Youngster Inc. Entrepreneur

Komunitas Barbie Lovers Jual Produk ke Australia

Oleh Admin
Komunitas Barbie Lovers Jual Produk ke Australia

Dengan melihat potensi pasar yang besar dari produk boneka barbie, komunitas “Barbie Lovers” di Sanggar Maksima LPA Karya Bhakti pun mengadakan pelatihan kepada masyarakat umum untuk membuat pakaian boneka tersebut. Tak tanggung-tanggung, boneka barbie hasil pelatihan itu langsung dijual ke Australia.

“Pelatihan kita berangkat dari sebuah LPA (Lembaga Peduli AIDS) ini. Dia punya wadah (dan) wadah ini aku bangun dan kembangkan dengan berbagai komunitas. Salah satunya komunitas Barbie Lovers,” sebut Ferry Febri S Van Hoogen, DIC Manager LPA Karya Bhakti, kepada SWA Online, di sela-sela pameran yang digelar PKBL Pertamina, di Jakarta, pekan lalu.

Ferry Febri S van Hoogen, DIC Manager LPA Karya Bhakti (kiri) dan Biyan (kanan)

Dijelaskan dia, komunitas Barbie Lovers bukan dibentuk oleh wanita, melainkan pria. Lalu pelatihan pun dibentuk berdasarkan inisiatif dari seseorang yang bernama Biyan. Diterangkan dia, Biyan sempat bercita-cita sebagai desainer pakaian. Akan tetapi, terang Ferry, ada banyak faktor yang tidak mendukung Biyan untuk mewujudkan cita-citanya tersebut.

Alhasil, Biyan pun menuangkan kemampuannya merancang pakaian ke kostum boneka barbie. Dalam merancang pakaian mini ini tidak ada keruwetan cutting seperti yang ditemui dalam merancang pakaian dewasa. “Lebih simpel desain boneka barbie,” imbuh Ferry.

Pelatihan untuk membuat pakaian barbie kepada masyarakat umum pun baru diadakan pada tahun 2012 lalu. “Biyanlah yang menjadi pengajar,” tambah dia.

Peserta pelatihan dikenakan biaya yang cukup terjangkau yakni Rp 250.000 untuk empat kali pertemuan. Ditegaskan Ferry, biaya ini bukanlah untuk mencari keuntungan, melainkan untuk pengembangan komunitas Barbie Lovers, atau membangun komunitas lain di LPA Karya Bhakti yang belum tersentuh atau berkembang.

Para peserta kursus akan diajarkan bagaimana mendesain baju barbie dengan seni menyulam menggunakan benang wool. Bukan hanya sekadar baju, tata rias rambut boneka pun diajarkan melalui kursus singkat ini.

Untuk satu kelas, maksimal peserta 10 orang dan minimal 5 orang. Jumlah peserta per kelas memang sengaja tidak banyak agar pemberian materi bisa dipahami dengan baik. Apalagi, pembuatan kostum boneka ini cukup detail. Pengajar pun harus memperhatikan satu per satu peserta. Pelatihan tidak musti diadakan di tempat kursus, tetapi bisa juga datang ke tempat yang diminta oleh peserta. Ini dimungkinkan kalau peserta yang diajar kondisinya berkelompok, seperti ibu-ibu PKK.

“Dari hasil yang telah mereka bentuk di kelas akan dijual ke Australia,” lanjut dia.

Permintaannya cukup unik, yakni barbie dengan kostum tradisional. Tujuan pembelian boneka ini pun untuk pajangan bukan sebagai mainan anak-anak. “Karena kalau kostum modern itu sudah banyak dalam bentuk sintetis. Kalau disini kita buat sesuai permintaan pasar dari klien di Australia,” ujarnya.

Mengenai jumlah penjualan boneka ke negeri kanguru tersebut , ia pun tidak bisa menyebutkan secara detail. Ia mengatakan tidak ada target jumlah produk yang diminta klien. Yang jelas, permintaan rata-rata ada setiap bulan. Harga per boneka pun berbeda, yakni tergantung dari tingkat kesulitan kostum. Jika di Indonesia, harga boneka minimal Rp 700 ribu, di Australia minimal bisa Aus$ 100 per buah. “Seperti bulan lalu itu hampir Rp 30 juta,” kata Ferry ketika ditanya mengenai nilai penjualannya.

Pelatihan ini pun ternyata berdampak positif bagi pesertanya. Ia bilang, sudah ada peserta yang menjual sendiri boneka barbie dengan kostumnya. Ada pula peserta yang membantu membuka jalur perdagangan. “Oh, saya punya toko jual saja di toko saya,” ucap dia menirukan peserta yang menawarkan peluang bagi penjualan barbie tersebut. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved