Editor's Choice Youngster Inc. Self Employed

Duo Kakak-Adik Peraup Untung di YouTube

Duo Kakak-Adik Peraup Untung di YouTube

Diwantara Anugrah Putra & Gema Cita Andika

Diwantara Anugrah Putra & Gema Cita Andika

Diwantara Anugrah Putra bersama adiknya, Gema Cita Andika, mendirikan kanal Tara Arts Movie di YouTube sejak tahun 2010. Materi yang diunggah duo kakak-adik ini mengenai film atau video tutorial. Mereka digaet YouTube dan menerima penghasilan hingga 8 digit dari video yang diunggah di kanalnya itu.

Mereka belajar otodidak dengan menggunakan peralatan sederhana saat awal memproduksi filmnya. Video tutorial ataupun film parodinya sering kali mengundang senyum para penontonnya. Kreasi mereka patut diberi acungan jempol. Sebab, pengunjung kanalnya menembus jutaan orang. Perusahaan-perusahaan tak sungkan mengiklankan produknya di Tara Arts Movie.

Tara, demikian sapaan Diwantara, meraup untung dari iklan yang tayang di kanalnya itu. “Perhitungannya berdasarkan view-nya, semakin banyak video ditonton, maka semakin banyak penghasilannya. Lalu, ada iklan juga. Untuk total pendapatannya, kami tidak bisa menyebutkan karena terikat perjanjian dengan Google,” tutur Tara.

Ia menyebutkan awalnya meraih pendapatan sekitar US$ 25 saja. “Tapi sekarang sudah naik menjadi 8 digit dan angkanya naik terus,” ia menambahkan. Selain itu, Tara mengklaim mendapat penghasilan yang lumayan lantaran mempromosikan Smash, serial drama musikal di NBC Amerika Serikat yang diproduseri Steven Spielberg. “Spielberg mungkin tertarik untuk meng-endorse kami, karena kami sering membuat film yang ada dinosaurusnya,” ungkap Tara, tanpa menyebutkan nilai nominalnya. Salah satu film parodi buatannya berjudul Jurasic World Parody.

Menurutnya, Tara Arts Movie adalah kanal film parodi dan video tutorial. Film pertamanya yang berjudul Bearminator yang dibikinnya dengan kamera foto berkualitas rendah. Para aktornya adalah Gema dan sepupunya. Untuk lokasi syuting, mereka tak perlu merogoh kocek dalam-dalam karena dilakukan di daerah sekitar rumahnya di Perumahan Japos, Ciledug.

Guna mempercantik filmnya, Tara dan Gema menyunting efek khusus dengan menggunakan peranti lunak After Effects dan Windows Movie Maker. Durasi film dan video di Tara Arts Movie rata-rata 1-3 menit. Setelah penyuntingan rampung, mereka mengunggahnya di YouTube dan jumlah pengunjung (viewer) kanalnya lumayan banyak. Keahlian mereka itu acap kali digunakan perusahaan untuk membuat video profil perusahaan.

Mereka cerdik menggunakan keuntungannya dengan membeli modal kerja, seperti membeli kamera baru. Video unik dan kreatif mereka itu mampu membuat sejumlah pihak tercengang. Contohnya saja, ketika mereka menyertakan filmnya yang diberi judul Bridge to Dinosauria di lomba Good Day Schoolicious Movie Competition pada 2011. Film itu dibuat hanya dengan kamera saku. Namun, film itu bisa lolos ke babak 20 besar dari 361 film yang diperlombakan. Selanjutnya, dewan juri memilih film besutan duo kakak-adik ini sebagai kampiun di perlombaan tersebut. “Kami tidak menyangka, kami menjadi juara satu,” kata Tara mengenang.

Sebulan kemudian, Tara dihubungi David Spates, perwakilan YouTube yang menawari Tara Arts Movie sebagai mitranya di Indonesia. Tawaran itu, buat mereka, seperti kejatuhan durian runtuh. Tanpa berpikir dua kali, mereka menyambarnya dan menjadi mitra YouTube yang pertama di Indonesia. “Akhirnya, kami memutuskan untuk bergabung,” ucapnyadengan nada bangga.

Kini, pria kelahiran Jakarta 25 Desember 1989 ini mengatakan, ia membuat 6 kanal video, yaitu Tara Arts Movie, Tara Arts Game, Tara Arts Game Indonesia, Tara Arts Network, Tara Arts Music, dan Tara Magic. “Setelah filmnya di-upload, keesokan harinya kami meng-upload video tutorial cara membuat filmnya,” tutur Tara.

Gema menambahkan, dirinya membuat dua kanal, yaitu Gema Show dan Gema Show Indonesia. Gema Show berbahasa Inggris. Tara rutin mengunggah videonya setiap hari, semingu dan sebulan sekali bergantung pada tingkat kesulitannya.

Niken Sistha Sasmaya, Manajer Partner YouTube untuk Asia Tenggara, mengatakan, konten Tara Arts Movie tergolong unik. “Biasanya masyarakat beranggapan video-video di YouTube itu kontennya komedi, film pendek, atau musik, jarang ada yang membuat video tutorial dan efek visual tutorial. Karenanya, Tara Arts Movie itu berbeda dan unik,” ungkap Niken.

Tara menuturkan, jumlah pendaftar di 6 kanalnya hingga 18 Maret 2015 sejumlah 1.183-96.623 subscriber. Kesibukan Tara dengan profesinya ini membuat dirinya hanya bisa mencicipi kuliah di Universitas Negeri Jakarta Jurusan Seni Rupa hingga satu semester saja. Kini, Tara dan adiknya sebagai pengusaha kreatif yang dikenal hingga ke mancanegara. “Kami sering diminta mengedit film untuk menambahkan after effect-nya. Juga ditawari kerja di Yunani, Swiss dan Hollywood,” ia menguraikan. Dari dalam negeri, mereka kerap ditawari membuat iklan. Tarif yang dibanderolnya sekitar Rp 50 juta.

Menurut Niken, keahlian mereka itu bukan dari pendidikan formal/nonformal, melainkan belajar otodidak dari YouTube. “Keren banget. Dan mereka punya green screen sendiri di rumahnya,” katanya. Niken menyarankan Tara untuk memperbanyak kontennya dan mengatur kanalnya semakin rapi.

Tara pun memang punya rencana untuk memperbaiki kontennya dan meningkatkan keterampilan efek visualnya. Ke depan, Tara bercita-cita memproduksi film layar lebar. Sementara Gema ingin mengembangkan game buatannya sendiri. “Saya juga punya rencana membuat game untuk Android,” ujar Tara.

Vicky Rachman & Maria Hudaibyah Azzahra

Riset: Gustyanita Pratiwi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved