Editor's Choice Youngster Inc. Entrepreneur

Pasutri di Balik Sukses Menghidupkan Minuman Heritage

Pasutri di Balik Sukses Menghidupkan Minuman Heritage

Tidak terbayang sebelumnya dalam benak pasangan suami-istri (pasutri) Alfonsus Hendrawan Judianto dan Jessy Budi Harsono bisa terjun menggeluti bisnis minuman lightly carbonated softdrink (minuman bersoda dengan kadar medium). Keduanya tidak memiliki latar belakang di bidang bisnis, apalagi bisnis minuman bersoda.

Alfonsus Hendrawan Judianto

Alfonsus Hendrawan Judianto

Namun, mereka percaya diri membesut Indo Saparella, minuman bersoda rasa saparella. Hal itu karena dorongan nostalgia masa lalu sebagai penggemar limun sarsaparilla. Keduanya tumbuh dan besar di Yogyakarta, di mana pada 1980-an masih mudah dijumpai minuman softdrink lokal atau limun rasa sarsaparilla. Di daerah ini, masyarakat lebih familierdengan sebutan saparela. “Kecintaan kami terhadap minuman tersebutlah yang mendorong kami berdua memutuskan mengangkat kembali citarasa lama yang pernah menjadi minuman favorit di era 1960-1980-an,” kata Hendrawan. Lebih jauh, ia juga menyayangkan bila potensi minuman lokal asli Indonesia pada akhirnya harus surut dan tergerus di tengah semakin menjamurnya produk minuman luar negeri yang beredar di masyarakat.

Kini produknya bisa dijumpai di gerai modern tertentu seperti Ranch Market dan The Farmer Market serta di berbagai hotel, restoran dan kafe (horeka) di Yogya, Solo, Semarang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Bengkulu, dan beberapa kota lain di Jawa. Produk tersebut memang lebih difokuskan menyasar segmen horeka. “Kebanyakan konsumen membeli dari outlet-outlet di Yogyakarta dan kemudian membawanya kembali ke kota domisili mereka masing-masing,” ujar Hendrawan. Ia menambahkan, banyak gerai modern yang mengubunginya untuk ikut dalam gerai tersebut.

Tahun 2008 menjadi awal Hendrawan dan Jessy memproduksi Indo Saparella. Kala itu belum banyak konsumen yang mengetahui produknya. ”Perlu waktu bagi kami untuk dapat memperkenalkan Indo Saparella di tengah-tengah masyarakat sebelum akhirnya masyarakat mengenal lebih jauh produk tersebut sebagai softdrink lokal asli Indonesia, “ ujar Hendrawan, lulusan Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang sering ikut berbagai pameran ini. Ia mendapat dukungan dari Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dan dari Disperindag Provinsi DIY. Dengan demikian, menjadi lebih mudah baginya mengenalkan Indo Saparella.

Pameran yang diikutinya mulai dari skala lokal, nasional hingga internasional. Sejumlah pameran itulah yang membuka kesempatan bagi Hendrawan untuk memberikan product knowledge dan menjalin relasi dengan calon konsumen. Dalam setiap pameran, Hendrawan sering membagi sampel free drink Indo Saparella untuk pengunjung agar bisa langsung menikmatinya. “Awalnya, kami cukup khawatir penerimaan dan respons market rendah karena minuman rasa sarsaparilla mulai hilang dari peredaran,“ ungkapnya. Ternyata, tidak demikian. Masih banyak konsumen yang ingin bernostalgia, sehingga responsnya pun positif.

Menurut mantan karyawan perusahaan minyak CNOOC SES Ltd. ini, minuman sarsaparilla yang cukup populer pada 1960-1980-an masih tetap hadir dalam ingatan para pencintanya. Bahkan, hal itulah yang menjadi booster bagi kelancaran Hendrawan dalam mengedukasi pasar sekaligus menjadi jembatan penghubung dengan pencinta minuman sarsaparilla lintasgenerasi.

Malahan, di luar dugaan, banyak kawula muda yang sebelumnya belum pernah menikmati limun sarsaparila memberikan respons positif. Rupanya, mereka penasaran dengan kemasan botol kaca Indo Saparella yang belum lazim di pasaran. Bentuknya seperti botol biasa, tetapi bagian bawahnya berukuran besar sehingga terlihat unik dan premium.

Selain itu, media sosial seperti Facebook juga berperan besar mempromosikan Indo Saparella sehingga produk tersebut lebih mudah dikenal.Tidak kurang dari 40.000 orang menyukai fanpage Indo Saparella di Facebook. “Melalui fanpage tersebut kami dapat mengedukasi dan sharing dengan para penggemar Indo Saparella dari berbagai lapisan umur dan wilayah di Indonesia dan dunia, selain melalui website kami, www.IndoSaparella.com,” ucap Hendrawan berpromosi.

Bicara soal kapasitas produksi, diakui Hendrawan, dibandingkan dengan perusahaan besar skala multinasional dan nasional, Indo Saparella saat ini masih tergolong rendah kapasitasnya dan belum beroperasi dengan kapasitas penuh. Namun, kapasitas produksinya dari hari ke hari terus mengalami peningkatan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Dari puluhan krat, menjadi ratusan krat sampai ribuan krat per bulan saat ini. Kini jerih payah Hendrawan dan sang istri membesarkan Indo Saparella telah membuahkan hasil.(*)

Dede Suryadi dan Nimas Novi Dwi AriniRiset: Dian Solihati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved