Editor's Choice Youngster Inc. Entrepreneur

Mantan Santri yang Sukses di Bisnis Animasi

Mantan Santri yang Sukses di Bisnis Animasi

Achmad Rofiq sungguh cemas ketika lulus dari Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang. Pasalnya, sebagai lulusan jurusan desain yang mendalami dunia animasi, ia tidak ingin terdampar di dunia kerja sekadar sebagai ilustrator atau desainer grafis. Ia ingin tetap di jalurnya sebagai animator.

~~

Achmad Rofiq

Maka, Rofiq dan beberapa temannya mendirikan CV Kdeep Animation pada 2005, yang pada 2011 bertransformasi menjadi PT Digital Global Maxinema (DGM). Kurang dari sewindu, berbagai karya animasinya diakui berbagai institusi sekaligus dilirik stasiun televisi swasta nasional. Karya yang pernah dibuatnya antara lain Bio Zone yang memenangi Juara I dan II & Best Viewer Choice Animation Naration (Animation Awards) dari Universitas Parahyangan, Bandung, serta Best Animation Malang Film Video Festival, Malang. Lalu, ada juga film Pentil-Pentol yang menjadi juara 1 Hellofest Vol. 1, Jakarta dan film animasi A Kite yang mendapat penghargaan khusus sebagai film animasi terbaik pada ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2008. Di ajang FFI itu pula Rofiq diganjar sebagai sutradara animasi terbaik.

Film animasinya yang berjudul Songgo Rubuh bahkan sukses ditayangkan di MNCTV pada 2012. “Songgo Rubuh memecahkan kebuntuan kepercayaan pengelola stasiun televisi sebagai salah satu pasar animasi terhadap kualitas studio dalam negeri. Kami mendapatkan bujet produksi setara dengan sinetron. Songgo Rubuh juga dikelola dengan campur tangan ahli. Untuk skenarionya, melibatkan penulis sinetron,” tutur mantan santri di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Kelurahan Kebon Agung, Kota Pasuruan, Jawa Timur itu.

Kecintaan Rofiq pada dunia animasi memang telah memicu ambisinya untuk memajukan industri animasi di Indonesia. Ia mencontohkan, betapa dunia tontonan, khususnya animasi, juga bisa berperan penting terhadap pembangunan cara pandang masyarakat. Contohnya, serial animasi Kapten Tsubasa di Jepang yang mampu menggairahkan dunia sepak bola di sana. “Di Jepang, animasi bisa memengaruhi semangat masyarakat untuk mencintai negara, budaya, bahkan sepak bola. Itu yang membuat saya merasa tepat memilih animasi sebagai jalan hidup, tepatnya sebagai creativepreneur,” ungkapnya.

Dengan visi tersebut, Rofiq lantas rajin melahap buku-buku bisnis dan pemasaran. Alasannya, jika dunia animasi Indonesia ingin dikenal banyak orang, pelakunya harus memahami cara memasarkannya. Dengan modal itu, ia kemudian banyak mengikuti festival di luar negeri untuk memasarkan karyanya seperti Europe on Screen dan Japan Asiagraph. “Biasanya, kami mempresentasikan pilot atau trailer film yang akan kami jual. Beberapa eksibisi internasional juga pernah kami coba dan kebanyakan broadcaster internasional tertarik.”

Dengan strategi itu, akhirnya banyak karya DGM yang dipesan berbagai pihak bahkan sebelum tuntas pembuatannya. Selain itu, “Dari perjalanan itu, saya mendapat banyak respons, baik dari investor dalam maupun luar negeri,” ungkap Rofiq. Salah satu strategi bersaingnya adalah menonjolkan keunikan produknya. “Karya DGM lebih mengutamakan desain karakter dan cerita yang khas Indonesia. Songgo Rubuh misalnya, adalah konsep wayang orang yang kami kemas dengan gaya budaya pop,” imbuhnya.

Tak seperti kebanyakan pengusaha, pada awal mendirikan usahanya, Rofiq justru kurang memikirkan aspek finansial. “Saya pikir, finansial bukan alasan seorang seniman untuk menjadi wirausaha. Lebih dari itu, animasi bisa mengubah dunia. Siapa yang tidak ingin seperti itu? Pasti finansial adalah hal kecil di dalamnya. Setidaknya, Steve Jobs pernah mewujudkannya,” kata Rofiq.

Selain membuat film, DGM juga mengerjakan animasi untuk iklan komersial, profil perusahaan dan iklan layanan masyarakat dari pemerintah. Juga, pernah mengerjakan animasi video klip grup band Padi untuk lagu berjudul Yang Terluka dan pernah pula mendapat pesanan iklan dari Jepang melalui Facebook.

Rofiq dkk. akhirnya mampu membuktikan bahwa jalur animasi sanggup mengalirkan pendapatan lumayan. Pada 2011, DGM meraih pendapatan Rp 1 miliar lebih dan terus meningkat hingga kini. Kantor yang awalnya hanya di Malang, sekarang juga ada di Jakarta dan Surabaya. Kantor di Jakarta dijadikan sebagai kantor pemasaran dan di Surabaya sebagai pusat riset.

Sepak terjang Rofiq mengantarnya memenangi berbagai kompetisi bisnis. Ia menyabet gelar Juara I pada kompetisi Wirausaha Muda Mandiri 2010 kategori Mahasiswa Program Pascasarjana dan Alumni bidang Kreatif yang digelar Bank Mandiri. Ia juga mendapatkan penghargaan sebagai Wirausaha Muda Sukses dari Kementerian Koperasi dan UKM 2011. Kini, dengan kesuksesannya sebagai pengusaha animasi, ia bisa dengan percaya diri menyatakan ia telah “naik pangkat”. “Mohon maaf, saya bukan lagi dikatakan animator karena saya adalah pengusahanya. Dan, studio animasi itu terdiri dari kumpulan orang, bukan kompetensi tunggal atau animator saja,” katanya menegaskan. Di DGM sendiri, kini ia mempekerjakan 20 animator, lima desainer, lima creative expert dan lain-lain.

Saat ini Rofiq tengah fokus membesarkan film animasi Kukurockyou. Rencananya, film ini akan dipasarkan secaraglobal. “Maka dari itu, sekarang kami mencoba terbuka untuk bermitra dengan mitra pemasaran atau entitas yang menjual, mendistribusikan, mengelola lisensi karakter dan merchandise secara global. Kami kira film Kukurockyou ini sangat potensial terutama karena semangat rock dan optimisme di dalamnya,” kata Rofiq yang menargetkan tahun ini pihaknya bisa lebih memperluas jaringan dan menembus pasar internasional lebih jauh lagi.

Denoan Rinaldi dan Eddy Dwinanto Iskandar

Riset: Dian Solihati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved