Brand Value zkumparan

Menjadikan Brand sebagai Jantung Bisnis Perusahaan

Menjadikan Brand sebagai Jantung Bisnis Perusahaan

//Brand yang kuat bisa menjadi driver pertumbuhan bisnis perusahaan. Banyak keuntungan yang diraih perusahaan dengan memiliki merek-merek yang kuat. Menjadi modal penting untuk berkompetisi di level global.//

Telkom Indonesia Mencetak Brand Value Teringgi sebesar US$ 5,17 Miliar

Dalam suatu kesempatan di bulan Desember 2017, Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan rasa terkejutnya bahwa bisnis mebel yang digelutinya selama 27 tahun, nilai merek (brand value)-nya jauh lebih lebih rendah dibandingkan dengan nilai merek bisnis martabak yang digelutinya putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, yang mengibarkan brand Markobar. “Baru lima tahun, brand value usaha martabak yang Gibran miliki lima kali lipat dari pabrik kayu yang saya miliki,” begitu tutur Jokowi.

Menurut Presiden, brand value dapat dianalogikan sebagai citra atau kharisma pada diri seseorang atau produk yang dapat membuat seseorang atau produk itu memiliki daya tarik yang kuat. “Dari situlah, sebetulnya nilai dari sebuah perusahaan, nilai dari produk itu bisa diangkat dan apa valuasinya juga biasanya dihitung dari sana,” Jokowi menambahkan.

Apa yang disampaikan oleh Presiden RI ketika itu konteksnya memang untuk memotivasi para pengusaha muda agar mereka memperhatikan brand value atau nilai merek dalam menjalankan bisnis. Namun, hal itu menegaskan pentingnya memiliki brand value tinggi bagi suatu usaha, dan menjadi jalan untuk bisa tumbuh berkesinambungan (sustainable growth).

Banyak keuntungan yang diraih perusahaan/pemilik usaha bila memiliki brand yang kuat. Dengan memiliki merek yang kuat, pemilik merek berpeluang menawarkan produk/jasanya dengan harga premium, sehingga bisa mendapatkan margin keuntungan yang lebih tinggi. Konsumen pun tak hanya bersedia membayar harga yang lebih mahal terhadap produk yang memiliki ekuitas merek kuat, tetapi juga akan loyal terhadap perusahaan merek tersebut dalam jangka lama. Mereka tak segan-segan melakukan pembelian ulang, bahkan merekomendasikan kepada orang lain.

Ekuitas merek yang kuat dapat memudahkan perusahaan meng-generate pertumbuhan (bisnis) jangka panjang. Merek yang kuat dapat di-leverage dengan menambah atau menghadirkan produk baru, dan pelanggan pun biasanya punya kemauan lebih besar untuk mencobanya. Pemasaran produk/merek tersebut dengan mudah dapat diperluas ke pasar atau wilayah geografis baru karena konsumen sudah mengakui kehebatannya, dan dengan mudah pula membuat koneksi positif yang instan dengan masyarakat, yang ujungnya adalah mereka mau membeli produk tersebut.

Tak hanya itu, merek yang kuat akan meningkatkan daya negosiasi dengan vendor, pabrikan, ataupun distributor. Mereka tentu akan mencari merek yang disukai konsumen. Pada saat seperti itu, pemilik merek punya posisi tawar yang kuat, sehingga bisa mendapatkan harga/biaya terbaik. Juga, merek yang kuat pun memudahkan perusahaan merekrut karyawan terbaik karena banyak calon karyawan yang ingin bergabung dengan perusahaan seperti ini. Sementara itu, bagi investor di pasar modal, merek yang kuat juga bisa menjadi pertimbangan dalam membeli saham suatu perusahaan karena peluang pertumbuhan bisnisnya ke depan yang tinggi.

Ya, bisa dikatakan, merek adalah jantung bisnis perusahaan. Semakin kuat brand yang dimiliki perusahaan, potensinya untuk tumbuh lebih cepat juga makin tinggi. Karena itu, seyogianya semua elemen dalam perusahaan mempunyai pemahaman dan kepedulian untuk membangun merek produk/perusahaan yang kuat.

Apabila pemahaman setiap individu dalam organisasi bahwa “brand is the heart of business” itu telah ada, mereka akan berusaha menciptakan diferensiasi merek yang kuat dalam setiap marketing element dan business process. Dengan demikian, akan memunculkan asosiasi yang positif terhadap merek (perusahaan/produk)-nya karena produk yang dipasarkan unik dan inovatif, strategi harga (process) yang ditawarkan memberikan manfaat lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan, proses (process) bisnis dan layanan yang diberikan lebih cepat dan lebih ramah, orang-orang (people) yang melayani memberikan solusi aplikatif dan kreatif, tempat (place) yang digunakan memberikan kemudahan dan kenyamanan, promosi (promotion) yang dilakukan memancarkan appeal yang tinggi secara emosi dan kognisi sehingga membuat keunggulan merek lebih nyata karena dapat dilihat dan dirasakan di segala aspek bisnis.

Dan, berbicara mengenai brand value, kita patut bergembira melihat tren pertumbuhan nilai merek perusahaan/produk di Indonesia. Pasalnya, berdasarkan valuasi merek yang dilakukan oleh Brand Finance, salah satu lembaga konsultan merek terkemuka di dunia, nilai merek-merek perusahaan dan produk di Indonesia cenderung menguat. Dari 100 merek yang masuk dalam Indonesia’s 100 Most Valuable Brands 2018, total nilainya mengalami peningkatan 14,62% dibandingkan dengan tahun lalu, dari US$ 32,36 miliar menjadi US$ 37,09 miliar. Ini menunjukkan bahwa brand-brand di Indonesia memiliki prospek yang bagus yang didorong oleh pertumbuhan bisnis.

Menurut Samir Dixit, Direktur Pengelola Brand Finance Asia Pasifik, pasar di Indonesia memang sedang tumbuh dengan bagus yang berpengaruh terhadap nilai merek. Semua sektor menunjukaan pertumbuhan bisnis yang bagus. Di samping itu, brand-brand di Indonesia juga makin kuat. Ini ditunjukkan dengan peningkatan angka rata-rata BrandStrenghtIndex (BSI) hasil penghitungan Brand Finance dari 62 poin menjadi 67,7 poin. “Jadi, dua hal yang berkontribusi terhadap peningkatan brand value, yakni pertumbuhan bisnis dan brand yang semakin kuat,” Samir menegaskan.

Samir Dixit, Direktur Pengelola Brand Finance Asia Pasifik

Brand-brand kuat di Indonesia pun menunjukkan peningkatan nilaii yang signifikan. Sebut saja, Telkom Indonesia, yang tetap bertengger di posisi pertama, nilai mereknya naik 19% dari US$ 4,34 miliar menjadi US$ 5,17 miliar. Rating BSI juga mengalami peningkatan dari 79,8 poin (AAA-) menjadi AAA. Perolehan rating triple A itu melengkapi prestasi BCA yang meraihnya di tahun lalu. Kemudian, nilai merek Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang ada di peringkat 3 dan BCA (peringkat 4) masing-masing naik 24%. Angka BSI BRI pun naik dari 76,9 (AA+) menjadi 83,3 (AAA-), sedangkan skor BSI BCA naik sedikit dari 85,3 ke level 85,9. Sementara itu, Bank Mandiri yang berada di urutan 5, nilai mereknya naik 18% dari US$ 1,89 miliar menjadi US$ 2,23 miliar, dan angka BSI nya meningkat dari 79,9 menjadi 83,9 dengan tetap memperoleh rating AAA-.

Sayangnya, brand-brand kuat di industri rokok mengalami penurunan nilai, seperti Sampoerna, Djie Sam Soe, dan Gudang Garam. Kata Samir, industri rokok ke depan akan suram, sehingga berpengaruh negatif terhadap nilai mereknya. Karena itu pula, merek Sampoerna terlempar dari Brand Finance Global 500. Di jajaran 500 brand elite dunia, Indonesia hanya menempatkan Telkom Indonesia, yang posisinya naik dari 386 ke urutan 341.

Buat pengelola/pemilik brand-brand kuat dan bernilai tinggi, Samir mewanti-wanti bahwa sangat sulit untuk memelihara merek untuk tetap berada pada posisi tinggi. “Mereka harus memastikan, konsumen hanya melihat (merek) Anda yang lebih baik. Mereka juga harus memastikan bahwa kinerja keuangannya lebih baik daripada waktu-waktu yang lalu, dan memastikan produk mereka lebih baik dari sebelumnya. Jika ada yang lewat, itu pasti akan bepengaruh negatif terhadap nilai brand,” ujarnya.

Samir juga menekankan, untuk berkompetisi secara global, perusahaan Indonesia harus fokus mengelola brand, tidak terlalu banyak pada bisnis. “Karena itu, investasilah pada pengembangan brand agar makin kompetitif. Tidak hanya di Indonesia, tapi secara global,” tuturnya.

Jika suatu brand sudah sangat kuat di Indonesia, saatnya untuk go international. Dimulai dari masuk ke pasar regional lebih dulu, kemudian masuk ke pasar global. “Kita lihat apa yang terjadi dalam 3-5 tahun ke depan. Jangan menjadi local hero, tapi jadilah global competitor. Jika Singtel dan brand lain dari negara lain datang ke Indonesia, dan mereka dapat menjadi pemenang di sini, Anda harus keluar, berkompetisi di tingkat global,” Samir menegaskan.

Reportase: Arie Liliyah/Riset: Hendi Pradika


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved