Editor's Choice Next Gen

Gebrakan Cicit Nyonya Meneer

Gebrakan Cicit Nyonya Meneer

Vanessa Kalani Ong

Vanessa Kalani Ong

Menghabiskan masa remaja hingga lulus kuliah di Amerika Serikat tak membuat Vanessa Kalani Ong melupakan warisan leluhurnya. Malah, cicit Lauw Ping Niao, pendiri perusahaan jamu PT Nyonya Meneer, itu kian agresif mengembangkan bisnis keluarganya.

Usai merampungkan kuliah dari Jurusan Sastra Prancis dan Bisnis di University of Hawaii pada 2008, Vanessa kembali ke Indonesia dan bergabung dengan perusahaan keluarganya. Kala itu ia langsung membuat gebrakan: membuat jamu blended, yakni minuman jejamuan produksi Nyonya Meneer yang dicampur denganberbagai citarasa kesukaan anak muda saat ini. “Di Hawaii, saya sering minum jus buah-buahan yang sehat, lalu saya berpikir, mengapa tidak buat jamu blended?” ungkap kelahiran 30 Januari 1988 itu memaparkan asal mula idenya.

Vanessa mengaku, ide tersebut merupakan adaptasi dari konsep yang diusung saudaranya, Jonathan.Namun seiring dengan berjalannya waktu, putri sulung Charles Saerang (Presdir Nyonya Meneer) itu pun tertarik memermak konsepnya. Awalnya, gerai yang didirikan saudaranya itu bernama Meneer Cafe. Belakangan, gerai tersebut di–rebrand menjadi Meneer Café Express. “Menunya sudah cukup oke, konsepnya juga oke, tinggal memilih target market yang tepat,” tutur Vanessa kepada SWA di kantornya, The H Tower, Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta.

Hasilnya, berbagai kreasi minuman unik pun lahir di kafe yang berlokasi di La Codefin, Kemang, Jakarta Selatan, itu. Contohnya, terdapat minuman Machoman yang mengandung Jamu Sehat Perkasa produksi Nyonya Meneer dengan rasa cokelat yang lezat. Ada pula minuman Charm Lady yang berisi ekstrak jamu Awet Ayu dikombinasikan dengan jus lemon, jeruk dan pir.

Gebrakan selanjutnya, Vanessa dan tim membuka Taman Djamoe Indonesia pada awal 2011di Ungaran, Semarang. Di taman seluas 4 hektare yang rimbun dengan aneka tanaman jamu itu juga berdiri Museum Nyonya Meneer. Bahkan, terdapat pula pemandu wisata yang akan menjelaskan seluk–beluk perjalanan Nyonya Meneer dan khasiat aneka tumbuhan yang terdapat di sana.

Penggarapan Taman Djamoe Indonesia memang sangat serius.Karena, bagi Vanessa, leluhurnya tidak hanya pebisnis, tetapi sekaligus sosok pahlawan perempuan. “Ini tidak hanya industri bisnis private, tetapi juga identik dengan pahlawan wanita juga. Karena, pengusaha bisnis pertama ya Nyonya Meneer ini. Apalagi, dia otodidak, belajar dari bukunya sendiri yang berbahasa Jepang dan Belanda. Sejarahnya sungguh luar biasa,” kata Vanessa kagum.

Karena itu, ia bertekad terus membesarkan warisan leluhurnya itu meski tantangannya tak mudah diatasi. Vanessa memaparkan, salah satu tantangan yang muncul diantaranya adalah perbedaan prinsip antargenerasi. “Jadi, saat ini generasi ketiga ada Papa dan saudaranya. Kadang, kalau saya dan sepupu saya ngasih ide yang kami samakan dengan kondisi saat ini, belum tentu mereka terima,” ungkapnya.

Contoh riilnya, saat ia hendak membesut Meneer Express Café. Awalnya, ia tidak mendapat izin. Namun setelah melihat kafe mereka di Kemang dipenuhi ekspatriat, ayahnya berubah pendapat. “Dari situ, akhirnya Papa menyetujui, dan sepupu saya mendatangkan chef langsung dari luar negeri. Beruntungnya, selalu ada keajaiban dibalik masalah,” ujar Vanessa seraya tersenyum senang.

Vanessa mengaku sangat bergairah meneruskan bisnis keluarganya. Pasalnya, ia sudah sangat akrab dengan dunia jamu sejak masih anak-anak. Dulu, saat liburan sekolah, ia kerap bermain ke pabrik jamu keluarganya di Jalan Raden Patah, Semarang, Jawa Tengah. “Di pabrik itu saya juga berkenalan dengan mbok-mbok karyawan di sana, akhirnya kami jadi akrab,” tuturnya.

Karena itu, meski kini harus mondar-mandir Jakarta–Semarang untuk mengurusi bisnis Nyonya Meneer dan Taman Djamoe Indonesia, Vanessa tidak pernah patah semangat. Salah satu ambisinya yang belum terwujud adalah membuat ritual minum jamu. Ia melihat, ritual minum teh di Jepang sebenarnya bisa diterapkan di Indonesia. “Kebetulan beauty consultantkami juga orang keraton, dan dia juga bilang memang jamu itu ada cara penyajiannya, sama kayak di Jepang itu,” katanya.

Satu lagi, Vanessa juga ingin membangkitkan minat anak muda untuk mengenal jamu. “Saya ingin membuat jamu seunik mungkin, jadi anak muda ada interest ke jamu,” kata dia penuh semangat.(*)

Lia Amelia Martin dan Eddy Dwinanto Iskandar

Riset: Muhammad Rizki Faisal


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved