Editor's Choice Youngster Inc. Self Employed

Anajidan Helmet: Hobi Membawa Rezeki

Oleh Admin
Anajidan Helmet: Hobi Membawa Rezeki

Gilang Rahadian

Gilang Rahadian

Anajidan Helmet, itulah nama bisnis reparasi dan modifikasi helm besutan Gilang Rahadian. Berawal dari helm kulitnya yang rusak, Gilang kemudian iseng mencoba memperbaikinya ke tukang jok, dan ternyata hasilnya bagus. Kebetulan pula, kelahiran Bogor 26 Desember 1989 yang masih tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Bisnis & Manajemen Islam di STEI Tazkia ini, memang hobi mendesain. Maka, ia lalu mencoba mendesain helm sendiri dan menambah aplikasi bordir di helm tersebut. Selanjutnya, lagi-lagi masih dengan niat iseng, ia pun mem-posting helm karyanya itu di Kaskus. Dari situ dimulailah bisnis helm Gilang.

Respons para Kaskuser – sebutan bagi pengguna situs ngobrol Kaskus – terhadap helm tersebut ternyata cukup bagus. Bahkan respons atas jasanya ini sampai ke Medan, Aceh, Makassar dan kota lainnya di luar Pulau Jawa. Dan ternyata, banyak pula anggota komunitas Vespa, Harley-Davidson, dan motor klasik lainnya yang berminat menggunakan jasanya itu. Dari situlah Gilang mulai fokus memproduksi helm bergaya retro. “Untuk modifikasi, hambatannya kadang mereka tidak bisa kirim helm dari kotanya karena biaya pengiriman mahal. Akhirnya saya sediakan helm dasar melalui kerja sama dengan distributor helm lokal yang sudah memiliki label Standar Nasional Industri. Nah, akhirnya sistem ini yang dipakai sampai sekarang,” ujarnya.

Sementara bahan baku kulit untuk helm modifikasi tersebut ia beli di Bogor atau Tangerang. Untuk menjahit bahan kulit helm, ia bekerja sama dengan warga di sekitar tempat tinggalnya yang 70% merupakan penjahit dengan menggunakan sistem maklun. Biasanya para penjahit itu hanya mendapat Rp 3-5 ribu untuk sepotong seragam. Adapun untuk sebuah helm mereka memperoleh Rp 10 ribu. “Di pasaran, produk seperti ini memang belum ada. Bisa dibilang kami merupakan yang pertama menyediakan helm kulit dengan desain customized ini. Kami ingin melakukan kerja sama yang saling menguntungkan dengan warga sekitar. Warga pun senang dan kami juga semangat mencari orderan,” ujar Gilang yang memang berniat turut membangun ekonomi para penjahit di sekitarnya melalui bisnisnya itu.

Menurut Gilang, modal usahanya ini boleh dibilang hampir Rp 0, karena ia menggunakan uang muka yang dibayarkan oleh pembeli untuk memproduksi helm. Beberapa keungggulan produknya adalah menggunakan bahan baku kulit sintetis MBtech yang tahan cuaca hingga 2-3 tahun. Pemesanannya pun tidak harus dalam jumlah besar. Anajidan Helmet menerima pesanan satuan, bahkan dengan permintaan, khusus seperti warna tertentu, hingga adanya bordiran logo klub dan nama pembeli. Selain itu, jika sudah lama atau bosan, pembeli dapat meremodifikasi helmnya.

Saat memulai bisnisnya, Gilang tidak pernah menghitung berapa helm yang telah ia produksi. Diperkirakan, produksi Anajidan hingga saat ini telah mencapai 1.000 helm. Tahun lalu ia memperoleh pesanan hingga 70-an helm dalam waktu satu bulan. Dan, di 2014 ini angka tersebut meningkat menjadi 110-150 helm dalam sebulan. Anajidan dibanderol dengan harga grosir Rp 300 ribu per helm. Sementara harga satuannya berkisar Rp 360-500 ribu. “Jika ada helm langka yang saya dapat di tukang loak atau di Kaskus, saya dapat menjualnya kembali dengan harga Rp700-800 ribu setelah dimodifikasi,” ia menjelaskan. Selain berjualan helm modifikasi, hingga saat ini Gilang juga masih memberikan jasa reparasi helm.

Pada dasarnya, Gilang memang hobi berbisnis dan berjualan. Baginya, apa pun yang ada di lingkungannya bisa dijual nilainya. “Saya memiliki prinsip ‘dimana kaki ini berpijak, disitulah saya berjuang’. Ini prinsip yang saya dapatkan setelah lulus dari pondok Gontor tahun 2009, dan sampai kini melekat dalam diri saya,” ia menandaskan.

Sudah lama ia sering berjualan di Kaskus, produknya bermacam-macam, mulai dari kaus basket, kaus distro, hingga kartu modem dan sebagainya. Itulah yang membuatnya memiliki reputasi sebagai seller di Kaskus. “Saya berjualan di Kaskus bukan untuk mencari materi, melainkan hanya untuk menyalurkan hobi jualan dan hasil yang saya dapat, yaitu reputasi baik dari para pembeli di Kaskus. Jadi, ketika saya mulai memasarkan helm tidak perlu lagi menumbuhkan kepercayaan dari nol, karena sudah punya reputasi yang cukup untuk jualan walaupun harus lebih meningkatkannya lagi,” tuturnya.

Ayahnyalah yang sebenarnya mendorong Gilang untuk berbisnis. Bagi Gilang, ayahnya adalah seorang pebisnis yang pantas dijadikan panutan, karena meski hanya memiliki ijazah SD, dia mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga bergelar sarjana. Di Bogor, ayah Gilang memiliki konveksi seragam sekolah yang sudah berjalan sejak 30 tahun lalu, dan bisnis angkutan umum dengan 6 armada. “Inilah yang menjadi motivasi saya. Ayah saya bisa menjalankan bisnis besar hanya dengan ijazah SD, tentunya saya yang sebentar lagi akan mendapat ijazah S-1 tidak mau kalah dengan ‘bos besar’,” ujarnya optimistis.

Tentu saja, status mahasiswa yang masih disandangnya menjadi tantangan tersendiri bagi Gilang, karena ia harus pandai membagi waktu antara berbisnis dan kuliah. “Hal ini bisa dibilang berat karena sedang skripsi. Tapi ini jadi motivasi saya,” ujarnya. Tantangan lainnya, menurut Gilang, dalam hal SDM. Selama ini urusan administrasi, desain dan pemasaran masih ditanganinya sendiri. Ia merasa masih belajar berbisnis, belum pandai merangkul mitra dan bekerja sama dengan baik. ”Sejauh ini kami sering melakukan sharing soal kekurangan dan kendala. Komunikasi yang saling terbuka seperti ini memudahkan evaluasi. Karena itulah saat ini saya sering mentoring tentang SDM di kampus saya,” ia menambahkan.

Saat ini, Anajidan Helmet masih dipasarkan melalui media Internet, seperti website dan media sosial. Porsi pemasaran terbesarnya melalui Kaskus. Sementara pemasaran langsung dilakukan melalui komunitas motor.

Ke depan, Gilang sangat ingin bekerja sama dengan perusahaan motor di Indonesia dan produsen helm lokal untuk meningkatkan produksi dan pesanan agar lebih mudah menjangkau pasar ke seluruh pelosok negeri. “Usaha saya juga sudah banyak dilirik oleh UKM lainnya. Hal ini membangun rasa percaya diri saya kalau bisnis ini memang sangat berpotensi ke depan,” ungkapnya.

Ia juga dengan tegas mengatakan hendak meneruskan bisnis helmnya ini setelah lulus kuliah nanti. “Tentu saja peluang seperti ini harus diteruskan. Kata Pak Ming kemarin kan kita harus ’stay hungry’,” ia mengutip perkataan Ming Alihan, Presiden Entrepreneurs Organization Indonesia & Karetplus, salah satu juri kompetisi Studentpreneur, sambil tertawa.

Indah Pertiwi & Kristiana Anissa

Riset: Muhammad Rizki Faisal


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved