Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Peruntungan Sejoli Zu dan Adit di Bisnis Busana Lolita

Peruntungan Sejoli Zu dan Adit di Bisnis Busana Lolita

Adit Roosandy & Komara Titis Hardini

Adit Roosandy & Komara Titis Hardini

Iseng tak selalu berkonotasi jelek. Malah, dari iseng bisa juga menghasilkan uang. Tanyakan saja pada Komara Titis Hardini, wirausaha muda yang tengah bersinar dengan produk baju-baju Lolita-nya. Bisnis yang ditekuni wanita yang punya sapaan Zu ini awalnya cuma karena iseng. “Ya, bisnis yang kami jalani sekarang awalnya sih cuma iseng karena jenuh dengan tugas akhir,” ungkap Zu.

Ketika itu, Zu masih berstatus mahasiswa di Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro. Merasa jenuh dengan kesibukan tugas akhirnya, ia pun iseng-iseng membuat pita rambut dari kain perca. Untuk menjahitnya, ia meminta tolong kepada penjahit di dekat rumahnya. Maklum, ia tidak bisa menjahit. Lalu, produk pita rambutnya itu dijual di laman Facebook seharga Rp 60 ribu per piece. Beberapa waktu kemudian ada pelanggan yang minta dibuatkan dress bergaya Lolita. “Nekat, saya iyakan saja, sambil mencari penjahit yang bisa jahit gaun berenda yang mekar. Sebab, ternyata tidak semua penjahit bisa. Beberapa kali trial sana-sini, akhirnya dapat yang cocok,” kata Zu mengenang sambil tertawa.

Bermodal nekat pula, pada 2009 Zu memutuskan membuat industri rumahan berikut fashion showroom, di rumahnya di Semarang. Mengusung merek Coruscate Unique— coruscate artinya bersinar—Zu menawarkan konsep Lolitafashion style untuk baju-baju yang dirancangnya. Lolita adalah gaya busana Jepang yang dipengaruhi gaya Victorian (kebangsawanan Inggris) dan busana periode Rococo (Late Baroque). Ciri-ciri yang banyak ditemui dari gaya Lolita yakni: rok selutut dengan bentuk seperti cupcake (mengembang di bagian bawah), kaus kaki (stocking) selutut, hiasan kepala, serta baju dengan banyak renda. “Gaun Lolita fashion ini sudah punya pakem internasional, sehingga kami tinggal memproduksinya sesuai dengan aturan-aturan yang ada sambil di-mix dengan hiasan renda, ruffle, warna kain, motif kainnya, atau pita yang ada di gaun,” Zu mengulas.

Pemasaran secara online pun mulai gencar dilakukan Zu. Dibantu Adit Roosandy, yang kini menjadi suaminya, baju Lolita merek Coruscate Unique ini awalnya dipasarkan melalui jejaring sosial Facebook. Lalu, juga melalui Instagram (@coruscateunique) dan situs web sendiri (www.coruscateunique.com), serta melalui situs marketplace internasional bernama Etsy (www.coruscateunique.etsy.com). “Pemasaran paling efektif via online,” ujar Adit. “Kami sudah punya model yang awal tahun depan dipersiapkan akan dijadikan idola via YouTube,” tambahnya.

Rupanya, baju-baju handmade rancangan Zu ini memperoleh antusiasme tinggi dari kalangan pencinta busana gaya Lolita. Terutama, para remaja dan ibu-ibu muda yang ingin memakai gaun kembaran dengan putrinya. Harga busana yang dipatok Zu mulai dari US$ 120 sampai US$ 575 per potong. Sudah ada sejumlah pembeli produk Coruscate Unique dari mancanegara, seperti Amerika Serikat, Prancis, Australia, Jepang, Jerman, Kanada, Belgia dan Arab Saudi. “Kebanyakan konsumen luar negeri sangat menyukai barang-barang handmade yang dibuat spesial untuk pelanggan dan berbeda dari produk pasaran,” ucap Adit.

Di pasar domestik pun baju Lolita dari Coruscate Unique mendapat antusiasme tak kalah bagus. Bahkan, sering dikenakan penyanyi Vicky Shu dan anggota girlband JKT48.

Zu dan Adit mengaku saat ini cukup kewalahan dalam proses produksi. Maklum, di rumah produksinya mereka hanya mempekerjakan dua penjahit, plus seorang penjahit khusus untuk petticoat. “Semua desain busana kami itu limited, tidak diproduksi massal. Dengan begitu, pelanggan akan lebih menghargai kalau gaun ini hanya dibuat khusus untuk dia,” ucap Zu.

Menurut keduanya, soal bahan baku, pihaknya tidak mengalami kesulitan. Umumnya, semua bahan baku masih tersedia di Indonesia. Adapun untuk kontrol kualitas, mereka membeli dan mengecek ulang sendiri bahan baku pembuatan dress seperti kain, retsleting dan benang. Namun, salah satu kendala yang dirasakan cukup mengganggu adalah masalah pengiriman. Mereka menyebut, biayanya mahal dan memakan waktu lama. ”Shipping ke luar negeri dari Indonesia lumayan lama dan mahal. Kebanyakan pelanggan luar kami dari AS dan Kanada, butuh waktu 5-10 hari untuk ke sana, belum termasuk proses di Bea Cukai dan semacamnya,” ungkap Adit. “Jika ada pilihan shipping yang lebih mudah dan murah, pasti akan sangat membantu kami dan pebisnis lain,” tambahnya.

Sejak akhir 2010, terutama setelah Adit bergabung, produk yang dibesut Coruscate Unique bukan hanya baju Lolita, tetapi juga sepatu dan tas yang unik dengan cirikhas pita. Kebetulan, kakek Adit seorang pengusaha sepatu. “Untuk melengkapinya, kami juga membuat sepatu Lolita bekerja sama dengan kakek Adit yang kebetulan produsen sepatu,” kata Zu. Sepatu yang dibuat seperti model Mary Jane dengan banyak pita dan aksesori lainnya. “Ke depan, kami akan produksi dress Lolita dari kain batik kontemporer dengan warna pastel. Kami sudah ketemu dengan produsen batiknya dan mulai memproduksi beberapa sampledress tetapi belum di-launching,” ungkap Zu soal proyek terbarunya. Ia mengaku ingin produknya dikenal sebagai produk Made in Indonesia karena limited, homemade dan dikesankan berharga.

Wulan Ayu Pamungkas, mahasiswi Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya yang merupakan penggemar busana Lolita, mengakui kualitas Coruscate Unique cukup bagus. Karena itu, ia menjadi pelanggan setianya. “Saya mengetahui Coruscate dari Internet. Awalnya, saya iseng-iseng mencari produsen baju Lolita karena saya menyukainya. Pertama kali memesan, saya membeli satu dress. Lalu untuk yang kedua kalinya, saya memesan empat baju,” ungkap Wulan. “Sejauh ini semuanya bagus. Saya berharap Coruscate bisa terus lancar memasarkan produknya di tingkat internasional,” katanya.(*)

A.Mohammad BS & Indah Pertiwi/Riset: Dian Solihati

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved