Automotive

TMMIN Diakui BI Pengelola Utang Luar Negeri Terbaik

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) meraih penghargaan dari Bank Indonesia untuk kategori Pengelola Utang Luar Negeri Terbaik dan Responden Statistik Terbaik, serta nominator penghargaan Penyumbang Devisa Terbaik.

Kedua penghargaan tersebut diserahkan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo kepada Presiden Direktur TMMIN, Warih Andang Tjahjono dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (27/11/2018), di Assembly Hall, Jakarta Convention Center.

Konsistensi sabagai investor sekaligus pengekspor otomotif terbesar di Indonesia dan patuh dan taat terhadap regulasi yang berlaku, pelaporan informasi dan data bisnis yang tepat waktu, serta kontribusi aktivitas investasi dan ekspor–impor menjadikan Toyota Indonesia memperoleh penghargaan tersebut. “Penghargaan ini merupakan komitmen Toyota untuk memberikan lebih banyak lagi kontribusi nyata terhadap perkembangan industri otomotif Indonesia sekaligus mengukuhkan bahwa industri otomotif pantas menjadi sektor industri unggulan nasional terutama melalui investasi dan kegiatan penjagaan neraca perdagangan melalui aktivitas ekspor,” ungkap Warih dalam siaran persnya (26/11/2018).

TMMIN mencatat tren positif perdagangan dalam 5 tahun terakhir dan memberikan dampak pada neraca perdagangan Toyota Indonesia. Dalam periode 2014 hingga Juli 2018 neraca perdagangan TMMIN mencatatkan net ekspor sebesar kurang lebih US$2,9 juta (atau sekitar Rp43 triliun). Khusus di tahun 2018 saja, ekspor Toyota dari Januari-Oktober 2018, Toyota dalam bentuk utuh (completelty built up/CBU) mencapai 173.700 unit.

Dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya mencatat 170.400, ekspor ini naik 2 persen. Meski kondisi perekonimian global masih belum stabil, Toyota Indonesia masih mencatat positif.. “Daya saing menjadi kunci utamanya. Selama Toyota Indonesia dan seluruh rantai pasok bisa meningkatkan dengan tetap mengedepankan kualitas, termasuk di dalamnya menggunakan sebanyak mungkin material lokal, maka produksi kita akan semakin kompetitif dan terserap dengan baik oleh negara tujuan ekspor,” ujar Warih.

Meski ekspor positif, masih ada pekerjaan rumah di dunia industri otomotif nasional yang harus dibenahi. Neraca perdagangan di sektor hulu rantai suplai otomotif terutama di level pemasok komponen lapis ke 2 dan 3 masih negatif. Penyebabnya adalah masih banyaknya bahan mentah dan bahan baku industri manufaktur otomotif yang masih impor. Hal inilah yang kemudian turut memengaruhi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) produk otomotif Indonesia. Dengan banyaknya material impor, menjadikan TKDN murni atau “true localization” tidak setinggi yang diharapkan.

Untuk itulah saat ini TMMIN bersama pemangku kepentingan terkait, berupaya melokalkan bahan mentah dan bahan baku industri manufaktur otomotif yang terangkum dalam program “True Localization”. Sejak 2004 lalu, TMMIN telah menggunakan baja lokal untuk bagian-bagian kendaraan tertentu. Di tahun 2017, dua jenis bahan mentah yaitu resin, bekerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), dan non-woven fabric, bekerja sama dengan PT Herculon Carpet. Tahun 2016 telah bekerja sama dengan PT Pertamina melokalkan engine oil lubricant.

Saat ini TMMIN sedang dalam proses riset dan pengembangan penggunaan aluminium lokal untuk dipergunakan pada velg (wheel disc) bekerja sama dengan Inalum dan Pako. TKDN produk-produk merek Toyota kini berada di angka 75% – 94% dengan TKDN murni di angka 65%. Toyota menargetkan bisa mencapai TKDN murni pada level 80% pada 2020.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved