Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Dini Indra Menubruk Ceruk Para Maniak Tas Branded

Dini Indra Menubruk Ceruk Para Maniak Tas Branded

Dini Indra

~~

Setiap bulan bisa gonta-ganti tas branded. Merek-merek premium pula. Mulai dari Prada, Chanel, Louis Vuitton, Celine sampai Hermes. Uniknya, tak perlu merogoh kocek sampai ratusan juta rupiah untuk menenteng tas-tas mewah nan mahal itu. Cukup dengan uang Rp 26 juta setahun, setiap bulan atau sesuka Anda sendiri bisa gonta-ganti tas bermerek yang, kalau dikalkulasi, tas-tas yang dipakai itu bernilai sampai Rp 240 juta.

Kok bisa? Di tangan Dini Indra, tas bermerek bukan semata sebagai produk fashion. Tas berharga puluhan juta rupiah itu juga bisa dijadikan sebagai investasi. Dengan konsep 2 for 24, Dini menawarkan konsep investasi yang menggunakan model peminjaman tas. Dengan bergabung menjadi membership, anggota bisa memakai 24 tas secara bergantian dalam setahun. Masa pakai untuk setiap tas bisa berbeda-beda, sesuai dengan keinginan anggota. Bisa satu, dua atau bahkan tiga bulan. Asalkan, tas yang sedang dipakai dirawat dengan baik dan tidak rusak. Begitu bosan dan ingin berganti gaya, anggota bisa mengembalikan dan memilih tas lain sesuai selera.

Dini memberlakukan syarat keanggotaan yang tidak ribet. Cukup memberikan modal Rp 26 juta untuk jangka setahun. Rinciannya, Rp 20 juta untuk membeli dua tas yang harganya masing-masing tidak lebih mahal dari Rp 10 juta, dan Rp 6 juta lagi merupakan iuran anggota selama setahun. Dua kali dalam sebulan, anggota bisa gonta-ganti tas dengan range harga Rp 10-20 juta. Jika membeli di toko, tentu 24 tas yang akan dipakai selama setahun itu harus ditebus dengan lebih dari Rp 240 juta.

Dalam kalkulasi Dini, dengan menjadi anggota, akan jauh lebih berhemat. Ilustrasinya, jika anggota tersebut ingin menggunakan tas yang berbeda-beda tiap bulan tetapi dengan cara membeli, misalkan satu tas tersebut harganya Rp 10 juta. Satu bulan ingin menggunakan dua tas yang berbeda, berarti dalam waktu sebulan, yang bersangkutan harus mengeluarkan biaya sebanyak Rp 20 juta. Jika dikalikan selama satu tahun, berarti ia akan mengeluarkan Rp 240 juta.

“Saya ingin memberikan pilihan bagi orang yang ingin tampil gaya dengan cara yang pintar dan tidak konsumtif,” ungkap Dini. Ia menambahkan, dua tas yang diinvestasikan tetap menjadi milik anggota karena akan dikembalikan begitu keanggotaan berakhir. Konsep unik yang ditawarkan ini terinspirasi dari kegemarannya berbelanja. Ia juga melihat kecenderungan masyarakat kelas menengah-atas yang ingin tampil up-to-date dengan tas branded, tetapi kemampuan keuangannya terbatas. “Sebenarnya, semua ini berasal dari hasrat pribadi saya yang ingin bisa beli banyak tas, tetapi sayangnya terbentur kemampuan saya yang sangat-sangat terbatas waktu itu,” ungkap kelahiran Malang 9 September 1979 ini.

Ternyata, konsep yang ditawarkan Dini bak gayung bersambut. Mei tahun lalu diluncurkan, sampai saat ini 50-an orang sudah menjadi anggota. “Ini bukti bahwa mereka puas atas pelayanan kami. Memang bagi saya, service adalah modal paling penting dalam menjalankan sebuah usaha,” ujarnya.

Untuk keanggotaan, Dini menawarkan tiga kategori: silver, gold dan platinum. Untuk silver, iuran yang dipatok Rp 500 ribu/bulan atau Rp 6 juta/tahun dan hanya boleh memakai tas yang harganya Rp 10-20 juta. Kalau ingin memakai tas yang yang harganya Rp 21-40 juta (gold), anggota dikenai iuran Rp 1 juta/bulan atau Rp 12 juta/tahun. Kalau ingin memakai tas dengan harga Rp 41-60 juta (platinum), iurannya Rp 2 juta/bulan. Untuk platinum bisa memakai semua tas dari segala kelas keanggotaan. “Alhamdulillah, hingga saat ini 80% anggota justru berasal dari yang platinum. Saya sendiri tidak menyangka, kebanyakan berminat menjadi member platinum,” imbuhnya.

Lewat PT Republik Adigaya yang memayungi Butterfly Republic yang dibesutnya pada Mei 2012, Dini juga melayani penjualan tas dan jasa personal shopper. Ia bahkan melahirkan suatu konsep penyewaan sekaligus investasi melalui tas yang tergolong baru di Indonesia. “Model bisnis seperti ini baru saya saja yang menjalankan. Saya belum pernah mendengar ada model bisnis serupa di Indonesia,” ungkap bungsu dari empat bersaudara ini.

Pengalaman lebih sedasawarsa berkecimpung di dunia keuangan membuahkan pemikiran bagi Dini untuk menjajal bisnis yang boleh dibilang unik dan langka. “Konsep 2 for 24 merupakan konsep investasi pilihan bagi kaum urban, terutama yang menggemari dunia fashion dan penggiat gaya hidup kelas middle-up,” ungkapnya.

Konsultan keuangan Lisa Sumarto setuju bahwa konsep 2 for 24 yang ditawarkan Dini merupakan konsep investasi baru bagi masyarakat saat ini. Apa yang ditawarkan Dini, menurutnya, merupakan opsi investasi yang sangat menarik bagi masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. “Tentu ini menjadi model pilihan berinvestasi yang menarik. Tidak hanya investasi di produk-produk yang sudah ada, kini orang bisa investasi melalui tas. Cukup sesuai dengan gaya hidup masyarakat perkotaan saat ini,” kata Lisa.

Kata Lisa lagi, di tengah tren gaya hidup yang meningkat tetapi di sisi lain kemampuan finansialnya belum terlalu memadai untuk mengikuti tren tersebut, konsep 2 for 24 yang ditawarkan Dini bisa mengakomodasi keinginan masyarakat tersebut untuk tetap tampil gaya tanpa harus mengeluarkan biaya yang sangat tinggi.

Lisa, yang kebetulan juga kolektor tas dan penggemar dunia fashion, menilai bahwa konsep yang ditawarkan Dini sebenarnya mampu menjadikan tas atau benda fashion yang sebenarnya dalam istilah perencana keuangan disebut sebagai aset tidak produktif menjadi aset yang produktif. “Si pemilik tas dapat berganti-ganti tas sebanyak 24 tas meskipun sebenarnya dia hanya membeli dua tas,” ujarnya.

Pergumulan Dini dengan dunia fashion dilakukan secara tak sengaja. Saat berkarier di perusahaan konsultan keuangan sebagai perencana keuangan di Tokyo, ia kerap dimintai tolong oleh teman-temannya di Jakarta untuk mencarikan tas branded. Dari yang awalnya mencarikan tas seharga Rp 5 juta, terus meningkat menjadi Rp 10 juta, Rp 20 juta, Rp 50 juta, Rp 100 juta, bahkan hingga Rp 200 juta. Dari mulut ke mulut, Dini pun populer sebagai personal shopper. “Hasil dari jasa yang saya jalankan tersebut lumayan menguntungkan ternyata. Saya jadi bisa dapat tambahan buat beli tas sendiri,” tutur Dini, pehobi lari yang juga anggota Indorunner, komunitas lari terbesar di Indonesia dengan anggota puluhan ribu orang.

Selain mengantongi keuntungan lumayan, Dini merasa menemukan passion-nya. “Saking senang dan merasa pekerjaan personal shopper ini lebih mengasyikkan, akhirnya saya memutuskan berhenti dari pekerjaan saya saat itu,” ungkapnya. Ia kemudian memutuskan balik ke Indonesia dan mengibarkan Butterfly Republic dengan konsep 2 for 24. Lewat konsep itu, ia mematok sampai akhir tahun ini mampu menjaring 75 anggota. “Saya juga mulai masuk ke pasar korporat. Saya sih inginnya bekerja sama dengan perusahaan, seperti bank, perusahaan media, atau fashion,” katanya.(*)

Henni T. Soelaeman dan Radito Wicaksono


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved