Youngster Inc. Entrepreneur

Yossa Setiabudi, Piawai Berbisnis Bawang Premium

Yossa Setiabudi, Piawai Berbisnis Bawang Premium

Tak ingin latah, Yossa Setiabudi memilih berbisnis yang tak banyak dilirik orang. Kini dia sukses berbisnis sebagai pemasok bawang premium, dengan mengusung merek Bawang Soy. Hingga saat ini, pelanggannya beragam, termasuk 18 hotel, 23 kafe, dan ratusan pengelola katering.

Yossa Setiabudi

“Awalnya saya mulai bisnis ini hanya untuk mengisi waktu luang. Waktu itu saya menunggu sidang skripsi S-1. Daripada menunggu tidak ada kerjaan, saya buka usaha kecil-kecilan,” ceritanya. Ia termotivasi ungkapan di sebuah buku, “Kalau kamu tidak bisa menjadi seperti Johnny Andrean, minimal bisa membuat gel yang bisa didistribusikan di banyak tempat salon.” “Dari situ saya melihat apa yang menjadi peluang makanan, (yang) simpel tapi dapat digunakan oleh banyak jenis usaha, sehingga ketemu bawang goreng karena dipakai soto, sate, nasi goreng dan berbagai jenis menu masakan lain,” ungkap Yossa.

Dia menceritakan, pertama kali memulai, proses produksi dilakukan di rumahnya, hanya ditemani seorang pembantu. Dia mencoba dengan memproduksi 1 kg bawang sehari atau 10 bungkus bawang goreng. Produk itu dijual ke teman-teman dekatnya. Setelah produknya diakui bagus dan kualitas premium, dia pun lalu memberanikan diri mempromosikan ke pihak lain, termasuk presentasi ke sejumlah hotel, toko swalayan, serta pengelola kafe dan katering. “Saya lebih dulu membuat list siapa saja yang potensial menjadi pembeli,” kata Yossa. Maka berkibarlah Bawang Soy.

Bawang Soy membidik kaum menengah-atas, khususnya dengan bahan bawang Sumenep. Belakangan, untuk memenuhi permintaan pelanggan katering dan kafe, Bawang Soy juga mulai menyediakan produk yang lebih ekonomis dengan bahan bawang Brebes. “Perbedaannya hanya terletak di kemasan. Kalau kualitas tetap sama: gurih, renyah garing,” kata Yossa. Pihaknya menyediakan pula berbagai varian rasa bawang, mulai dari manis, asin, pedas, hingga rasa orisinal.

Paulina, reseller, sudah mengenal Bawang Soy sejak 2008. “Saya coba kualitasnya, bagus, garing, kemasannya bersih, sehat, sehingga saya menawarkan produk Bawang Soy ke kerabat dekat saya. Ternyata banyak yang merespons positif dan meminta produk lagi. Akhirnya saya ditawari menjadi reseller,” ungkap Paulina. Hingga kini tiap bulan Paulina rutin kulakan Bawang Soy, khususnya bawang merah dan putih.

Memulai usaha di tahun 2008 hanya dengan Rp 6 juta, saat ini Yossa sudah bisa memproses bawang mentah sebanyak 2,2 ton per bulan, mempekerjakan 13 karyawan. Salah satu kendala bisnis bawang, menurut Yossa, harga beli bahan baku bawang yang fluktuatif. Untuk itu ia mengakalinya dengan cara menggenjot jumlah produksi saat harga bawang sedang rendah. “Kualitas tidak akan turun, karena kami memiliki alat pendingin untuk menjaga kualitas. Dengan cara ini stabilitas harga Bawang Soy bisa terjaga, nggak ikut naik-turun,” ungkapnya seraya menyebut omsetnya per bulan Rp 150 juta. Dari iseng, kini bisnis bawang jadi bisnis serius. Agar bisnisnya makin moncer, Yossa pun meluncurkan situs www.bawangsoy.com.

Sudarmadi & Rizky Chandra Septania


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved