Brands zkumparan

Campina, Perkuat Merek dengan Merilis Produk Anyar dan Pemasaran Digital

Campina, Perkuat Merek dengan Merilis Produk Anyar dan Pemasaran Digital
Adji Andjono, Direktur Penjualan dan Pemasaran PT Campina Ice Cream Industry Tbk.
Adji Andjono, Direktur Penjualan dan Pemasaran PT Campina Ice Cream Industry Tbk. (kiri)

Di tengah kondisi bisnis es krim yang penuh tantangan, Campina mengukuhkan posisinya sebagai produsen es krim yang digemari konsumen. Untuk itu, Campina senantiasa melakukan evaluasi, meningkatkan kualitas dan inovasi produk, serta rajin melakukan komunikasi di lintaskanal digital, antara lain online store Campina, surat elektronik (e-mail), fitur chat otomatis di website Campina, dan petugas pelayanan konsumen, serta berpartisipasi di berbagai acara anak muda.

Menurut Adji Andjono, Direktur Penjualan dan Pemasaran PT Campina Ice Cream Industry Tbk., apa yang dilakukan pihaknya itu memudahkan interaksi perusahaan dengan konsumen sehingga mempertebal loyalitas konsumen. “Agar konsumen bisa langsung berinteraksi dengan kami, di era ini mereka diperlakukan seperti konsumen korporat, ada komunikasi dua arah,” Adji menerangkan.

Kesetiaan konsumen dikelola Campina dengan menggelar berbagai program promosi dan pemasaran. Sebagai contoh, Campina menyediakan kode unik yang ada di es krim cone. Konsumen mendaftarkan kode unik itu di microsite Campina untuk mendapatkan poin yang nantinya bisa ditebus (redeem) dengan berbagai macam hadiah. Periode pengumpulan poin dan penebusan hadiah berlangsung selama 4-5 bulan. Menurut Adji, program ini merupakan bentuk penghargaan dan pelayanan bernilai tambah Campina kepada pelanggan.

Perlakuan Campina kepada konsumen itu merupakan bagian dari upayanya memperkuat merek. Manajemen Campina memprediksi bahwa pola, pilihan, dan keinginan konsumen akan bergerak dinamis dalam jangka pendek, serta kompetisi bisnis es krim akan semakin sengit. Namun, mereka menyikapinya sebagai peluang bisnis. Dalam jangka panjang, bertambahnya populasi usia produktif, meningkatnya daya beli konsumen, dan masih rendahnya tingkat konsumsi es krim di Indonesia diyakini menjadi katalis pendorong pertumbuhan bisnis dan merek Campina di masa mendatang.

Salah satu indikasinya, konsumsi es krim di Indonesia berkisar 0,7-0,8 liter per kapita per tahun, lebih rendah daripada negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia yang sudah mencapai 2 liter dan Singapura sebanyak 5 liter per kapita per tahun. Hal ini disikapi perseroan dengan menghadirkan es krim untuk semua segmen konsumen. Sebagai contoh, untuk anak-anak, seperti disebutkan Adji, disediakan es krim Disney dan Nickelodeon, disusul es krim Hula-Hula untuk segmen remaja, serta es krim 5-8 liter untuk kebutuhan restoran dan katering.

“Kami juga menyediakan produk bagi konsumen yang tidak mengonsumsi produk hewani, yakni es krim yang berasal dari nabati untuk vegetarian. Namun, utamanya kami menyasar usia anak-anak dan remaja. Karena, konsumsi es krim paling banyak ada di usia tersebut,” kata Adji.

Metode Campina untuk memperkuat merek adalah dengan berinovasi serta memperluas jangkauan pemasaran dan distribusi. Di tahun 2018, misalnya, menambah jangkauan titik distribusi hingga Jayapura, Papua. Inovasi produk lainnya: meluncurkan es krim premium, Gold Ribbon, yang harganya dua kali lipat dari harga es krim Campina reguler, dan es krim frozen untuk anak-anak. Saat ini, pangsa pasar Campina di industri es krim sebesar 18%.

Untuk menjaga eksistensi Campina, manajemen perusahaan ini memasuki gelanggang pemasaran digital dan intensif berinteraksi dengan konsumen dari generasi milenial. Seiring dengan meningkatnya populasi usia muda, yaitu generasi milenial dan generasi Z, yang akan menjadi target pasar, serta tren pembelian es krim di ecommerce, Campina mengaktivasi kanal komunikasi dan penjualan melalui berbagai media sosial, seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan Twitter; toko online di www.icecreamstore.co.id; serta bekerjasama dengan sejumlah e-commerce di Indonesia, seperti Go-Food, Grab, Lazada, Tokopedia, Shopee, dan Blibli, selain memiliki aplikasi Campina Ice Cream di Google Play dan App Store.

Penjualan es krim Campina di online ini berkontribusi 1% dari jumlah total penjualan. Berikutnya, strategi Campina menggaet pasar milenial yaitu dengan berpartisipasi di acara pentas seni (pensi) sekolah; mengadakan program School to School setiap akhir pekan di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang; terlibat di acara daerah, seperti Jember Fashion Carnival dan Surabaya Carnival; serta mengikuti pameran. “Challenge tahun ini adalah mendekatkan Campina dengan milenial, bagaimana kami membuat komunikasi yang langsung menyasar mereka secara lebih dekat. Misalnya, dengan membuat kolaborasi untuk membuat konten dan project, melibatkan mereka dalam event-event Campina, memberikan produk yang mereka butuhkan,” Adji memaparkan. Ini dilakukan karena konsumen milenial menggemari hal-hal baru. Maka, komunikasi Campina pun menonjolkan narasi yang relevan dengan konsumen milenial itu.

Pendapatan Campina pada 2018 senilai Rp 961 miliar, naik tipis 2% dari pendapatan di tahun 2017. Pertumbuhan pendapatan yang kecil itu mengindikasikan ketatnya persaingan industri es krim dalam 2-3 tahun terakhir. Jumlah produsen es krim di periode ini bertambah menjadi delapan dari sebelumnya empat. Kendati demikian, Adji menegaskan bahwa Campina optimistis membidik pertumbuhan penjualan di tahun 2019 sebesar 10%.

Rencananya, Campina bakal merilis es krim terbaru dan memenetrasi pasar di kota-kota lapis kedua. “Saat ini, kami sudah ada di Aceh sampai Jayapura. Namun, kami ingin masuk ke daerah yang lebih kecil lagi. Tentunya, ini tidak mudah, karena es krim ini harus membutuhkan infrastruktur seperti freezer dan listrik. Tapi, kami akan terus berekspansi ke wilayah-wilayah tersebut, karena kami ingin terus tetap tumbuh,” kata Adji tandas. (*)

Anastasia Anggoro Suksmonowati & Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved