Brands

2017, Saatnya Bikin Bisnis Baru

2017, Saatnya Bikin Bisnis Baru

Tahun 2016 baru saja berlalu. Yoris Sebastian, Pendiri OMG Creative Consulting menilai bisnis di tahun ini tak akan jauh dari segala hal yang berbau digital. Pemenangnya adalah mereka yang lebih kreatif memainkan bisnisnya. “Semua itu terjadi karena ledakan generasi milenial yang diprediksi sudah mencapai 84 juta jiwa,” kata dia.

Menurut dia, perusahaan besar yang berkinerja bagus biasanya memberikan ruang lebih besar pada generasi milenial. Mereka terbukti mampu memahami segala hal tentang generasi milenial berkat karyawan yang juga berasal dari generasi yang sama. Dari hasil riset OMG Consulting, rata-rata CEO top memiliki anak-anak yang tergolong Gen Y yang memiliki cara pikir berbeda.

“Mereka sadar generasi milenial tak bisa lagi diperlakukan sama seperti kala mereka baru merintis karier. Dengarkan apa kata-kata milenial, jangan langsung bilang mereka salah dan tidak lazim,” ujar dia.

Yoris Sebastian (kanan) dan Dilla Amran, penulis buku ‘Generasi Langgas Millenials Indonesia’ (foto: Syukron Ali/SWA)

Dengan bekal keuntungan tahun lalu, lanjut dia, perusahaan sebaiknya mulai merintis bisnis baru. Mereka mesti lebih kreatif membuka pasar dan memenangkan persaingan, bahkan dari kompetitor di luar industrinya. Perusahaan ojek online seperti Go-Jek tak hanya bersaing dengan Grab dan Uber, tetapi juga dengan perusahaan delivery makanan, spa, isi ulang pulsa, dan lainnya.

“Tirulah China yang investasi gila-gilaan di liga domestik. Pelatih top timnas dan Liga Inggris diambil dengan harga mahal. Mereka melihat sepakbola bukan sekadar pertandingan antarklub. Tapi, ada bisnis lain yang lebih besar di dalamnya,” kata dia.

Sementara, Dubai kini sukses mereguk untung besar di bisnis pariwisata dan properti. Mereka tak terlena dengan keuntungan selangit dari penjualan minyak bumi karena suatu saat akan habis. Saat sumber daya tersebut habis, mereka sudah bisa melahirkan pendapatan dari pariwisata dan properti.

“Perusahaan bisa mengembangkan bisnis di industri yang lain. Saya mendorong CEO ke arah sana. Terutama, yang sudah untung, cukup 5-10% dari keuntungannya untuk mau masuk ke bisnis baru,” ujar dia.

Yoris melihat perkembangan ekonomi pada tahun ini tidak jauh berbeda dengan 2016. Namun, pertarungan akan jauh lebih sengit mengingat persaingan tidak hanya antarpelaku di industri. Generasi milenial kini membeli produk yang memiliki tujuan.

Nah, perusahaan tidak bisa lagi hanya bertahan karena sudah untung. Mereka harus berani mencoba membuat sesuatu yang baru di luar bisnis biasanya. Mainan baru ini boleh jadi mengkanibalisasi produk sendiri. Strategi yang tidak lazim ini bisa menjadi senjata yang ampuh.

“Senjata pesaing juga tak bisa lagi ditebak dengan mudah. Oleh karena itu, mereka para pemilik dan CEO harus terus mengembangkan wawasan dan kemampuan,” kata dia. (Reportase: Herning Banirestu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved