Brand Value zkumparan

Bank BTN, Berperan sebagai Akselerator dan Integrator Sektor Perumahan

Bank BTN, Berperan sebagai Akselerator dan Integrator Sektor Perumahan
Budi Satria, Direktur Konsumer Bank BTN

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. yang dikenal sebagai spesialis kredit perumahan menorehkan kinerja positif di tengah kebutuhan terhadap pembiayaan rumah yang terus meningkat. Hal ini tecermin dari nilai mereknya yang semakin menanjak berdasarkan penilaian Indonesia’s Most Valuable Brands 2019 yang dilakukan oleh lembaga valuasi merek asal Inggris, Brand Finance. Tahun ini, peringkat Bank BTN di jajaran merek paling berharga naik dari 31 ke 19.

Kenaikan signifikan peringkat ini memang didukung oleh pertumbuhan brand value (BV) Bank BTN, dari US$ 225 juta pada tahun sebelumnya menjadi US$ 373 juta. Adapun enterprise value (EV) BTN saat ini sebesar US$ 1,49 miliar, menurun dibandingkan tahun lalu yang sebesar US$ 2,51 miliar. Dengan demikian, kontribusi nilai merek BTN kali ini terhadap nilai enterprise-nya mencapai 25%. Hasil positif yang mengiringinya, brand rating bank pelat merah ini pun naik dari kategori AA- menjadi AA+.

Kalau dilihat dari sektor industri keuangan –kali ini 17 merek perusahaan masuk dalam peringkat 100 teratas– peringkat BV BTN juga cukup memuaskan, yakni berada di posisi ke-6, setelah BRI, BCA, Bank Mandiri, BNI, dan Bank Danamon. Di 10 besar industri keuangan ini, posisi BTN masih di atas bank CIMB Niaga, Panin, OCBC NISP, dan BTPN.

Menurut Budi Satria, Direktur Konsumer Bank BTN, peningkatan nilai merek ini tak lepas dari berbagai aksi strategis banknya agar bisa berperan sebagai akselerator dan integrator pada semua kegiatan sektor perumahan, dari hulu sampai hilir.

Budi menyebutkan, di samping mendorong laju penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR), Bank BTN juga mengoptimalkan penyaluran kredit konstruksi untuk para pengembang. “Bisnis Bank BTN sebesar 90% masih bersumber dari mortgagerelated business. Tapi, kami tidak hanya membiayai sisi demand dengan KPR atau KPA, melainkan juga dari sisi supply kepada para pengembang,” paparnya.

Dalam kurun waktu setahun terakhir, dijelaskan Budi, pangsa pasar Bank BTN untuk KPR secara nasional meningkat dari 30% menjadi 34%, alias masih memimpin pasar. Untuk pangsa pasar khusus KPR subsidi, Bank BTN masih mendominasi dengan pangsa pasar 92%. “Itu pun setelah bertambahnya jumlah bank yang mengikuti program pemerintah sebagai penyalur skema KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP),” katanya.

Untuk menangkap potensi nasabah generasi milenial yang digital savvy, Bank BTN meluncurkan produk KPR Gaess dengan fitur yang sesuai dengan kemampuan finansial kaum milenial. “Nasabah yang mengajukan KPR Gaess sudah mencapai 120 ribu orang dengan total kredit Rp 6 triliun,” ungkap Budi.

Selain itu, disediakan pula portal BTN Properti yang merupakan layanan bagi konsumen untuk mencari, memilih, dan membeli rumah menggunakan produk KPR secara online. Fasilitas ini juga didukung dengan tool seperti credit scoring system untuk KPR di bawah Rp 500 juta, yang lebih cepat dibandingkan sistem manual yang memakai peran analis.

Bank BTN juga mendorong sektor properti dengan menguatkan peran Housing Finance Center (HFC) untuk meningkatkan jumlah pengembang dan standar mutu wirausaha properti di Indonesia. Bank yang berdiri pada 1897 ini berkomitmen lewat beragam pelatihan dan pendampingan sebagai stimulus bagi pengembang properti pemula.

Menurut Budi, beberapa tahun belakangan ini Bank BTN juga fokus pada pengembangan transactional banking agar produk seperti tabungan BTN Batara dapat digunakan sebagai basis transaksi dalam aktivitas keuangan nasabah. “Kami mengembangkan fasilitas-fasilitas digital banking untuk memudahkan nasabah, seperti mobile banking yang lebih lengkap, QR Pay, pembukaan rekening online, Kartu Suka-Suka, hingga top-up e-wallet melalui LinkAja,” ia menjelaskan.

Peningkatan layanan transaksi tersebut dimaksudkan agar dapat mendorong pertumbuhan dana murah alias current account and saving account (CASA). Pihaknya menargetkan rasio atau porsi CASA perbankan tahun ini bisa mencapai 46,05%.

Dari sisi branding, setiap produk unggulan tadi secara intens dikomunikasikan di kanal yang sesuai dengan target pasarnya, yakni 60% melalui kanal digital dan 40% lewat kanal konvensional. Porsi yang lebih besar pada kanal digital karena dinilai mampu memberikan efisiensi dalam alokasi dana promosi.

Masyarakat memang mempersepsikan Bank BTN sebagai banknya KPR. “Ini ibarat air mineral yang selalu diasosiasikan dengan merek Aqua,” ujar Budi. Meski demikian, pihaknya juga ingin mengedukasi bahwa bisnis Bank BTN adalah wholesale banking yang memiliki semua produk perbankan. Karena itulah, Bank BTN melakukan sinkronisasi pola komunikasi dari berbagai produk layanan perbankan yang dimilikinya agar semakin dikenal.

Bank BTN telah mengkaji kekuatan brand-nya di mata publik. Pada 2017, bank ini bekerjasama dengan Nielsen melakukan survei Banking Rapid Reaction Monitor untuk mengukur Brand Equity Index. “Survei ini bertujuan untuk mengukur tiga komponen brand, yakni advertising presence, brand funnel, dan brand influence yang berfungsi untuk mengevaluasi area mana yang harus ditingkatkan untuk menciptakan brand yang kuat,” tutur Budi.

Bicara soal kinerja korporat, Bank BTN mampu mencetak laba bersih Rp 723 miliar pada kuartal I/2019, atau naik 5,67% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 684 miliar. Capaian ini ditopang pertumbuhan pendapatan bunga sebesar Rp 6,42 triliun atau naik 21,69% dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar Rp 5,27 triliun.

Sementara itu, penyaluran kredit dan pembiayaan naik 19,57% year on year (YoY), dari Rp 202,5 triliun pada kuartal I/2018 menjadi Rp 242,13 triliun. “Angka penyaluran kredit ini berada di atas rata-rata industri perbankan berkat Program Satu Juta Rumah, yang mana rata-rata penyaluran kredit perbankan nasional hanya naik sekitar 11% YoY,” kata Budi.

Adapun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 10,98% YoY menjadi Rp 215,82 triliun. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) BTN terjaga di level 2%. Manajemen bank yang tergolong BUKU 3 ini yakin, hingga akhir tahun dapat mencetak pertumbuhan bisnis dua digit dengan laba yang ditargetkan tumbuh 13-15%.

Menurut Budi, peningkatan kepercayan konsumen bisa didapat dari value produk dan program penjualan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, fasilitas digital banking dan layanan yang terus diperbaiki, serta adanya inovasi-inovasi baru. “Dengan meningkatkan nilai kepercayaan masyarakat terhadap merek Bank BTN, nasabah akan loyal dan bahkan menjadi advocate Bank BTN,” katanya yakin.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved