Berita BCA

Tek Po, Merajut Asa Lewat Bisnis Pariwisata (Bagian-1)

Tek Po, Merajut Asa Lewat Bisnis Pariwisata (Bagian-1)

Tek Po sering membantu banyak orang dalam menjalankan usaha. Hal ini dilakukan agar orang lain bisa mendapatkan kesuksesan, sama seperti yang dialaminya.

Kejelian Tek Po dalam melihat peluang bisnis telah mengantarkannya menjadi salah satu pengusaha sukses di Batam. Kini, ia telah memiliki beragam bisnis yang hampir seluruhnya menjadi penyangga sektor pariwisata di Batam, mulai dari travel, restoran, hotel. Kesuksesan tersebut diraihnya karena ia tak pernah berfikir panjang dalam menjalankan usaha.

Tek Po

Tek Po

“Saya ini memiliki tingkat pendidikan yang minim sehingga tak pernah banyak berfikir ketika menjalankan usaha. Inilah kesuksesan saya. Orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi biasanya lebih banyak berfikir dan menghitung terlebih dahulu untung dan rugi dalam menjalankan usaha. Hal ini membuat mereka sering terlambat dan kalah langkah,” kata dia.

Tek Po, atau yang lebih dikenal dengan nama Abi tidak pernah merasakan bangku kuliah. Ia hanyalah lulusan Sekolah Dasar (SD). Sejak kecil, ia harus membantu menopang perekonomian keluarganya. Saban hari ia harus membantu ayahnya untuk menyadap karet di kebun.

Tak ingin berlama-lama bekerja sebagai penyadap karet, Abi mulai menjalankan usaha lain. Ia menilai penghasilan dari menyadap karet tak akan mampu mengubah nasibnya di kemudian hari. Oleh karena itu, ia berusaha selalu menyisihkan uangnya untuk membeli sepeda motor.

Pada 1970, cita-cita Abi pun tercapai. Ia berhasil memiliki sebuah sepeda motor. Dengan sepeda motor yang dimilikinya, Abi mulai berjualan sayur kepada para pedagang di pasar. Ia mengambil sayur-sayur tersebut dari petani sejak pagi hari.

Malam hari, selepas berjualan sayur, ia gunakan sepeda motornya untuk mencari uang dengan mengojek. Pekerjaan ini dilakukan karena di Batam saat itu belum ada mobil angkutan. Dari pekerjaannya tersebut Abi mengaku sering mengantongi uang sebanyak 20 dolar Singapura.

Kerja keras yang dilakoni Abi ini pun membuahkan hasil. Dari kerja keras tersebut Abi mampu membuka toko kecil untuk menjual bahan-bahan kebutuhan pokok seperti beras, gula, telur, dan lain sebagainya. Namun, bahan kebutuhan pokok tersebut tidak semuanya di beli Abi dengan uang tunai. Banyak barang yang ia peroleh dan berhasil dijajakan hanya bermodalkan kepercayaan.

Tak cepat puas, Abi pun memulai bisnis lainnya. Pada 1971, Abi mencoba peruntungannya di bisnis dump truk. Ia membeli dump truk bekas dari Singapura yang digunakan mengangkut tanah. Bermodalkan 10 dump truk, Abi ingin menangkap peluang bisnis karena Batam sedang gencar membangun infrastruktur.

Dari bisnis tersebut, Abi banyak mendapatkan keuntungan. Namun, Abi memilih menyerahkan bisnis dump truk yang dilakoninya selama lima hingga enam tahun ini kepada sang adik. Abi memilih mencoba peruntungan baru. Ia berniat memasuki bisnis restoran.

Untung Karena Krisis

Abi sangat jeli menangkap peluang. Saat otorita mulai diterapkan di Batam, Abi melihat banyak orang Singapura berkunjung ke Batam. Namun, wisatawan asal Batam ini kesulitan mencari rumah makan skala besar yang bisa menampung banyak orang. “Hanya ada warung makan Padang, itu pun kapasitasnya kecil. Padahal wisawatan Singapura ini kalau datang dengan jumlah yang cukup besar,” katanya.

Restoran seafood pertama Abi pun berdiri dengan kapasitas sebanyak 300 orang. Sayangnya, karena kesulitan dalam mendapatkan bahan baku khususnya ikan, Abi memilih melego usaha tersebut kepada orang lain. Ia hanya melakoni usaha ini selama dua tahun.

Minimnya pasokan ikan, membuat Abi memilih berbisnis keramba atau budidaya ikan. Ia bahkan harus pergi pagi dan pulang jam 12 malam demi mengurusi keramba miliknya. Berbisnis keramba ini dilakukan secara otodidak.

“Setelah keramba siap, yakni sekitar dua tahun, saya kembali membuka restoran dengan nama Golden Prawn 555 & 933 Restaurant. Bahan baku ikannya saya ambil dari keramba. Saya mengekspor sisa ikan dari keramba yang tidak digunakan,” papar Abi.

Abi mengaku mendapatkan berkah melimpah saat krisis moneter melanda Indonesia pada 1998. Maklum saja, pasokan seafood Abi, baik ikan maupun kepiting bertambah banyak. Oleh karena itu, ia banyak menjual ikan dan kepiting hasil budidayanya ke luar negeri.

Nilai tukar rupiah yang saat itu menyentuh level Rp 16.000 per dollar Amerika Serikat (AS) dari sekitar Rp 2.000-Rp 3.000 per dollar AS menjadi berkah buatnya. Keuntungan yang diperoleh Abi tumbuh berpuluh-puluh kali lipat.

Untuk menopang bisnis restoran, Abi mulai merambah bisnis travel. Hal ini dilakukan agar wisatawan bisa diarahkan untuk makan di restorannya. Untuk itu, Abi mencari mitra yang paham menjalankan bisnis travel. Bermodal dua mobil ia mulai menjalani usaha travel dengan nama Nusa Jaya Indofast Tour & Travel. Bisnis travel ini pun terus berkembang pesat. Kini, Abi telah memiliki ratusan lebih mobil travel.

Tak hanya itu, ia juga mendirikan sebuah hotel bernama Golden View Hotel agar wisatawan yang datang ke Batam tak kesulitan mencari penginapan. Bisnis hotel ini baru dijalani Abi pada 2006-2007. Saat ini, Abi mengaku telah memiliki dua hotel dengan kamar masing-masing sebanyak 215 dan 124 kamar.

Sama seperti berinvestasi, menurut dia bisnis juga harus didiversifikasi. “Kalau bisnis banyak maka tak akan memengaruhi pendapatan. Bidang usaha lain bisa menopang bisnis yang sedang lesu. Hal ini yang membuat saya tidak pernah menghadapi kesulitan keuangan,” ungkap Abi.

Menurut Abi, kesuksesan bisnis bisa diraih karena kekuatan mental. Banyak orang gagal berbisnis karena mudah menyerah. Padahal, berbisnis tidak selalu mendatangkan untung di awal-awal usaha. “Banyak orang buka usaha sudah tutup dalam kurun waktu tiga bulan, padahal orang belum tahu bisnis yang kita buka,” papar dia.

Ingin tahu bagaimana regenerasi bisnis yang dijalankan Abi? Simak ulasannya di artikel selanjutnya.

Sumber : Website BCA Prioritas


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved