australia. Latar belakang pendidikan saya adalah Sarjana Ekonomi (akuntan) dari FEUI. Kemudian, saya mengambil sekolah Master of Commerce untuk double major banking & accounting di University of Sydney.

Saat saya lulus sekolah S2 di Sydney Australia, ayah saya yang memang seorang ahli keuangan dan praktisi pasar modal, memaksa saya untuk sekolah S2 lagi di bidang financial planning. Meski awalnya kurang paham tentang subject ini, saya manut saja. Maklum, profesi perencana keuangan pada tahun 2002, hampir belum ada di Indonesia. Di Australia sendiri, profesi ini sudah tergolong tua, dan hampir semua orang di usia produktif punya satu perencana keuangan pribadi. Setelah lulus, saya mendapati jika saya teruskan profesi ini bisa membantu banyak orang sekaligus menghasilkan. Ilmu yang sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sejak masih di SD, saya adalah orang yang gemar menabung. Kebiasaan ini terus dilanjutkan hingga SMA, di mana saya termasuk investor gelombang pertama saat investasi di reksadana mulai diperkenalkan di Indonesia tahun 1996. Dari situ saya memiliki pengalaman bahwa menabung itu harus, tapi tidak cukup. Bagaimana Ibu memasarkan jasa ZAP Finance?

Awalnya dengan sistem online, yaitu via website sejak tahun 2008 akhir. Klien personal pertama pun didapat tidak lama setelah website jadi. Namun, perkembangan setelahnya kurang begitu baik, sehingga jasa mulai ditawarkan dengan direct selling. Tahun 2010 April, buku pertama saya terbit, sehingga mulai banyak lagi yang menanyakan jasa. Nah, sejak talkshow public pertama saya bersama sebuah Tabloid Keuangan dihadiri lebih dari 300 orang di bulan Agustus 2010, maka order pun mulai berdatangan.

Saat ini, ZAP Finance memasarkan jasa via online tools dan social media. Dan, juga bekerja sama dengan beberapa media partners baik itu cetak, online, mau pun radio. Segmen pasar mana yang dibidik?

Kebetulan kami memiliki beberapa lini jasa di ZAP Finance. Untuk lini Personal, kami membidik segmen kelas menengah dari usia 25 tahun – 40 tahun dengan target income minimal Rp. 120 juta/tahun. Sedangkan, untuk lini Business, kami membidik segmen dengan omzet bulanan antara 100juta-1 miliar.

Untuk lini korporasi dan organisasi, kami banyak bekerja sama dengan institusi jasa keuangan dan juga perusahaan-perusahaan yang memang menaruh perhatian kepada kesejahteraan karyawannya.

Untuk lini sekolah, segmen kami tentu saja para peminat ilmu keuangan secara umum dan financial planning pada khususnya. Apakah keunikan yang ditawarkan sebagai financial planner?

ZAP Finance memosisikan diri sebagai Financial Planner yang memiliki reputasi terpercaya, independen dalam arti sesungguhnya (kami menolak terima komisi atas rekomendasi produk), dan berbasis keilmuan serta jam terbang. Seluruh Planner dan Konsultan kami dipastikan telah bersertifikasi CFP (Certified Financial Planner) yang memang diakui sebagai credentials tertinggi untuk seorang Financial Planner.

Kami mungkin bukan yang pertama, tapi kami bekerja keras untuk menjadi yang terbaik. Memang, sayangnya, orang butuh untuk experienced langsung jasa-jasa kami untuk bisa mengetahui bahwa kami memang yang terbaik. Jasa financial planning itu unik. Nama jasa atau produk boleh saja sama misalnya: Jasa Rencana Keuangan komprehensif, tapi apa yang dikerjakan, kompleksitasnya dan lain-lain bisa berbeda jauh.

Untuk training juga sama. Nama mungkin mirip-mirip, dan kalau dari outline course–nya serupa. Tapi, delivery–nya bagaimana? Siapa yang jadi pengajarnya? Darimana dulu dia belajar? Kalau training untuk bisa lulus ujian tertentu, passing grade–nya gimana? Siapa saja klien-kliennya sekarang?

Klien-klien personal kami beragam mulai dari ibu rumah tangga, pengusaha, dokter, karyawan, artis, dan freelancer. Untuk korporasi, kami fokus bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar. Bagaimaan Ibu merencanakan keuangannya sendiri? Investasinya di mana saja? Bagaimana cara Ibu mengelola portofolio investasinya?

Saya bisa dibilang orang yang “Planning freak”…apa juga direncanakan. Saya dan suami selalu berdiskusi mengenai kondisi keuangan minimal 2x dalam sebulan. Aset pertama yang saya beli adalah reksadana (sejak masih SMA), lalu tanah, saham, dan kemudian baru logam mulia. Apa rencana Ibu ke depan?

Saya memang diamanatkan keluarga untuk membangun ZAP Finance menjadi perusahaan konsultan keuangan dengan reputasi baik. Mimpi saya dari dulu adalah punya sekolah balet. Karena, sepertinya sulit untuk diwujudkan, maka mimpi harus saya ‘fine-tune” sedikit menjadi sekolah keuangan. Cita-cita saya adalah bisa punya sekolah di mana semua masyarakat Indonesia bisa belajar mengenai keuangan, baik itu untuk diaplikasikan ke diri sendiri, mengajar orang lain, dan juga untuk keperluan pekerjaan masing-masing. Saya percaya “In learning you will teach. In teaching you will learn”. Doakan ya!


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved