Youngster Inc. StartUp

Hendry Sasmitapura, Lahirkan PotMeetsPop di Negeri Jiran

Oleh Admin
Hendry Sasmitapura, Lahirkan PotMeetsPop di Negeri Jiran

Usia Hendry Sasmitapura masih terbilang muda, 26 tahun. Namun, putra bungsu M. Chandra Sasmitapura ini bisa melahirkan produk berbahan denim yang telah dipasarkan ke sejumlah negara, yakni Malaysia, Singapura, Australia, Jerman dan Afrika Selatan.

Keberhasilannya bermula dari kecintaannya terhadap denim. Hendry bersama dua rekannya, kakak-beradik Mahatirta dan Mursi Adikusumah asal Bandung, pun memutuskan meluncurkan merek denim lokal bernama PotMeetsPop (PMP). Tak disangka, hanya dalam waktu tiga bulan sejak diluncurkan pertama kali di Kuala Lumpur pada 2009, PMP terjual 800 potong. Saat itu, Hendry masih tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir di Jurusan Economic Finance Metropolitan College, Kuala Lumpur, Malaysia. “Saya memang mengoleksi denim dan kebetulan ayah saya pengusaha garmen di Bandung dengan denim sebagai spesialisasinya,” ujar Hendry seraya menyebutkan, modal awal usahanya sekitar Rp 50 juta, dan hampir 100% berasal dari kantong sang ayah.

Hendry Sasmitapura

Hendry Sasmitapura, bersama Mahatirta dan Mursi Adikusumah meluncurkan merek denim lokal bernama PotMeetsPop

Menurut Hendry, Kuala Lumpur sengaja dipilih untuk meluncurkan PMP karena mereka melihat kebiasaan konsumen Indonesia yang suka mengikuti tren fashion di luar negeri. “Jadi, lebih baik kami membuat hype di luar negeri yang gaungnya akan sampai juga ke Indonesia,” ujarnya. Untungnya, respons pasar di Malaysia bagus, begitu juga dengan media asal Indonesia ketika produk PMP dibawa pulang ke Indonesia.

Segera setelah keberhasilan itu, PMP melebarkan sayap ke Singapura, Australia, Jerman dan Afrika Selatan. Adapun di Indonesia, Hendry dkk. juga merambah beberapa kota seperti Bandung, Balikpapan, Lampung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Bali dan Jakarta. Untuk Jakarta, “Kami sudah berhasil masuk ke gerai Debenhams dan pada Desember nanti kami akan masuk di Metro,” kata Hendry, yang mengaku sebagai satu-satunya pendiri yang mengurus operasional usahanya saat ini.

Dalam memasarkan produk PMP, Hendry memilih cara bergerilya. Alasannya, karena tidak bergerak pada industri mainstream, ia berusaha semaksimal mungkin memakai aktivitas promosi dengan anggaran rendah. “Kami lebih mengincar fashion spread atau product review terhadap PMP,” katanya. Selain itu, mereka juga menggarap interaksi di media sosial seperti Twitter dan Facebook. Saat ini, ada sekitar 7.000 penyuka PMP (likes) pada laman Facebook dan hampir 9.000 pengikut akun Twitter PMP. “Untuk promosi melalui Twitter, kami dibantu Nino RAN dan Pevita Pearce. Saat mereka nge-Tweet produk kami, bisa sampai 100 pengikut yang terjaring,” ungkapnya. Sejumlah pelaku di industri musik juga didaulat PMP untuk menjadi duta mereknya.

“Kami juga melakukan aktivasi brand dan pemasaran pada fashion event yang sering diadakan di Jakarta dan Bandung,” ujarnya. Untuk lebih menjangkau daerah lain, Hendry membuat program PotMeetsShop di mana PMP menyambangi dealer-dealer resmi di daerah seperti Yogyakarta dan Surabaya. Di program itu ia membuat acara yang berisi music performance dari para duta merek PMP dan juga ekshibisi denim untuk lebih mengenalkan dan menyebarkan pengetahuan mengenai denim kepada konsumen di daerah yang dituju.

Hendry SasmitapuraUntuk distribusi, Hendry melakukan seleksi ketat, karena ia ingin toko distribusi resmi PMP mengerti konsep dan target pasar produk PMP. Alhasil, ia lebih memilih concept stores sebagai gerai-gerai resmi PMP.

Adapun target pasar utama PMP adalah anggota komunitas penggemar denim (Denim Heads). Di Indonesia, komunitas tersebut bernama Indigo (Indonesia Denim Group) yang berwadah di website darahkubiru.com. “Itulah target utama kami awalnya,” kata Hendry.

Sejak awal, Hendry langsung mengeluarkan masing-masing empat artikel untuk pria dan wanita demi menjangkau konsumen dari dua gender itu. Adapun tipe jins yang ia rilis itu adalah Afghani, Thai Stick, Super Thai Stick dan Pipes. Menurutnya, keempat tipe itu memiliki cutting dasar untuk produk pria. Kemudian, awal tahun ini ia mengeluarkan cutting terbaru, yaitu 420 Cut. Sampai sekarang PMP sudah menambah dua lini lagi, yaitu PMP XOXO yang dikhususkan untuk konsumen wanita dan PMP Overalls yang dibuat untuk mengincar pasar komunitas Denim Heads. Untuk PMP XOXO terdapat beberapa cutting, tetapi selalu berubah setiap season, dan tidak memiliki cutting tetap seperti pada empat cutting dasar PMP. Pada PMP Overalls sendiri ada tiga jenis cutting.

Di tengah persaingan ketat bisnis fashion, Hendry melihat bisnis denim masih menjanjikan. Alasannya, denim merupakan salah satu jenis busana yang dapat diproduksi secara massal. Selain itu, karakter denim long lasting, yang tidak akan terpengaruh oleh tren musiman.

Diakuinya, hingga saat ini skala bisnis PMP belum apa-apa. “Tetapi, jika dibandingkan dengan label denim independen lokal, kami adalah salah satu market leader.”

Bagaimana perilaku konsumennya? Menurutnya, di Singapura konsumennya lebih menyukai merek denim impor daripada merek denim lokal Singapura sendiri. Ia juga yakin dapat mendikte pasar denim di Malaysia. “Visi saya adalah PMP menjadi salah satu brand denim terbaik di Asia Tenggara, sebab saya pikir saingan terberat untuk denim lokal di Asia Tenggara hanya datang dari Thailand,” ungkapnya.

Hendry berniat membuka toko resmi PMP di Jakarta tahun depan, untuk membangun

customer loyalty dan customer trust. Ia juga mengaku akan lebih fokus ke pasar lokal dulu untuk mematangkan merek dan strategi pemasaran sebelum menggarap pasar luar negeri lagi. (*)

Yuyun Manopol & Rangga Wiraspati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved