Editor's Choice Youngster Inc. Entrepreneur

Aras Darmawan, Moncer sebagai Motion Graphic Designer di New York

Aras Darmawan, Moncer sebagai Motion Graphic Designer di New York

Ribuan mil dari tanah kelahirannya, Aras Darmawan mengguratkan tinta emas sebagai motion graphic designer yang dipercaya sejumlah merek dunia. ESPN, Mercedes-Benz, Nickelodeon, Nike, MTV, TNT, Samsung, Philips, Google, Showtime Networks, Verizon, Xerox, Honda, Audi, Lacoste, American Express, TBS, CocaCola, Heineken dan Red Bull adalah sejumlah merek yang menggunakan jasa Aras sebagai desainer grafis bergerak. Kelahiran 1986 ini memang sejak 2011 meramaikan jagat industri rumah produksi, stasiun TV kabel, dan perusahaan periklanan di New York.

Karyanya juga banyak diganjar penghargaan. Sebut saja, Total Package Art Direction & Design: Program-On-Air (Gold), Art Direction & Design: Program Bumper (Gold), dan Entertainment Program Campaign (Gold), semuanya dari Dexter Campaign/Finale Promo Packaging done at Showtime Network.

Aras Darmawan

~~

“Setelah lulus dan selesai magang, saya kerja full time selama setahun di salah satu production house di Belanda, kemudian mencoba berkarier di Indonesia. Setelah setahun, saya memutuskan mencari pengalaman di Amerika hingga saat ini saya tinggal dan bekerja di New York City,” ungkap Aras kepada SWA via surat elektronik. Lewat bendera Flickafreak yang dibesutnya, ia berkibar sebagai desainer grafis bergerak yang moncer di ranah industri periklanan dunia.

Menyelesaikan S-1 Seni/Desain Komunikasi Visual dari Saxion Hogescholen, Belanda, pada 2008, Aras memulai kariernya menjadi motion designer di Post Panic pada 2009 dan berlanjut di Tronic pada 2010 – keduanya di Belanda. Menurut dia, motion design, intinya merupakan segala bentuk dan form grafis yang bergerak, entah itu ilustrasi, tipografi, foto, video, 3D, atau yang lain. Perbedaannya dengan animasi terlihat dari monografnya yang lebih berbasis ke root desain grafis. Yang membuat unik, motion design mengambil unsur-unsur dari film, musik dan animasi itu sendiri. Pasar yang dibidik adalah industri yang menyangkut desain grafis bergerak, baik periklanan, online/digital, broadcasting atau televisi, hingga dunia film.

“Klien saya mulai dari production house, stasiun TV/kabel, hingga biro iklan,” kata Aras. Ia mengaku tidak tahu apa yang menjadi keunikan karyanya sehingga dipercaya sejumlah klien kakap. “Saya kurang tahu apa uniknya. Tetapi menurut klien-klien dan kerabat, desain saya beda karena terlihat hi-end dan premium. Secara teknis, saya suka memadukan unsur grafis tiga dimensi dan foto realisme ke dunia desain grafis yang dominan flat/dua dimensi, sehingga itu mungkin yang membuat jadi beda,” paparnya.

Bicara soal tarif, ia mengaku sangat relatif. Bergantung pada waktu atau durasi pengerjaan, brief, dan kebebasan kreatif yang dimiliki. “Sebagai gambaran, request konsep – design saja tanpa direction – iklan TV, tarifnya berkisar US$ 600-780 per hari,” kata Aras yang pada 12 Februari lalu meluncurkan buku bertajuk Asian Creative.

Menurut dia, sebagai motion designer, bisa berkiprah di AS merupakan kesempatan luar biasa. Pasalnya, ia bisa bersaing dan bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki level bisa membuat dirinya progresif, meskipun stres dan tekanan deadline-nya tinggi.

Saat ini ia lumayan sibuk. “Kalau ada lebih dari satu project berjalan bersamaan, biasanya jadi sulit, namun masih tetap terkontrol dan so far so good selama lima tahun terakhir,” ungkapnya. Menurutnya, tantangannya memang lebih pada soal waktu. “Dalam pekerjaan desain, waktu yang lebih banyak selalu membuat karya menjadi lebih baik. Namun susahnya, kalau waktu dibikin lama, bujet pun seharusnya ikut meningkat dan terkadang klien tidak memahami hal tersebut. Kedua, lebih ke pribadi, misalnya membagi waktu antara kerja dan istirahat atau untuk teman, pacar ataupun keluarga,” paparnya.

Menurutnya, di New York dan terutama untuk bidang periklanan dan motion graphic, jam kerja bisa dibilang cukup gila. “Orang-orang sini cenderung sangat workaholic, namun saya berusaha tidak terbawa. Saya suka bekerja di bidang ini dan saya pekerja keras namun saya juga realistis, tidak sampai harus mengorbankan kesehatan atau waktu saya untuk orang-orang terpenting buat saya,” ungkapnya.

Bagi Aras, untuk mendapat pengakuan dan exposure internasional, seorang profesional atau dalam hal ini dirinya sebagai motion designer wajib memiliki kebanggaan atas bidang dan pekerjaan yang ditekuni. “Sedikit arogan bolehlah… Tetapi, terus jangan lupa, remains humble no matter what recognitions you have achieved. Jangan menunggu orang buat tahu kita atau kontak kita untuk kerja bareng, instead bicara langsung sama mereka, ajak kolaborasi, dll. Pokoknya, keep yourself open with anything,” tuturnya seperti dikutip dari obrolannya dengan sahabatnya via Yahoo Messenger. Di matanya, potensi motion designer di Indonesia cukup bagus dan banyak juga karya motion designer Indonesia yang bisa dibilang sudah masuk skala internasional. “Hanya mereka kadang either too humble, atau memang tidak tahu how to tell the world saja mungkin,” ungkapnya.

Dalam 1-2 tahun ke depan, ia berencana membuka usaha dengan teman dekatnya. “Mungkin kami akan mencoba melirik industri baru, seperti dunia musik dan interaktif,” katanya. Berkaitan dengan rencana tersebut, ada kemungkinan ia akan tetap berkiprah di New York atau pulang ke Indonesia. “Memiliki kantor studio di Bali yang bisa saya pakai untuk liburan sambil kerja proyek-proyek artistik,” imbuhnya.

Untuk mengasah kompetensi dan wawasan, Aras kerap berkolaborasi. “Berkolaborasi dengan orang-orang yang saya respek serta terus mencari tantangan, misal dengan mengerjakan sesuatu yang belum pernah saya kerjakan sebelumnya atau mencoba pitching ke industri selain periklanan,” ungkap Aras yang menyukai desainer Makoto Shinkai, Chris Cunningham, Tsugumi Ohba dan Shiina Ringo.

Selain yang disebutkan di atas, karya-karya Aras yang memukau dunia motion design antara lain FF11 Intro (SELF. Design, Direction, 3D, Motion), Nike Seitiro (HELLOSAVANTS. 3D Direction, Motion), Nike Cortez (POSTPANIC. Design, 3D, Motion), MTV Shapeshifting (SELF. Design, Direction, 3D, Motion), Asics Running (POSTPANIC. Design, Compositing), O’Neill NavJacket (ONESIZE. Design, 3D, Motion), Apple Visualizer (TRONIC. Design, Direction, Motion), dan Photoshop SWP (SELF. Design, Direction, 3D, Motion).***

Henni T. Soelaeman dan Istihanah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved