Berita BCA Berita BCA

Duet Ayah-Anak Membesarkan RS Martha Friska

Duet Ayah-Anak Membesarkan RS Martha Friska

Bermula dari seorang kontraktor, Ramin berhasil menjadi pengusaha rumah sakit di Medan. Tepatnya, tahun 1994 dia dan kawan-kawannya mengibarkan bendera Rumah Sakit Martha Friska di Pulo Brayan, Medan, Sumatera Utara. Latar belakang pendirian rumah sakit ini tidak sekadar mengejar untung, tapi juga mengemban misi sosial untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat di Medan dan sekitarnya. “Pendirian Rumah Sakit Martha Friska bisa terwujud berkat kerja sama dengan beberapa teman, dokter dan ahli medis,” kenang Ramin, Presiden Direktur Grup RS Martha Friska.

Duet Ayah-Anak Membesarkan RS Martha Friska

Duet Ayah-Anak Membesarkan RS Martha Friska

Di luar dugaan, masyarakat Medan antusias merepons kehadiran RS Martha Friska. Buktinya, perkembangan rumah sakit ini tumbuh pesat. Tak pelak, 15 tahun kemudian rumah sakit ini ekspansi dengan membuka cabang baru di Jalan Multatuli, Medan tahun 2011.

Seiring berjalannya waktu, Ramin tidak bisa terus mengelola RS Martha Friska sendiri. Untuk itu, tongkat estafet perlu melibatkan generasi kedua, yaitu putranya. Dari tiga anak laki-laki pasangan Ramin dan isteri, yaitu Handoko, Harmoko dan Hartono, si sulung Handoko ternyata memiliki minat besar dalam membantu ayahnya mengembangkan rumah sakit tersebut. Maklum, latar belakang pendidikan Handoko juga kedokteran. Posisi yang dijabat Handoko adalah Direktur RS Martha Friska, sehingga sang ayah juga masih mengontrol perusahaan.

“Saya tidak ada paksaan dari orangtua untuk tugas mengelola RS Martha Friksa,” ujar Handoko yang saat diwawancara membalut tubuhnya dengan kemeja lengan panjang warna putih itu. Nah, begitu lulus kuliah dan meraih gelar sarjana dan profesi kedokteran dari FK Universitas Indonesia tahun 2013, maka setahun kemudian Handoko secara resmi bergabung dengan manajemen RS Martha Friska. Keputusannya kuliah kedokteran pun bukan perintah dari orang tua, melainkan kemauan diri sendiri dan didukung oleh keluarga plus orang-orang terdekat.

Bagi Handoko, menjadi pengusaha, pada dasarnya yang dijual hanya barang dan jasa. Agar barang dan jasa itu dapat diminati oleh pasar, maka produk atau jasanya harus bermanfaat alias ada gunanya bagi orang lain dan terjangkau. Bila persyaratan itu dipenuhi, maka langkah selanjutnya tinggal mengomunikasikan ke publik. “Saya punya prinsip, bila barang atau jasa itu bermanfaat bagi orang banyak, maka kita sudah sukses,” ujar Handoko menerangkan ukuran kesukesesan sebuah bisnis.

Betul, menjalankan tugas dan tanggungjawab mengelola rumah sakit bukan perkara mudah. Tak seperti yang digambarkan selama ini, tinggal duduk diam, menunggu laporan anak buah, serta main perintah sana sini. Justru, mengelola rumah sakit itu beban tersendiri. Fakta itu jelas berbeda dengan teori yang dibacanya di sejumlah buku manajemen rumah sakit maupun kedokteran.

Ilmu atau teori di buku, tidak sama dengan praktik di lapangan. “Memang tidak mudah, kadang aturan itu gak selalu tepat saat diterapkan di lapangan. Ilustrasi mudahnya, saat lampu merah di jalanan, aturannya para pengendara harus berhenti. Tapi, saat kita membawa pasien dalam keadaan darurat, kita bisa menerobos demi keselamatan si pasien tadi. Nah begitu juga saat terjun di lapangan,” ujar pria yang berniat ingin meneruskan kuliah kedokterannya mengambil jurusan Onkologi ini.

Misi Handoko memimpin RS Martha Friska adalah menargetkan rumah sakit tersebut melayani pasien lebih banyak lagi. Selama ini kesulitannya dalam ketersediaan dokter spesialis. Hal ini disebabkan dokter spesialis banyak bekerja di rumah sakit milik pemerintah. “Namun, kami optimistis tiga sampai empat tahun lagi status RS Martha Friska naik menjadi kelas A, dan lebih baik lagi memberikan manfaat kepada pasien,” jelas Handoko sembari mengatakan RS Martha Friska sudah menjadi provider BPJS Kesehatan.

Diakuinya, untuk persaingan bisnis rumah sakit akhir-akhir ini ketat sekali. Apalagi, kompetisi dengan layanan kesehatan dari Negeri Jiran, Malaysia. Sebab, orang-orang di Medan dan sekitarnya banyak yang berobat ke Penang (Malaysia). “Memang banyak orang Medan yang berobat ke Penang, apalagi harga tiketnya tidak mahal-mahal banget. Tapi kita jangan melihat ini dengan perspektif yang negatif, kalau kita melihat hal itu nanti kita mundur. Apabila ada kompetisi, kita harus lihat, apa sih nilai tambah di sana. Nah, kita bisa tidak melakukan hal itu juga. Ini yang membuat saya semakin mau belajar, diskusi dengan dokter-dokter di luar negeri. Jangan malu, ego kita harus dikecilkan,” Handoko menguarikan kunci sukses bisnisnya.

Ramin bangga memiliki anak seperti Handoko. “Saya bersaing dengan Handoko. Dulu, ayah saya juga saingan saya dan kalau saya yang sukses atau lebih berhasil dari dia, artinya ayah saya yang menang,” ucap Ramin mengenang masa lalunya sembari tersenyum.

Yang jelas, meski ayah dan anak ini berbeda generasi dalam mengelola RS Friska, tapi mereka kompak dalam memilih mitra perbankan untuk mendukung usahanya salah satunya adalah: percaya layanan dan produk perbankan PT Bank Central Asia Tbk (BCA). “Usaha kami lancar dengan bantuan BCA. BCA sangat mendukung, profesional dan care dengan nasabahnya,” puji Handoko. (***)

BCA Senantiasa di Sisi Anda


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved