Editor's Choice Youngster Inc. Entrepreneur

Bisnis Kedai Kopi Ala Vito Adi

Bisnis Kedai Kopi Ala Vito Adi

Kecintaan Vito Adi Tjandrasurja pada citarasa kopi Nusantara telah membawa pria berusia 25 tahun ini terjun ke bisnis kopi. Setidaknya, saat ini Sensa Koffie telah memiliki dua kedai, yakni di Malang dan Bali, dengan kisaran omset Rp 40–50 juta per bulan.

Vito Adi Tjandrasurja

Ketertarikan Vito di bisnis kopi, ia ceritakan, bermula dari perjalanan hidupnya di Australia. Ketika itu, ia masih menimba ilmu di Le Cordon Bleu, Adelaide, untuk mempelajari manajemen restoran dan katering. Dua tahun menghabiskan waktu di Australia, membuat Vito punya hobi mencicipi aneka kopi yang disuguhkan Negeri Kanguru itu. Ia takjub dengan kemahiran orang Australia menyangrai kopi Indonesia. “Lalu saya berpikir, kenapa tidak orang Indonesia yang bisa buat kopi enak di negaranya sendiri,” ia mengungkapkan.

Dari situlah, ia bercita-cita membuka kedai kopi yang menyajikan kopi asli Indonesia dengan standar dunia. Beruntungnya, kedua orang tua mendukung dan membekali modal kerja Rp 100 juta. Dari uang itulah, Vito kemudian membeli mesin roasting berkapasitas 1 kg dan mempekerjakan empat karyawan untuk mengurusi kedai kopinya. Berbagai kopi Nusantara dapat dicicipi di kedai yang mengusung tema peranakan itu, mulai dari Aceh, Sumatera, Jawa, Toraja, Flores hingga tempat lainnya. “Kami aktif mencari biji kopi mentahnya sendiri,” kata Vito.

Kelihaian Vito dalam menyajikan kopi terbaik memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Tahun lalu ia berhasil maju sampai perempat final World Coffee Testers Championship di Melbourne. Maka, bisa dibayangkan bagaimana Vito konsisten menjaga citarasa kopi Sensa. Ia selalu berusaha berinovasi tanpa mengurangi standar kualitas. “Tunjukkan kualitas, maka pasar akan datang dengan sendirinya,” kata Vito memberikan gambaran resep sukses bisnis kedai kopinya.

Tak perlu waktu lama bagi Vito membuat usahanya laris. Dalam waktu tiga tahun saja, sejak mendirikan Sensa Koffie di Malang, ia berhasil mengumpulkan modal baru untuk membuka usaha di Bali dengan skala yang lebih besar. Setidaknya, kapasitas mesin roaster Sensa berkembang dari hanya 1 kg menjadi 5 kg. Angka penjualan kopi pun kini meningkat menjadi 100 kg per bulan. “Saya menabung dulu untuk kumpulkan modal tim sebelum menambah cabang,” ia menambahkan.

Keberhasilan Sensa berkembang cepat, menurut Vito, tidak terlepas dari strategi pemasaran mulut ke mulut. Ia aktif mempromosikan Sensa di media sosial seperti Twitter dan Facebook, serta blogging. Berbagai pameran kopi nasional dan internasional juga ia ikuti untuk menambah pengetahuan dan jejaring bisnis.

Meski memiliki merek dengan kata “Koffie”, Sensa Koffie tak melulu menjual kopi. Kedai ini menawarkan alternatif menu lain sebagai teman menyeruput kopi, seperti bakso, gado-gado, rawon, dan mi goreng Jawa. Tak cuma masakan asli Indonesia, Sensa Koffie juga menyediakan menu Western, seperti salad, bistik dan sandwich. Harga yang ditawarkan pun tak terlalu mahal. Untuk satu gelas kopi seasonal blend, flavored coffee ataupun single origin manual brew, kedai ini membanderol harga di kisaran Rp 24–30 ribu. Sementara untuk makanan, harga yang ditawarkan di kisaran Rp 23–50 ribu

Galuh Norita Rusmila, salah satu pengunjung Sensa Koffie, mengaku senang berkunjung. Ia tertarik mencoba Sensa Koffie lantaran kedai itu punya tempat yang asyik dan elegan. “Jadi tidak bosen untuk selalu ke sana,” ucapnya.

Citarasa kopi yang disuguhkan pun, menurutnya, enak untuk dinikmati. Tak perlu banyak keluar uang, Galuh bisa menikmati aneka minuman dan makanan tak sebatas kopi. “Harganya lumayan terjangkau,” ia menambahkan.

Ananda Putri & Lia Amelia Martin


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved