Editor's Choice Youngster Inc. StartUp Entrepreneur

Rimayanti Wardani, Juragan Sambal Ikan Roa Beromset Ratusan Juta per Bulan

Rimayanti Wardani, Juragan Sambal Ikan Roa Beromset Ratusan Juta per Bulan

Rimayanti Wardani (33 tahun) sejatinya bukan orang Manado. Akan tetapi, ia sukses berbisnis sambal khas Manado: sambal ikan roa. Produksi sambal roa yang diberi label Sambal Roa JuDes (juara pedes) setiap bulan rata-rata mencapai 7.000 botol dan selalu ludes terjual. Omsetnya per bulan ratusan juta rupiah.

Rimayanti Wardani

~~

Perkenalan Rima dengan sambal roa terjadi ketika ia masih kuliah di Jurusan Humas Interstudi, Jakarta, pada 1999. Kala itu, ia kos di kawasan Perbanas, Kuningan, bersama sahabatnya, Debi yang asal Manado. Jika balik dari Manado, Debi selalu membawa oleh-oleh sambal roa. Sejak itu pula Rima jatuh hati pada sambal roa. Setiap kali Debi pulang, Rima selalu memesan sambal roa.

Sedemikian keranjingannya pada sambal roa, akhirnya ia pun meminta resepnya, dan akhirnya Rima pun membuat sendiri sambal roa. “Tetapi, memang pada akhirnya citarasanya disesuaikan dengan selera saya,” tutur Rima. Sambal roa merupakan sambal dengan bahan dasar bawang merah, cabe merah dan ikan roa. Nah, ikan roa ini hidup di perairan pantai di Sulawesi Utara (Manado dan sekitarnya).

Debutnya berjualan sambal ikan roa dilakoni ketika ia memesan ikan roa kepada seniornya yang bekerja sebagai wartawan. Ia mendapat ikan roa sekilogram. Ia pun langsung mengolahnya menjadi sambal. Hasilnya ternyata banyak sekali. “Saya sampai bingung bagaimana cara menghabiskan dan membungkusnya supaya awet,” ia mengungkapkan. Akhirnya, timbul ide untuk menyimpan sambal tersebut ke dalam botol kaca (tempat menyimpan ASI [air susu ibu] yang belum terpakai). Selesai dikemas, muncul kembali ide untuk mendokumentasikannya, siapa tahu bisa dipromosikan, syukur-syukur bisa mendatangkan keuntungan. “Saya langsung mengganti foto profil di BlackBerry Messenger (BBM) dengan foto sambal ikan roa,” kata Rima.

Esok harinya, muncul lagi keisengan untuk membawa empat botol ke kantor untuk dipajang di meja kerja. Tak disangka, sambal yang mulanya hanya sebagai tester itu ternyata diminati teman-teman kantor. Empat botol sambal roa ludes dalam hitungan menit. Beberapa temannya malah ada yang memesan.

Sementara di rumah masih tersisa sambal roa yang belum dikemas. Rima mengemasnya lagi dan berpromosi di BBM. Ternyata, banyak juga peminatnya. Order pun berdatangan. Sambal roa buatannya habis terjual. Untuk menjaga persediaan, dipesanlah lagi sekilo roa mentah ke teman yang di Manado. Bikin lagi, terjual lagi. Buat lagi, habis lagi. Begitu seterusnya.

Dalam tempo enam bulan saja, dari keuntungan jualan sambal itu, Rima mampu memberangkatkan ibunya naik haji ke Tanah Suci. Akhirnya, di bulan Juni 2012, ia memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai asisten manajer di Smartfren untuk fokus di sambal.

Sejak serius menekuni produksi sambal ikan roa, Rima pun makin intens menggarap media sosial seperti Facebook dan Twitter untuk memasarkan produknya. Selain itu, ia juga mengirim gratis Sambal Roa JuDesnya kepada beberapa selebritas, seperti pasangan suami-istri Hanung Bramantyo-Zaskia Mecca, penyanyi Nina Tamam, presenter Andhara Early serta chef Bara Pattiradjawane yang kerap mengisi acara di televisi. Para selebritas itu kemudian memajang foto sambal roa buatan Rima dan memberikan komentarnya. Langkah ini langsung mendongkrak angka penjualan Sambal Roa JuDes. Seiring dengan kian melajunya penjualan Sambal Roa JuDes, Rima pun akhirnya bekerja sama dengan pemasok ikan roa dari Manado, yang mengirimkan ikan roanya dalam bentuk yang sudah dihaluskan. Sehingga, Rima tidak perlu lagi membersihkan ikan tadi. Bisa langsung diolah untuk dicampur dengan bawang merah, cabai dan garam.

Untuk keperluan cabai dan bawang merahnya, suami Rima, Ciptoning Adiwijoyo, rajin membelinya dari pasar induk. Setiap dua hari menghabiskan cabai 50 kg dan bawang merah 30-40 kg. “Biasanya suami habis ngantor belanja ke pasar induk. Sampai-sampai dia jadi sering dicandain orang. Kalau ditanya, ’Kerjanya di mana?’, dijawabnya , “PI.” PI itu maksudnya pasar induk hahaha…,” ujar Rima sembari tergelak. Sambal Roa JuDes dikemas dalam botol ukuran 200 gram, dan dijual eceran Rp 38.500 per botol. Namun, seiring dengan kenaikan harga bahan baku, per 1 Oktober harganya akan dinaikkan menjadi Rp 42.000 per botol. Kini, setiap bulan Dapur Nice Momy, nama tempat produksinya, mampu menghasilkan 7.000 botol Sambal Roa JuDes. Dengan harga eceran Rp 38.500 per botol, omsetnya Rp 269 jutaan. Tentu saja, tidak semuanya masuk ke kantong Rima, karena ada bagian yang disisihkan untuk para distributornya.

Yanesthi Hartini, 37 tahun, salah satu distributor Sambal Roa JuDes, mengungkapkan, ia mengenal Rima lewat Twitter pada 2002. Yanes pernah jualan tas, dompet, bantal emoticon, dll. “Nah, Rima sempat beli bantal emoticon saya. Lama-kelamaan kami akrab. Suatu ketika, dia pasang foto sambal roa di profil picture BBM-nya. Saya tertarik mencoba karena terus terang belum pernah merasakan sambal roa seperti apa. Ternyata, suka,” tuturnya. Karena citarasanya cocok dengan seleranya, Yanes pun langsung BBM ke teman-teman lainnya. Ternyata, banyak yang memesan. Maka, sejak Juni 2012, Yanes secara kontinyu ikut menyebarkan Sambal Roa JuDes. Mula-mula ia mengambil dua lusin, lalu meningkat ke 100. Kini, setiap bulan Yanes mampu menjual 1.000-1.500 botol Sambal Roa JuDes. Daerah pemasarannya adalah Jawa Tengah.

Apa ambisi Rima ke depan? Tidak muluk-muluk. “Cukuplah dengan 10 ribu botol sebulan, yang penting semuanya tetap terjaga. Kemudian silaturahminya juga. Yang penting, bisa tetap merangkul semua yang jualan. Damai, happy, itu saja cukup,” ujarnya tandas. Sementara itu, untuk meningkatkan penjualan, Rima mengangkat lima teman dekatnya sebagai distributor dengan wilayah pemasaran sendiri-sendiri. Lima distributor ini kemudian mengangkat para bandar untuk menjual sambal ke konsumen. (*) Didin Abidin Masud & Gustyanita Pratiwi

Riset: Sarah Ratna Herni


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved