Editor's Choice Youngster Inc. Self Employed

Keuletan Deborah Dewi Memopulerkan Jasa Grafologi

Keuletan Deborah Dewi Memopulerkan Jasa Grafologi

Deborah Dewi

~~

Tiap orang punya gaya tulisan yang berbeda-beda. Namun, betulkah kekhasan itu mencerminkan karakter dan kepribadian masing-masing? Kalau hal ini ditanyakan kepada Deborah Dewi, ia akan menjawab “ya”.

Deborah mengklaim sejauh ini ia merupakan satu-satunya orang di Indonesia yang sudah memiliki sertifikat internasional di bidang grafologi. Dengan mengolaborasikan 440 indikator, ia dapat menghasilkan sebuah analisis tulisan yang tajam dan mendalam. Mulai dari tingkat kemiringan huruf, kecenderungan pengambilan margin, zona tulisan untuk huruf-huruf bertangkai (karakter huruf b, d, f, g, h, j, k, p, q, t, y), hingga ketajaman sudut huruf-huruf tertentu (misalnya m, n, r).

Di Indonesia, grafologi memang belum terlalu dikenal. Deborah sendiri baru mempelajari ilmu analisis tulisan tangan ini pada 2009. Jujur ia mengakui hal ini bermulai dari kondisi depresi dan persoalan pribadi yang dihadapinya. Alumni Jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan, Bandung, ini pun melahap berbagai buku psikologi dan buku-buku yang berkaitan dengan itu. Grafologi dikenalnya dari Sapta Dwikardana, mantan dosennya.

Merasa asyik, ia pun serius mendalami bidang ini dengan mengikuti Program Certified Master of Handwriting Analyst, di bawah bimbingan seorang mentor grafolog asal Amerika Serikat yang berpengalaman 45 tahun. “Ternyata, grafologi bisa jadi solusi masalah, baik bagi saya sendiri maupun orang lain,” katanya. Menurut wanita kelahiran Surabaya 22 Juni 1981 ini, grafologi dapat membantu membangun dialog yang efektif dengan klien.

Pada pertengahan 2010, Deborah memutuskan hijrah ke Jakarta untuk lebih memperkenalkan grafologi. Padahal, di kota kelahirannya ia telah memiliki bisnis event organizer Blue Ocean, yang dibangunnya tahun 2007 dan sudah punya klien beberapa perusahaan besar, seperti Sampoerna, Astra, Sinar Mas dan M-150. “Saya ingin keluar dari zona nyaman. Ada tantangan baru untuk memperkenalkan grafologi. Namun, Blue Ocean masih jalan,” ungkapnya.

Deborah mengatakan, penerapakan ilmu grafologi bisa sangat luas, karena mencakup hampir semua bidang kehidupan yang berhubungan dengan manusia, termasuk dunia bisnis. Namun, upayanya memperkenalkan grafologi tidak segampang yang dibayangkan. Awalnya, ia sempat mendapat ejekan dan ditertawai teman-temannya sendiri. Begitu pula, ketika mengajukan proposal ke beberapa perusahaan di Surabaya untuk menggelar workshop dan pelatihan tentang grafologi, tidak ada respons. Untunglah, semangatnya tak luntur. Deborah pun menjajal pasar Bali. Ia mengincar kalangan ekspatriat yang berniat menjalani bisnis dengan masyarakat lokal. “Saya pikir ekspatriat lebih bisa menerima grafologi, tetapi lagi-lagi hasilnya tak sesuai ekspektasi,” ujarnya.

Kendati tidak mendapat respons pasar, Deborah tidak patah arang. Ia pun hijrah ke Jakarta, dan memanfaatkan jejaring sosial Twitter untuk memperkenalkan grafologi. Setiap hari ia memberi kesempatan kepada follower-nya untuk dianalisis tulisan tangannya secara gratis. Ia pun menjalin kerja sama dengan Hard Rock FM dan Majalah Intisari.

Deborah Dewi

~~

Ketekunan Deborah berbuah. Klien pertamanya datang lewat Twitter yang memberikan testimoni positif tentang analisis tulisan tangan yang diberikannya. “Setelah itu, semua mengalir sesuai ekspektasi,” ujarnya semringah.

Buktinya, sejumlah figur publik pernah merasakan pengalaman menjadi objek analisisnya, antara lain Martha Tilaar, Rudy Hadisuwarno, Manohara, Ghea Panggabean, Safir Senduk, Desi Anwar, Ligwina Hananto, hingga perancang Era Soekamto. Adapun korporasi yang pernah menggunakan jasa analisis Deborah: Bank Commonwealth, Indosat, BRI, Bank Mayapada, Grup Tiara, dan masih banyak lagi perusahaan kecil. “Klien paling setia dari Surabaya adalah PT Harfarm Jaya, hingga sekarang.”

Keahlian Deborah juga telah dimanfaatkan instansi pemerintahan, seperti kepolisian. Misalnya, ia membuat kejutan ketika menganalisis surat wasiat Farhan, terduga teroris yang tewas dalam baku tembak di Solo beberapa waktu lalu. Ia menyebut surat setebal 16 halaman itu hasil tulisan tangan dua orang yang berbeda. Ia juga ikut menganalisis karakter Afriyani, terdakwa kasus kecelakaan mobil Xenia yang menewaskan sembilan pejalan kaki. Ia pun pernah menganalisis Mujianto, terdakwa pembunuh berantai. Uniknya lagi, ia juga menganalisis karakter enam kandidat calon Gubernur DKI Jakarta saat masa kampanye pilkada.

Ada dua jenis layanan yang ditawarkan Deborah dalam urusan analisis tulisan tangan ini. Pertama, Grafologi for Marketing, yaitu grafologi yang difokuskan untuk interpretasi tulisan. Layanan ini diberikan kepada para tenaga penjualan B2B untuk mengetahui bagaimana mendekati klien dan bernegosiasi berdasarkan tulisan tangan calon klien. Dengan begitu, mereka bisa tahu bagaimana mendekati klien secara efektif, tidak menebak-nebak lagi. “Tidak semua klien mau dan nyaman diajak ngopi-ngopi saat didekati,” ujarnya. Layanan interpretasi tulisan ini juga bisa digunakan oleh tim HRD dalam menyeleksi calon karyawan dari tulisan tangannya.

Jenis jasa kedua, grafologi untuk melihat keotentikan tanda tangan seseorang, apakah asli atau palsu. Untuk layanan ini, Deborah kerap memberikan pelatihan kepada tim audit, pemasaran, dan teller bank, agar tidak muncul kasus-kasus fraud. Di luar itu, ia juga menyediakan layanan tambahan yang bersifat pribadi bagi para pesohor atau sosialita yang tidak mau disebut namanya, terutama dalam hal komunikasi dengan pasangan, hingga urusan percintaan.

Berapa pendapatan yang dikantongi Deborah dari bisnis barunya tersebut? “Apakah revenue-nya bagus? Lihat saja wajah saya, semringah kan. Berarti menyenangkan, sudah tidak bleeding,” ujar wanita yang hobi membaca ini sambil tertawa lepas.

Zulfikar Nazara, salah seorang klien Deborah, mengakui pelatihan grafologi yang diberikan dapat mempercepat pengambilan keputusan, karena karyawan telah memahami karakter kliennya sebelum mendekati mereka. “Dengan begitu, tidak ada coba-coba lagi dalam mendekati calon klien, karena kami tahu how to approach yang tepat,” ujar Zulfikar.

“Saya berharap Deborah mau mengembangkan ilmu ini lebih luas agar masyarakat dapat memanfaatkannya. Termasuk, untuk melihat karakter calon presiden ke depan,” kata Zulfikar seraya tersenyum.

Keberhasilan Deborah mengemas jasa grafologi tidak mengejutkan Yoris Sebastian Nisiho. Pengamat industri kreatif ini mengaku telah lama mengenal sosok Deborah. “Deborah sudah punya pengalaman di EO sebelumnya, maka sekarang ia bisa dengan baik mengemas grafologi jadi sesuatu yang populer dan menarik,” ujar Yoris. “Semoga dia bisa fokus,” katanya menyarankan. (*)

Herning Banirestu & A. Mohammad BS/Riset: Adinda Khalil


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved