Berita BCA Berita BCA

Indonesia Knowledge Forum II 2013 : Pentingnya Inovasi Dalam Berbisnis

Indonesia Knowledge Forum II 2013 : Pentingnya Inovasi Dalam Berbisnis

Efek pertumbuhan ekonomi Indonesia nampaknya kian diperhitungkan dalam kancah internasional, meskipun ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Pertumbuhan itu terlihat dari jumlah investasi asing yang terus mengalir deras hingga kuartal ketiga di tahun ini. Bahkan Indonesia di tahun 2012, pertama kalinya pernah tercatat di World Investment Report menjadi Top 20 Host Economies untuk Foreign Direct Investment (FDI). Tentulah pencapaian itu selain dari sisi regulasi yang mendukung, populasi masyarakat negeri ini pun turut berkontribusi mewujudkan ekonomi Indonesia yang berkembang. Sepatutnya dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia ini, mampu dimanfaatkan oleh industri lokal untuk bersaing menghadapi industri asing.

Indonesia Knowledge Forum II 2013 : Pentingnya Inovasi Dalam Berbisnis

Indonesia Knowledge Forum II 2013 : Pentingnya Inovasi Dalam Berbisnis

“Berbagai lembaga international seperti Goldman Sachs, McKinsey, dan lain sebagainya meramalkan Indonesia memiliki peluang menjadi peringkat 7 perekonomian dunia pada 2030, melampaui Jerman dan Inggris,” ungkap CEO Polytron, Hariono dalam seminar Indonesia Knowledge Forum (IKF) II yang diselenggarakan oleh BCA Learning Service di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, baru-baru ini.

Dirinya kembali berujar bahwa fenomena itu sebaiknya dijadikan sebagai katalisator tumbuhnya industri dalam negeri untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Polytron sebagai perusahaan elektronik yang digawanginya pun tak tinggal diam, bergulat dengan menciptakan segudang inovasi yang sesuai dengan karakteristik orang Indonesia. Perusahaan asli Indonesia yang telah berdiri 36 tahun silam ini mempercayai bahwa inovasi mampu menjadi tulang punggung yang sanggup bertahan dari gempuran pasar yang kian kompetif.

“Kunci sukses kami saat ini adalah innovation, speed, focus, competitive, change, dan talent. Dengan kunci sukses itu, salah satu dari produk kami masih menjadi market leader yaitu Audio Portable Compo dengan market share 50 persen hingga sekarang,” katanya.

Ceruk bisnis yang masih besar ini, tidak hanya dirasakan oleh Polytron saja melainkan juga sebuah startup di bidang pembiayaan. Rekan Usaha Mikro Anda (RUMA) merupakan salah satu yang jeli melihat peluang bisnis di sektor pembiayaan khususnya untuk mikro dengan model bisnis yang menarik. Perusahaan yang digawangi oleh Aldi Haryopratomo ini tidak memberikan pinjaman berbentuk uang, tetapi dengan bentuk barang serta didukung teknologi. RUMA merupakan social enterprise yang berdiri sebagai PT sehingga memiliki misi profit, tetapi tetap memiliki misi sosial untuk meningkatkan derajat, pendapatan, dan akses untuk masyarakat miskin melalui teknologi. Cara Ruma mencapai misi tersebut dengan mengajarkan para wirausaha mikro untuk berjualan menggunakan teknologi. Ruma mendapat keuntungan melalui cara bagi hasil dengan apa yang dihasilkan oleh Rekan Usaha, sebutan wirausaha mikro. Dengan adanya sistem profit melalui bagi hasil, Ruma dapat mencapai visi dan misinya serta menjaga kelangsungan perusahaan dengan mandiri.

“Sejak berdiri tahun 2009, RUMA mengalami perkembangan pesat. Berawal dari 12 Rekan Usaha tahun 2009, saat ini Ruma telah memiliki lebih dari 13.000 pengusaha mikro yang melayani lebih dari 1 juta pelanggan. Kami juga mendapat kepercayaan dari para investor kelas dunia, yaitu Grameen Foundation, Omidyar Network, dan Unitus Impact. Ini merupakan bukti komitmen kami bekerja secara profesional untuk membantu masyarakat miskin,” katanya.

Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex), Iwan S. Lukminto yang juga sebagai pembicara dalam seminar IKF II pun mengatakan selain mengukuhkan pasar dalam negeri, ada baiknya pula melakukan ekspansi ke pasar global. Sebab peluang bisnis ke luar negeri juga masih terbuka lebar dan memberikan kesempatan perusahaan untuk tumbuh lebih besar. Meskipun demikian, tidak serta merta peluang bisnis tersebut bukan tanpa pesaing melainkan banyak kompetitor yang bertarung demi memperebutkan pasar global. Di sisi lain, justru dengan adanya pesaing mengharuskan diri untuk melakukan diferensiasi serta inovasi untuk menaklukkan pasar global. Sritex yang belum lama ini melantai di bursa saham telah memiliki 94 market di 55 negara. Beberapa produknya yakni perlengkapan pakaian militer dan fesyen. Sritex juga telah dipercaya oleh NATO untuk memproduksi dan mengembangkan pakaian militer.

“Ada beberapa cara untuk menembus pasar global di antaranya mengetahui market yang jelas, business plan yang kuat, dan mengembangkan strategi marketing yang terarah. Untuk mendukung hal itu, kami memiliki divisi atau pun tim Research and Development (R&D) yang ada di Eropa agar lebih dekat dengan pasar yang dituju,” ujar pria sebagai generasi kedua Sritex ini.

Melihat dari hal itu, sejatinya semua lini bisnis di Indonesia masih memiliki peluang untuk menjadi leader dalam negeri sekaligus pemain bisnis yang diperhitungkan dalam kancah internasional asalkan inovasi-inovasi yang diciptakan mampu memberikan efek yang positif bagi pasar yang dituju. Maka tidak salah jika Ursula Burns – CEO Xerox – pernah mengatakan, “If you don’t transform your company, you’re stuck.”

BCA Senantiasa di Sisi Anda


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved