Youngster Inc. Entrepreneur

Bermula dari Mimpi, Membesut Sang Spa Ubud

Bermula dari Mimpi, Membesut Sang Spa Ubud

I Putu Ngurah Sudarma & Komang Astini

I Putu Ngurah Sudarma & Komang Astini

Usia boleh muda, tetapi semangat dan motivasi wirausahanya patut diacungi jempol. Dialah I Putu Ngurah Sudarma, yang tahun lalu dinobatkan sebagai salah satu juara di ajang Wirausaha Muda Mandiri.

Seperti wirausaha lainnya, I Putu Ngurah Sudarma, sering disapa Ngurah, memulai usahanya dari nol dan juga mengalami jatuh-bangun. Setelah sempat bekerja di sebuah kasino di Singapura selama dua tahun usai menyelesaikan pendidikannya di STIE Pariwisata Yapari-Aktripa Bandung tahun 2004, Ngurah pulang ke Bali dan mencoba peruntungannya bekerja di kapal pesiar. Berkali-kali tes, gagal terus. Karena keinginannya yang besar, Ngurah bahkan rela membayar Rp 40 juta kepada sebuah biro penyalur tenaga kerja untuk memuluskan jalan. Sambil menunggu panggilan, dia bekerja di salah satu spa di Ubud.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Saat memasuki bulan kedua, dia tidak juga mendapat panggilan berlayar. Saat itu Ngurah baru sadar ternyata dia telah menjadi korban penipuan. Uang raib, kesempatan berlayar pun tinggal mimpi. Namun, di spa tempatnya bekerja, dia malah menemukan belahan jiwanya, Komang Astini, dan menikahinya di awal 2007.

Pasangan muda ini akhirnya mantap keluar dari tempat mereka bekerja saat Ngurah merasa ide-ide yang mereka ajukan ditolak mentah-mentah oleh sang pemilik spa.

Berbekal pinjaman orang tuanya di salah satu bank perkreditan rakyat sebesar Rp 60 juta, Ngurah mengontrak sebidang tanah bekas tempat pembuangan sampah dekat tempat kos dia bersama sang istri. Alasannya? “Itulah tempat termurah,” ujar Ngurah sambil tertawa berderai. Dia menyebut angka Rp 10 juta untuk 10 tahun. Bangunan sederhana seluas 6 x 12 m2 berlantai semen kasar dan dinding tanpa polesan, yang dibagi menjadi dua ruangan, menjadi cikal bakal Sang Spa yang resmi dibuka pada 1 Januari 2008 dengan dua terapis: Ngurah dan Astini. Semua pekerjaan memang harus mereka kerjakan sendiri.

Untuk memperkenalkan Sang Spa yang terletak di gang kecil di Jalan Jembawan, Ubud, yang tak jarang disangka kandang kuda itu, Ngurah dengan motor tuanya menyebarkan 1.000 brosur yang sebagian hanya berupa hasil fotokopi. Motor tua itu juga yang dipakainya untuk mengantar-jemput tamu tanpa biaya tambahan sebagai bonus bagi pelanggan.

Kini antar-jemput dengan motor tua dan “kandang kuda” itu tinggal kenangan. Bangunan di atas bekas pembuangan sampah itu kini dijadikan rumah tinggal bagi 13 anak asuh yang disekolahkan di sekolah formal sambil dididik menjadi terapis. Motor tua itu pun sudah diganti menjadi dua minibus dan satu BMW. Layanan antar-jemput untuk area sekitar Ubud masih gratis. Tarif khusus diterapkan untuk area di luar Ubud.

Awalnya, kerja keras pasangan ini menghasilkan Rp 980.000 di bulan pertama dan meningkat menjadi Rp 5,6 juta di bulan kedua. “Masih sangat jauh dari utang yang harus dilunasi,” ujar Ngurah. Tak pelak, Astini pun sempat patah semangat dan berencana mencari pekerjaan lain saja agar bisa membantu melunasi utang. Namun, cinta dan semangat Ngurah berhasil meyakinkan Astini untuk bersama-sama lagi menjalankan dan membangun Sang Spa yang merupakan singkatan: “s” dari nama ayah yang memberinya modal, “a” dari Astini dan “ng” dari Ngurah.

Bulan ketiga Sang Spa berhasil mengumpulkan Rp 15 juta dan mulai mempekerjakan seorang karyawan untuk membantu mereka. Sejak itu, pendapatan meningkat terus hingga akhirnya pada Agustus 2009, Ngurah memutuskan membuka cabang, Sang Spa 2, di atas tanah sewaan seluas 600 m2 yang hanya berjarak 100 meter dari Sang Spa 1. Agustus 2010, Ngurah mengambil alih kontrak sebuah spa di Jalan Monkey Forest, Ubud, menjadi Sang Spa 3. Agustus 2012 Ngurah sempat membuka Sang Spa di Kuta, tetapi akhirnya diputuskan ditutup dan berkonsentrasi untuk mengembangkan spa di Ubud saja dulu.

Pria kelahiran Singaraja 10 Juni 1980 ini sejak awal telah menerapkan standar pelayanan yang wajib diterapkan para terapisnya yang kini berjumlah 68 orang. Calon terapis diwajibkan mengikuti pelatihan selama tiga bulan, tetapi setelah melewati bulan pertama mereka akan diberi kesempatan bekerja dengan didampingi terapis senior. “Sehingga, saat training pun mereka sudah bisa menghasilkan,” ungkap Ngurah sambil menambahkan, bila lolos, mereka terikat kontrak dua tahun.

Kini dengan penghasilan rata-rata Rp 3,6 miliar per tahun, pasangan Ngurah-Astini jelas sudah bisa bernapas lega. Namun, mereka tetap memutuskan tinggal di tempat kos sederhana yang sejak awal mereka tempati sehingga bisa lebih mudah memantau bisnis dan aktivitas anak-anak asuh.

Media sosial dipakai Ngurah sebagai ajang promosi paling efektif. Hampir 60% tamu yang berkunjung merupakan tamu online yang berasal dari Australia, Jepang, China, Malaysia, Singapura, dan beberapa negara Eropa.

Di bawah bendera PT Ngurah Sudarma, pada tahun 2014 ini Ngurah akan fokus untuk membangun sistem dan manajemen sehingga dalam tiga tahun ke depan cita-citanya menjadi konsultan spa bisa dia raih. Tak lama lagi, dia juga akan membuka kafe yang berlokasi di seberang Sang Spa 2 yang khusus menyediakan minuman sehat berbahan herbal. Selain itu, Ngurah pun sedang membangun sebuah vila di daerah Pejeng.

“Semuanya memang bermula dari mimpi, motivasi dan semangat,” kata penggemar buku-buku biografi dan motivasi ini.(*)

Silawati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved