Legend Brand zkumparan

Mubarokfood, Semakin Modern di Tangan Generasi Ketiga

Direktur Utama CV Mubarokfood Cipta Delicia, Muhammad Hilmy bersama istri.
Direktur Utama CV Mubarokfood Cipta Delicia, Muhammad Hilmy berpose bersama istri.

Di usianya yang sudah seabad lebih, tepatnya 111 tahun, jenang Mubarok dari Kudus masih eksis dan dikelola semakin modern oleh generasi ketiga. Dipimpin oleh Muhammad Hilmy sebagai direktur utama sejak 1992, CV Mubarokfood Cipta Delicia, produsen Mubarok, telah mentransformasi bisnis dan mengembangkan perusahaan dari tradisional menuju modern secara bertahap di semua lini.

“Transformasi yang kami lakukan tidak berarti perusahaan harus menjalankan praktik yang mengarah hanya pada digitalisasi. Tetapi, lebih pada bagaimana menuju proses yang lebih baik dan lebih efisien, yang diawali dengan adanya perubahan pola pikir orang-orang di organisasi sehingga setiap orang mampu berkontribusi terhadap perubahan nyata untuk organisasi,” Hilmy menjelaskan.

Hal ini akhirnya bermuara pada beberapa perubahan dan peningkatan. Antara lain, pertama, proses produksi jenang tidak manual lagi, walaupun tetap ada proses tertentu yang tanpa bantuan mesin. Contohnya, bagian pengirisan tetap menggunakan tenaga padat karya.

Kedua, pengecekan kualitas bahan dan produk melalui laboratorium internal. Ketiga, perluasan pangsa pasar. Keempat, pemasaran melalui digital. Kelima, optimalisasi media sosial sebagai media promosi.

Sistem manajemen juga mulai dibenahi dengan perhatian utama di bidang sumber daya manusia (SDM). Bagi Hilmy, pengembangan dan penataan SDM berawal dari pemikiran bahwa berhasilnya suatu perusahaan didasari SDM yang memadai berdasarkan pengalaman dan berkompeten di bidangnya. Terlebih, dengan ditetapkannya visi, misi, dan tujuan perusahaan. “Dalam misi perusahaan, terdapat keinginan untuk mengembangkan SDM dan manajemen yang kreatif-inovatif, amanah, dan profesional,” katanya.

Selain itu, sistem manajemen mutu dan keamanan pangan pun menjadi perhatiannya. Hal ini dibuktikan dengan perolehan berbagai sertifikasi ISO, sertifikat halal dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM MUI) Jawa Tengah tahun 2007, Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) System tahun 2014, dan hak paten atas merek produk.

Seiring dengan perkembangan zaman, strategi pemasaran sudah banyak dibantu oleh teknologi. Saat ini proses pemasaran harus beradaptasi dengan teknologi digital, dalam hal ini digital marketing.

“Kami juga memanfaatkan hal tersebut. Dengan adanya digital marketing, perkembangan produk bisa menjadi lebih cepat. Hal ini karena konsumen lebih mudah mendapatkan produk kami melalui layanan e-commerce. Proses promosi juga lebih mudah dilakukan dan lebih menarik melalui platform media sosial yang kami miliki,” ungkap Hilmy.

Saat ini, pasar produk Mubarokfood yang menyasar seluruh lapisan masyarakat dan wisatawan ini tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga luar negeri, antara lain Hong Kong. Perusahaan ini pun memiliki pasar khusus, seperti penerbangan reguler dan penerbangan haji Garuda Indonesia Airlines, penerbangan haji dan snack penerbangan Ramadan Saudi Airlines, restorasi kereta api (Reska), dan PO Pahala Kencana.

Dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan bisnis Mubarokfood per tahun sebesar 10%-20%. Adapun jumlah produksi/penjualannya, jika dibandingkan dengan 2019, saat ini turun sekitar 20%.

“Pengaruh pandemi Covid-19 sangat signifikan karena bisnis kami sangat terkait dengan sektor pariwisata. Adanya pembatasan-pembatasan, termasuk anjuran ‘di rumah saja’, menurunkan tingkat penjualan produk kami juga tingkat kunjungan ke Museum Jenang kami. Kami sempat mengalami penurunan hingga hampir 80%,” ungkap Hilmy.

Namun, pihaknya berupaya bangkit dan memaksimalkan digital marketing melalui pengoptimalan penjualan dan promosi online di medsos milik perusahaan ini. Pengalaman pasang surut-bisnis sudah biasa dilalui perusahaan ini. Maklum, bisnis ini ada sejak seabad lebih yang lalu.

Pembuatan jenang Kudus Mubarok dirintis seorang wanita bernama Alawiyah pada 1910. Alawiyah inilah generasi pertama produsen Mubarok. Ia menjualnya di Pasar Bubar, area yang sekarang dikenal sebagai tempat parkir kendaraan peziarah Makam Sunan Kudus di Masjid Menara Al-Aqso. Desa tempat Alawiyah berdomisili, Kaliputu, hingga saat ini dikenal sebagai daerah penghasil jenang.

Seiring dengan berkembangnya penjualan, suami Alawiyah, Mabruri, penduduk asli Desa Glantengan, Kudus, ikut mengelola usaha jenang bersama istrinya. Sebelumnya, sehari-hari Mabruri bekerja sebagai pande besi.

Sepeninggal Alawiyah, usaha jenang dilanjutkan putranya, Achmad Shochib, sebagai generasi kedua bisnis ini. Saat itu, perusahaan ini dikenal dengan merek Sinar Tiga Tiga sebagai identitas produknya.

Untuk mengantisipasi banyaknya pesaing yang mulai bermunculan, pada 1975 perusahaan meluncurkan tiga merek baru, yaitu Mubarok, Mabrur, dan Viva. Ketiga merek ini terbukti mampu menjadi trend setter di industri jenang di tengah banyaknya pesaing yang meniru mereknya, terutama merek Mubarok.

Pada 1992, karena menginjak usia sepuh, Achmad menyerahkan tampuk kepemimpinan sebagai direktur utama kepada putranya, Muhammad Hilmy, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (Yogyakarta) dan alumni Pondok Modern Gontor Ponorogo.

Hilmy menjadi generasi ketiga pengelola jenang Kudus Mubarok. “Dari sinilah berdiri perusahaan CV Mubarokfood Cipta Delicia sebagai pengembangan dari PJ Sinar Tiga Tiga,” Hilmy menceritakan.

Hingga kini bisnis utama Mubarokfood adalah jenang, yang juga sering disebut dodol Kudus. Jenang adalah makanan khas Kota Kudus. Menurut Hilmy, keunggulan memproduksi makanan khas daerah yaitu adanya filosofi bahwa di balik sebuah makanan khas terdapat simbol yang merupakan refleksi identitas dan peradaban sebuah bangsa.

Karena itu, makanan khas berpotensi menjadi duta untuk memperkenalkan keagungan peradaban sebuah bangsa yang bersangkutan kepada dunia luar. “Ujung proses ini adalah makanan khas dapat mengharumkan citra diri Indonesia di depan mata bangsa-bangsa lain di dunia,” katanya.

Lalu, apa saja kiat bisnisnya sehingga perusahaan ini bisa bertahan sampai umur di atas 50 tahun? Hilmy menjelaskan, kiatnya adalah, pertama, memegang teguh wisdom dan budaya kerja positif generasi sebelumnya. Kedua, mempertahankan kualitas produk, mulai dari bahan baku hingga komposisi yang digunakan (menjaga orisinalitas produk).

Ketiga, terus berinovasi agar dapat bertahan di pasaran; bukan hanya pada produk, tetapi pada semua lini perusahaan, agar dapat terus berdaya saing. Keempat, mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan melihat potensi baru. Dan kelima, membangun koneksi seluas-luasnya.

Kiat Hilmy untuk menjaga agar perusahaan tetap “muda” dan lincah meski sudah berusia seabad lebih adalah membangun mindset untuk terus mewujudkan visi-misi perusahaan. Berikutnya, merekrut SDM yang kompeten di bidangnya sehingga akan mampu bertahan menghadapi tuntutan perkembangan zaman.

Lalu, terus beradaptasi dengan perkembangan. Misalnya, saat ini dihadapkan pada zamannya teknologi, maka perusahaan harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital, termasuk medsos dan e-commerce untuk promosi dan penjualan online. Kemudian, selalu mengikuti perkembangan pasar dan mengetahui keinginan konsumen, serta mengedepankan inovasi dan kreativitas.

Mengenai wisdom/kearifan sang pendiri yang masih dijalankan dan dipegang teguh hingga sekarang, Hilmy mengungkapkan, “Setiap generasi memiliki wisdom yang masih kami pegang hingga saat ini.” Wisdom generasi pertama, ia menjelaskan, adalah jujur, gigih, ulet, dan pantang menyerah. Adapun wisdom generasi kedua adalah kreatif, inovatif, amanah, dan visioner.

Mubarokfood juga telah mempersiapkan diri agar bisnisnya berkelanjutan. Salah satu andalannya di masa depan adalah Museum Jenang dan Gusjigang Mubarokfood. “Semoga museum ini akan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan dan juga pengenalan kota Kudus kepada para wisatawan, menjadi ikon wisata baru di Jawa Tengah, serta meningkatkan daya saing Kota Kudus di kancah global,” demikian harapan Hilmy. (*)

Dede Suryadi dan Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved