Bisnis PT Paragon Technology & Innovation (Wardah Cosmetics) melesat berkat label halal yang melekat. Wanita muslimah, terutama para hijabers, menjadi target pasar. Kini, mereka ingin memperbesar pasar, salah satu caranya adalah dengan menggandeng bridestory.com.

“Dalam 3 tahun terakhir, Wardah dikomunikasikan sebagai brand untuk kalangan yang lebih luas. Tidak lagi hanya produk halal untuk muslimah. Tetapi, untuk semua kalangan yang peduli dengan kesehatan dan keamanan produk. Halal sudah pasti sehat dan aman,” kata Salman Subakat, Direktur Pemasaran Wardah Cosmetics.

Lewat kerjasama dengan Bridestory.com, lanjut dia, Wardah Cosmetics melakukan branding untuk produk make-up. Mereka ingin disejajarkan dengan peralatan make-up professional dan terbatas yang biasa dipakai calon pengantin. Pernikahan adalah momen terpenting dalam kehidupan.

Salman Subakat, Direktur Wardah Cosmetics

Menurut dia, wanita Indonesia saat ini memiliki aspirasi yang tinggi. Strategi Wardah Cosmetics adalah memosisikan diri sebagai brand yang dekat dengan semua kelas masyarakat. Setiap lapisan konsumen memiliki produk atau rangkaian (series) sendiri-sendiri sesuai kebutuhan masing-masing.

“Kami ingin memahami konsumen lebih baik lagi. Konsumen cepat berubah sehingga kami juga harus berinovasi dengan cepat. Tidak hanya fokus di pemasaran, tapi juga edukasi masyarakat. Kami baru saja meluncurkan produk perawatan kulit yang bagus untuk kesehatan kulit dan penampilan,” katanya.

Dia menjelaskan, media digital menjadi kanal pemasaran sekaligus komunikasi dengan konsumen. Keinginan dan masukan sekecil apapun, misalnya soal warna-warni make-up dekoratif, akan disampaikan ke tim Riset & Pengembangan Produk. Masukan dari konsumen sangat berharga untuk pengembangan produk ke depannya.

“Komunikasi juga harus jujur sesuai spesifikasi produk. Kami juga rutin menggelar event agar konsumen bisa konsultasi langsung dengan ahli perawatan kulit atau dengan make up artist,” kata dia.

Di Wardah Cosmetics, pemasaran konvensional dan digital saling mendukung karena disesuaikan dengan target pasar. Untuk kaum urban yang sudah melek teknologi, akan lebih efektif menggunakan pemasaran digital. Lain halnya dengan kelompok masyarakat di pelosok daerah yang biasanya belum banyak memanfaatkan internet. Sehingga, pemasaran konvensional akan lebih efektif.

“Kami melakukannnya sesuai kebutuhan atau kondisi brand kami. Kami mengalokasikan belanja iklan di media sosial, seperti Youtube sejak 3 tahun lalu. Tapi, kami tetap proporsional antara media digital dan konvensional. Keduanya punya peran yang sama pentingnya,” ujar dia. (Reportase: Arie Liliyah)