Editor's Choice Next Gen

Tiga Sang Pemanah Logo

Tiga Sang Pemanah Logo

Rene Martine, Karina Ade Putri Abeng, Yolanda Kandauw

~~

Dengan passion dan dedikasi pada pilihan dan keyakinan, mereka melambungkan Logodengan gaya dan cara mereka sebagai anak muda. Di tangan mereka, Logo menggurita dengan ratusan gerai dan lebih dari 1.500 karyawan.

Rene, Yolandadan Karina. Ketiganya sudah tahu jalan terbaik yang akan mereka lakoni ke depan. “Bersama membawa Logo go international.” Mimpi besar inilah yang mengantarkan mereka bertiga memilih bergabung dengan perusahaan yang dibangun ayahnya, Andrio Suhendro, atau akrab disapa Abeng. Memilih bergabung di perusahaan keluarga, diakui mereka, bukan berarti ingin meraih karier dan sukses dengan cara gampang.“Saya tahu perjuangan ayah saya membangun bisnis ini benar-benar dari nol,” ungkap Rene Martine, sulung dari tiga bersaudara.

Karena itu, Rene merasa terpanggil untuk ikut membantu membesarkan perusahaan yang didirikan ayahnya, lebih dari tiga dekade lalu. “Tidak ada paksaan, pilihan saya sendiri untuk ikut bersama-sama membesarkan Logo,” ungkap Nana, begitu pemilik nama lengkap Karina Ade Putri Abeng ini biasa disapa. Yolanda Kandauwpun mengamini, bahwa tak ada paksaan dari sang ayah. “Saya malah sebelumnya memilih fokus mengurus anak-anak dan baru belakangan ini ikut bergabung,” ucap Yolanda, si anak kedua.

Rene, Yolandadan Karina mengaku memiliki passion di bidang fashion. Maklum, sejak kecil mereka sudah terbiasa melihat ayahnya berkutat dengan pekerjaannya. Mereka bahkan kerap diajak ke toko untuk melihat produk fashion, baik di gerai Logo maupun gerai fashion lain di dalam dan luar negeri. “Ketika mereka kecil, setiap ke luar negeri, saya memang selalu mengajak mereka melihat-lihat toko,” ungkap Abeng. Kebiasaan tersebut, diakui Rene, membuat mereka secara tidak sadar menyerap ilmu sang ayah. “Secara perlahan, jiwa bisnis kami terasah,” ucapnya.

Minat dan keinginan yang sama membuhulkan tekad ketiganya untuk berkolaborasi di PT Surya Multi Laksana. Rene yang lebih awal bergabung memilih menjalankan roda perusahaan di bagian operasional. Sementara Yolanda dan Karina mengemban tugas untuk pengembangan produk, termasuk promosi dan iklan.“Tanggung jawab kamimemperhatikan setiap detail proses produksi, mulai pemilihan bahan, desain, konsep promosi, sampai displai,” ucap Yolanda

Di tangan mereka ternyata Logo berlari makin kencang. Bahkan, teramat kencang. Mereka mengembangkan bisnis secara agresif. Sebelum Rene bergabung pada 2001, showroom Logo hanya 150-an – termasuk yang di dalam department store. Saat ini, ada 700 showroom Logo di seluruh Indonesia. “Kami juga mulai serius mengembangkan pemasaran lewat online,” ujar Nana.

Tak hanya ratusanshowroom Logo digeber, inovasi produk dan ekspansi merek juga dibesut. Logo, merek jins yang dibangun Abeng sejak 1980-an itu kemudian memiliki merek pendamping. Dengan konsep dan segmen yang berbeda, lahirlah Bomb Boogie, Ninety Degreesdan BodyTalk. Pasar yang dibidik tentu berbeda. Rene menjelaskan, Bomb Boogie menyasar segmen pria, Ninety Degrees (produk busana kasual) membidik ABG putri, dan BodyTalk menyasar kaum ibu muda. Varian produknya juga lengkap, mulai dari jins, kemeja, sampai Tshirt. “Dengan empat merek ini, kami ingin menyasar semua segmen,” ungkap Rene yang sejak empat tahun lalu didapuk menjadi sang nakhoda perusahaan.

Mengikuti perjalanan Logo sejak kecil, menurut Rene, memberikan pengalaman luar biasa. Terlebih, saat mulai bergabung dengan Logo, ia tak serta-merta mendapat posisi empuk. “Saya memulai dengan mengurusi gudang,” ungkap Presdir PT Surya Multi Laksana dan PT Kreasi Cipta Dwi Manunggal ini – bendera yang menaungi Logo, Bomb Boogie, Ninety Degreesdan Body Talk.Secara perlahan, ia kemudian mendapat porsi tanggung jawab lebih besar. Sampai kemudian Abeng memercayakan kerajaan bisnis yang dibangunnya kepada anak lelaki semata wayangnya itu.

“Saya ingin apa yang saya sudah bangun kemudian lebih dikembangkan oleh anak-anak saya menjadi lebih besar lagi ke depan,” kata Abeng.Harapannya, ketiga anaknya bisa menjiwai bisnis yang dibangunnya dengan jatuh bangun. “Memang, tak semudah membalikkan telapak tangan mentransfer kemampuan desain saya kepada anak-anak. Agak-agak susah karena menyangkut taste, tidak bisa dihitung secara matematis. Karena itu, saya lebih membawa mereka untuk mencoba menyelami bisnis ini sehingga mereka menemukan passion–nya.”

Ternyata, ketika kepercayaan diberikan, mereka bertiga mampu mengembannya dengan baik. Diakui Rene, citra merek Logo yang sudah menancap kuat membuatnya tidak mengalami kesulitan melakukan ekspansi merek. Tak ayal, selain memiliki showroom sendiri, merek-merek tersebut juga diterima dengan tangan terbuka oleh berbagai department storeseperti Matahari, Centrodan Sogo.

Toh, tantangan zaman mesti mereka lalui.“Kami tentu harus melakukan inovasi produk dan pemasaran masa kini,” ungkap Nana, kelahiran Bandung20 April 1988. Dari sisi produk, menurutnya, merek-merek tersebut selalu menghadirkan ragam desain yang mengikuti tren. Dari sisi pemasaran, mereka melakukan jurus pemasaran terkini. “Kami terus melakukan inovasi produk untuk menyiasati persaingan bisnis fashion di Indonesia,” kata Rene.

Sejak mereka bergabung, Logo memilih lebih gencar beraktivitas above the line. Bahkan, tak hanya cetak, tetapi juga merambah ke layar kaca dan billboard di sejumlah titik keramaian. Mereka juga menunjuk duta merek Logo.Sebelumnya, Agnes Monica dan sejak Oktober lalu Agnes digantikan Cinta Laura.“Duta merek ini untuk menguatkan citra merek,” ujar Rene.Menurutnya, keberhasilan produk ritel selain ditopang oleh distribusi, tak kalah penting dan pegang andil besar adalah promosi. “Branding itu penting,” ungkap Nana yang lulusan RMIT Melbourne. Sejak 2011, Rene mengaku memang menggarap lebih serius media perilklanan. Di matanya, media above the line akan lebih menggaungkan branding. Yolanda menambahkan, untuk branding, media sosial juga digarap dengan baik. “Ini untuk meningkatkan brand awareness,” ujar ibu dua putri ini.

Seiring citra merek, konsistensi pada kualitas produk tetap dipertahankan. “Sejak awal Logo dibangun, ayah kami sudah peduli pada kualitas. Untuk kualitas dan desain, kami berani diadu dengan merek dari luar sekalipun,” kata Rene, kelahiran Bandung5 Agustus 1978. Lulusan administrasi bisnis dari Melbourne ini mengaku, konsistensi pada kualitas dan produk membuat mereka sebagai penerus bisnis menggenggam mimpi untuk membesarkan merek-merek tersebut. “Kami bertiga mempunyai cita-cita membesarkan merek lokal untuk sejajar dengan merek luar. Kami ingin Logo, Ninety Degrees, Bomb Boogiedan BodyTalk mendunia,” tutur ayah dua putra ini.

Membawa Logo ke panggung fashiondunia adalah juga impian besar Abeng. “Kita harus punya mimpi besar. Dengan begitu, kita punya tujuan dan motivasi dalam hidup,” ungkap Nana menirukan pesan ayahnya yang selalu diingatnya. Kini, mereka tengah berupaya mewujudkan mimpi tersebut dengan segala energi yang mereka dedikasikan.

Henni T. Soelaeman


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved