Brands Brand Value zkumparan

Bandara Soekarno Hatta Raih Peringkat 13 Indonesia Most Valuable Brands 2019

Bandara Soekarno Hatta Raih Peringkat 13 Indonesia Most Valuable Brands 2019
Muhammad Awaluddin, Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Dok. SWA)

Masuk sebagai pendatang baru, Bandara Internasional Soekarno Hatta berhasil meraih peringkat ke-13 dalam daftar Indonesia Most Valuable Brands 2019 versi Majalah SWA dan Brand Finance. Ini adalah buah dari proses transformasi PT Angkasa Pura II (AP II), sebagai pengelola bandara dari berbagai aspek.

Muhammad Awaluddin, Direktur Utama PT Angkasa Pura II (AP II), membagikan strateginya dalam acara penganugerahan Indonesia Most Valuable Brands Awards 2019 di Jakarta, Rabu (12/6/2019). Menurutnya, dalam tiga tahun terakhir API II telah melakukan transformasi di tiga sektor, yakni transformasi bisnis dan portofolio usaha, infrastruktur dan sistem operasi, serta human capital.

“Kami sejak dua tahun terakhir sedang menata portofolio, baik dari produk service dan customer portofolio. Kami secara korporasi melihat apa yang kami create dalam konteks produk dan service dan kami hubungkan dengan portofolio customer yang mengonsumsi produk dan service tersebut. Nanti hal ini menjadi portofolio revenue streamnya sendiri,” ungkap Awaluddin.

Ia menyampaikan, dalam 2-3 tahun ke belakang, portofolio revenue stream AP II terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu aeronautical revenue stream, non-aeronautical revenue stream, dan cargo business revenue stream. Perusahaan menganggap tiga hal tersebut sebagai traditional bisnis, core business yang telah menghidupi AP II berpuluh tahun ke belakang. Saat ini, Awaluddin mengatakan bahwa pihaknya ingin melampaui core businessnya dengan masuk ke portofolio baru seperti digital business.

Dari sisi infrastruktur, AP II akan menggarap Terminal IV yang rencananya selesai tahun 2024. “Terminal I kami bangun tahun 1975, dioperasikan tahun 1985. Pada tahun 1985 langsung bangun Terminal II dan selesai tahun 1992. Kami baru operasikan terminal 3 dengan kapasitas 25 juta itu tahun 2016. Selama 24 tahun terminal kita hanya dua,” tegas Awaluddin.

Menurutnya, hal tersebut punya dampak menurunkan reputasi dan service yang luar biasa. “Saya bisa sebut dalam kondisi itu service kita sudah breakdown, karena kapasitas yang begitu besar diequip hanya untuk 2 terminal saja. 9 juta dan 9 juta saja kapasitasnya,” ujar dia.

Setelah tahun 2016 AP II mengoperasikan Terminal II, traffic meningkat hingga 55 juta. Selama 24 tahun perjalanan peningkatan traffic tidak tertangani dengan cepat.

Dalam proses transformasi tadi, AP II buat beberapa template, salah satunya menjadikan digitalisasi sebagai hal penting. Ada konsep digital transformation model yang dibuat dan diimplementasikan secara internal. “Model ini kami buat secara disiplin dan menjadi penting karena melibatkan berbagai internal dan stakeholder kami, ” jelasnya.

Kemudian, dari situlah lahir konsep smart and connected airport. Smart airport adalah proses otomasi yang dilakukan secara berkesinambungan dan terintegrasi, sementara itu connected airport adalah konsep stakeholders collaboration.

“Transformasi digital itu bukan hanya tentang implementasi teknologi, tapi tentang strategi, di mana konsep tersebut harus terungkap dalam corporate strategic,” ucap Awaluddin menutup penjelasannya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved