IBBA

Polygon, Konsisten pada Tiga Aspek

William Gozali, Direktur Polygon Bikes Indonesia
William Gozali, Direktur Polygon Bikes Indonesia.

Dari tahun ke tahun, merek Polygon terus merajai kategori Sepeda Dewasa di ajang IBBA. Hal ini tidak mengejutkan jika mengetahui apa rahasianya. William Gozali, Direktur Polygon Bikes Indonesia, menyebutkan bahwa mereka konsisten menjaga serta terus meningkatkan tiga aspek utama: produk, layanan, dan komunitas.

Dari sisi produk, Polygon menerapkan tiga core value, yakni inovasi, otentisitas, dan kualitas. Contoh inovasinya, merancang dan membuat berbagai varian Ebike (sepeda listrik), yang dihadirkan sebagai jawaban bagi mereka yang ingin bersepeda lebih jauh dan tetap nyaman tanpa terhalangi usia atau kondisi fisik personal. “Secara produk, kami tidak berhenti berinovasi sehingga produk yang kami keluarkan tidak hanya sekadar sepeda melainkan solusi dan menjawab kebutuhan konsumen,” William menandaskan.

Dari sisi layanan, mereka menjalankan beberapa langkah: mengembangkan jaringan dealer di seluruh Indonesia, menerapkan harga yang stabil untuk setiap produk sehingga konsumen mendapatkan produk dengan harga yang sama di setiap daerah, memberikan mekanisme garansi lima tahun yang transparan, serta menyediakan layanan pascajual yang mudah.

Konsumen, kata William, juga difasilitasi dengan platform yang dapat dimanfaatkan untuk membagikan keluhan, pertanyaan, atau bantuan pengecekan sepeda dan stok. Dari sisi komunitas, Polygon terus memudahkan sesama pengguna saling bertukar informasi dan pengalaman seputar produk.

“Diferensiasi inilah yang dari sisi brand kami tawarkan sehingga konsumen akan melihat perbedaan yang signifikan antara brand Polygon dan kompetitor. Harapannya, Polygon akan menjadi TOM (top of mind) untuk kategori brand sepeda,” William mengungkapkan.

Di luar tiga aspek di atas, Polygon juga konsisten untuk seimbang di sisi pemasaran, baik above maupun below the line, dengan melibatkan berbagai platform komunikasi. Mereka mengomunikasikan produk dan brand campaign melalui media konvensional, platform digital berbayar, offline (melalui material branding), ditunjang dengan memaksimalkan influencer.

Hal-hal di atas, menurut William, dijaga Polygon, tak terkecuali di saat pandemi. Dan, masa pandemi ini ternyata memberikan tantangan tersendiri bagi pihaknya. “Tantangan yang kami alami terutama karena adanya lonjakan permintaan yang tidak terduga, dan beberapa komponen mengalami kendala, mulai dari ketersediaan stok maupun waktu pengiriman yang terhambat,” ungkapnya.

Lantas, bagaimana mengatasinya?

Polygon merapikan produksinya. Mereka memaksimalkan bahan baku yang dimiliki dan berusaha mengatur lead time dengan jadwal produksi secara efisien. Agar langkah itu bisa berjalan, Polygon bekerjasama dengan produsen komponen agar pasokan berjalan tepat waktu. Dengan begitu, diharapkan produk sampai di tangan konsumen tepat waktu, dan ketersediaan stok cukup imbang dengan permintaan pasar.

Masa pandemi bisa dibilang cukup bagus bagi industri sepeda. Sempat merosot pada Maret 2020, kondisi pasar terus membaik. Pertumbuhan ditaksir mencapai 20% tahun ini.

Hal berikutnya yang diupayakan Polygon adalah mengubah aktivitas bersepeda tidak menjadi tren musiman seperti masa pandemi sekarang, melainkan sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Agar bisa melakukan hal tersebut, Polygon terus mengenjot keunggulan kompetitifnya di sisi produk –baik kualitas maupun varian– serta memperluas jaringan distribusi.

Selain itu, “Tidak berhenti memonitor tren dan pergerakan keinginan konsumen, sehingga produk yang ditawarkan dapat selalui diterima secara positif,” William menegaskan. (*)

Teguh S. Pambudi dan Andi Hana Mufidah Elmirasari

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved