Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Sukses Dianta dan Ryanda Jualan Air Teh Khas Thailand

Sukses Dianta dan Ryanda Jualan Air Teh Khas Thailand

Dianta Hasri dan Ryanda Ibrahim

Dianta Hasri dan Ryanda Ibrahim

Tidak seperti kebanyakan anak muda lainnya yang menekuni dunia fashion atau yang berbasis Internet, Dianta Hasri dan Ryanda Ibrahim memilih bisnis yang lain dari yang lain: jualan air minum, air teh khas negara Thailand: Thai tea. Dengan mengemas merek King Thai Tea, kedua jajaka Kota Kembang ini pun menuai sukses sebagai start-up.

Dikisahkan Ryanda, awal mula mereka menggeluti bisnis Thai tea: ia merasa kesulitan mencari minuman yang sudah sesuai dengan lidahnya. Maklum, ia pernah menetap cukup lama di Thailand. Walaupun sebenarnya di Bandung ada dua pelaku lain di bisnis ini, harga produknya cukup mahal dan gerainya masih sangat jarang. “Tiap hari saya minum Thai tea di Thaiand. Makanya, saya khatam betul rasanya,” ujar Ryanda sambil tertawa. “Saya pikir ini peluang bisnis yang bisa dikembangkan di Indonesia. Lalu, ide itu saya tawarkan ke Dianta,” ungkapnya.

Gayung bersambut. Kedua sahabat ini mulai meramu Thai tea dan melakukan tes pasar selama tiga bulan guna mendapatkan citarasa yang sesuai dengan lidah orang Indonesia. Mereka pun menyuntikkan dana sebesar Rp 15 juta untuk membeli mesin dan bahan baku. Pada pertengahan 2012 mereka sepakat mengembangkan King Thai Tea.

King Thai Tea adalah merek urban yang membidik anak muda berusia 15-27 tahun. Hampir 85% pembelian berasal dari ABG yang gemar berkumpul di pusat perbelanjaan atau convience store. Dianta mengklaim, produknya memiliki beberapa keunggulan. Misalnya, harga yang terjangkau, yakni Rp 9.000 per cup – merek lain harganya lebih dari Rp 25 ribu. Juga, memiliki volume yang sesuai dengan kebutuhan, menawarkan dua varian (orisinal dan teh hijau), serta tersedia di tempat-tempat keramaian anak muda. “Segmen inilah yang belum digarap banyak pemain dan berpeluang besar untuk tumbuh,“ Dianta menambahkan.

Tak salah, King Thai Tea mendapat respons positif dari pasar. Bisnis minuman yang mereka rintis tumbuh signifikan. Dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, uang pinjaman untuk investasi awal sudah berhasil mereka kembalikan. Omset pun melambung dari semula Rp 10 juta/bulan, sekarang mencapai lebih dari Rp 80 juta/bulan. Penjualan terdongkrak hingga 4.000 cup atau setara 1.500 liter setiap bulan. Jumlah itu diprediksi dapat meningkat 20%-30% seiring dengan penambahan booth. Namun, yang paling membanggakan, seperti diklaim Ryanda, merek King Thai Tea sudah semakin melekat di kalangan pelajar di Bandung. “Berbagai kegiatan untuk menarik anak muda terus kami lakukan, seperti foto booth di samping booth kami,” ujar Ryanda.

Kendati begitu, bukan berarti pengembangan King Thai Tea mulus-mulus saja. Sebaliknya, mereka beberapa kali ditolak oleh pihak toko ketika menawarkan produknya. Namun, pengalaman Dianta sebagai konsultan merek dan pengetahuan Ryanda sebagai profesional hubungan masyarakat menjadi senjata utama dalam membesarkan King Thai Tea. “Pertama kali kami ajukan penawaran kerja sama ke Yogya Express. Setelah sempat tidak digubris dan digantungkan, akhirnya produk kami diterima,” kata Dianta sambil tertawa. “Itu pun setelah dilakukan tes produk oleh jajaran direksi di sana. Hasilnya, dalam tiga bulan pertama, produk kami menjadi top seller kategori minuman,” imbuh Ryanda dengan bangga.

Selain di Yogya Express, kini minuman sehat King Thai Tea tersedia pula di beberapa tempat, yakni di Festival Citi Link, Sabai Camp, Fitness City dan di dua pusat kebugaran lainnya. Mereka juga menawarkan paket kerja sama (ritel). Misalnya, dapat dipesan saat acara pernikahan, bazar, dan hajatan lainnya. Diklaim Dianta, penjualan melalui booth menyumbangkan 70% terhadap pendapatan perusahaan, sisanya dari pasar ritel.

Guna memuluskan langkah King Thai Tea meraup pasar di Bandung, kedua lajang ini mendesain strategi pengembangan bisnis. Pertama, berpromosi melalui media online seperti Twitter. Dianta percaya, jejaring sosial menjadi media yang sesuai dengan kas perusahaan dan karakter produk yang ditawarkan. Hingga saat ini King Thai Tea telah menghimpun 600 pengikut. Kedua, menggunakan duta merek untuk menarik perhatian dan mendongkrak popularitas. Duta merek yang digunakan adalah dari kalangan pelajar yang memiliki jumlah pengikut Twitter banyak. Program ini dilakukan secara berkala melalui audisi dan sudah melahirkan dua duta merek. “Dari sinilah merek kami dikenal, dibicarakan dan direkomendasikan. Strategi ini cukup besar dampaknya buat merek kami,” ujar Ryanda.

Langkah selanjutnya adalah menciptakan diferesiansi layanan. Di King Thai Tea, pembeli bisa mengambil dan menyajikan sendiri minuman yang diinginkan. Konsep self service ini diakui Dianta menjadi kunci kesuksesan bisnis mereka. Kebanyakan pembeli, menurutnya, menginginkan takaran yang penuh dengan sedikit es batu atau bisa mencampurkan rasa original dan teh hijau sesuka mereka. “Bahkan, ada kelakuan pembeli yang konyol. Mereka minum dulu, lalu diisi lagi atau ada juga yang bawa tempat minum. Dan, itu sah-sah saja sih selama masih wajar dan bisa diterima,” ungkap Dianta sambil tertawa.

Tahun ini Dianta dan Ryanda merampungkan pembukaan tiga booth baru di Bandung. Untuk mendirikan satu booth, menurut Dianta, dibutuhkan dana sekitar Rp 80 juta. “Jakarta dan Medan coming soon. Tawaran di kota lainnya juga banyak, termasuk diwaralabakan. Tetapi, kami belum memikirkan tawaran itu, karena kami ingin membangun kerajaan bisnis food and beverage yang menyediakan banyak produk. Misalnya, jika tidak ada halangan, kami akan menjual hotdog atau makanan ringan lainnya,” ujar Dianta. “Sebenarnya, Thai tea ini nantinya hanya salah satu portofolio bisnis kami. Ke depan, kami ingin membangun bisnis food and beverage yang tidak hanya besar di pasar lokal dan nasional, tetapi juga bisa menembus pasar internasional,” imbuh Ryanda bersemangat.

Klaim Dianta dan Ryanda diamini salah satu pengunjung King Thai Tea, Mela Mariska (19 tahun). Mela tertarik kepada King Thai Tea, hingga mau datang beberapa kali, karena minuman tersebut rasanya enak, campurannya pas, dan harganya terjangkau. “Yang paling saya suka adalah bisa ngambil sendiri. Jadi, bisa penuh ngisinya,” kata Mela sambil tertawa kecil. “Rasa favorit saya adalah yang orisinal. Kalau bisa, King Thai Tea nambah rasa lagi, biar seru,” ujarnya menyarankan.

Ario Fajar & A. Mohammad B.S.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved