Brands Brand Value

Rajin Berinovasi, BCA Masih Merek Premium

Rajin Berinovasi, BCA Masih Merek Premium

Brand Finance dan SWA menempatkan BCA sebagai salah satu merek paling premium yang bertengger di Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brands. Merek yang dimiliki PT Bank Central Asia Tbk., ini berada di jajaran 10 besar merek paling premium di tahun ini. Telkom, Sampoerna, Gudang Garam, Bank Mandiri, BRI, BNI, Dji Sam Soe, dan Garuda Indonesia menjadi merek paling mahal yang berada di daftar Top Ten. Nilai merek (brand value/BV) BCA di tahun 2016 senilai US$ 1,14 miliar, naik 3% dibandingkan BV tahun lalu sebesar US$ 1,11 miliar. Nilai BV di tahun ini meroket 33,13% apabila dibandingkan pencapaian di tahun 2014 BV-nya yang mencapai US$ 857 juta.

Peringkat BCA di tahun ini menghuni peringkat keenam, sama dengan posisi yang dicapai tahun lalu. Sedangkan nilai perusahaan (entreprise value/EV) BCA di tahun ini mencapai US$ 23,23 miliar, turun 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara, rasio antara BV terhadap EV mencapai 5%. BCA diganjar rating AAA (triple A) dan berdasarkan Indeks Kekuatan Merek (Brand Strength Index/BSI), BCA menjaring skor 81-85 poin (sangat kuat). Penghitungan BSI suatu merek terdiri dari empat variabel, yakni aspek konsumen, karyawan, kinerja atau proyeksi keuangan, dan faktor eksternal. Menurut Samir Dixit, Direktur Pengelola Brand Finance Asia Pasifik, pihaknya menghitung kekuatan merek pada skala 0-100 yang menggunakan balanced scorecard dari sejumlah atribut yang relevan, seperti kinerja keuangan dibandingkan merek lain. “Skor BSI yang tinggi itu mengindikasikan investasi suatu perusahaan telah memberikan hasil dan efektif meningkatkan ekuitas merek serta berdampak ke performa bisnis,” Samir membeberkan.

Brand Finance memproyeksikan pertumbuhan pendapatan merek-merek di 10 besar akan melejit hingga tahun 2020. Adapun, target bisnis BCA dalam lima tahun ke depan sejalan dengan pertumbuhan perbankan nasional dan perekonomian nasional. “Kami melihat masyarakat dan investor mengapresiasi kinerja BCA. Hal ini tercermin dari valuasi price-to-book harga saham BCA yang relatif lebih tinggi dibandingkan industri perbankan,” ia melanjutkan. Laba bersih BCA di kuartal I/2016 naik sebesar 11,1% menjadi Rp 4,5 triliun dari periode sebelumnya yang sebesar Rp 4,1 triliun.

Suwignyo Budiman, Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (Foto : Dok BCA).

Suwignyo Budiman, Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (Foto : Dok BCA).

Samir menuturkan sebanyak 27 dari 100 merek menunjukkan peningkatan nilai mereksekaligus skor BSI-nya. BCA adalah salah satu bank yang meraih skor BSI yang siginifikan sekaligus membukukan pertumbuhan nilai merek. Suwignyo Budiman Direktur BCA, menyebutkan nilai merek BCA bukan hanya dari aspek keuangan namun juga menghadirkan inovasi produk dan layanan perbankan, seperti Sakuku, Tahapan Berjangka dan kantor cabang digital myBCA yang diliris pada tahun lalu. “Produk-produk ini jawaban yang disodorkan kami untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” cetus Suwignyo.

BCA mengembangkan layanan perbankan digital dan mobile platform untuk memudahkan nasabah mengakses informasi dan transaksi perbankan. ”Layanan ini memudahkan nasabah dalam mengakses informasi perbankan dan melakukan transaksi perbankan lewat platform tersebut, salah satunya dengan revamp www.bca.co.id yang di awal tahun ini untuk memberikan user experience yang lebih baik kepada nasabah dan akses seputar informasi finansial,” jelas Suwignyo. Selain layanan perbankan, BCA melibatkan diri di berbagai kegiatan olah raga dan kebudayaan, misalnya mensponsori BCA Indonesia Open sejak 2014, wayang dan pembuatan batik Hoko sebagai seragam karyawan BCA. “Kami mempertahankan konsistensi dan relevansi brand dengan kebutuhan masyarakat,” Suwignyo menambahkan.

Rajin Berinovasi Lebih lanjut, Suwignyo menambahkan BCA rutin melakukan survei internal untuk mendalami pergerakan brand awareness perusahaan di mata para nasabahnya. Survei ini menggali kebutuhan nasabah mengenai layanan perbankan dan finansial. Hasil survei menjadi acuan BCA untuk mengembangkan produk dan layanannya demi memberikan solusi perbankan yang tepat bagi kebutuhan finansial nasabah. “Survei-survei tersebut tentunya menjadi acuan bagi BCA untuk terus berinovasi untuk terus meningkatkan brand equity BCA,” ucapnya. BCA mempertahankan keunggulan di bidang perbankan transaksi melalui investasi infrastruktur perbankan secara berkesinambungan, termasuk perluasan jaringan cabang dan penyempurnaan berbagai jaringan perbankan elektronik. Jaringan layanan multi-channel dintegrasikan demi menjaring peluang bisnis di seantero Indonesia. Perseroan memanfaatkan teknologi informasi termutakhir dan memandu nasabah untuk meningkatkan penggunaan internet banking dan mobile banking.

Di sisi kredit, BCA memiliki beragam produk kredit konsumer menjadi top of mind di benak konsumen. BCA rajin menawarkan berbagai produk kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor yang suku bunganya kompetitif. “BCA juga merupakan salah satu penyedia layanan kartu kredit terbesar di Indonesia, bahkan satu-satunya bank di Indonesia yang menerbitkan kartu kredit dengan merek sendiri yaitu BCA Card, BCA Visa dan BCA MasterCard,” tutur Suwignyo. Dari sisi finansial, BCA terus menjaga pertumbuhan bisnis dan peningkatan profit tetap terjaga dengan baik. “Sedangkan sisi non finansial, kami terus mendorong brand awareness dengan terus melakukan komunikasi korporasi untuk terus mengkomunikasikan value BCA yang diberi tajuk Senantiasa di Sisi Anda,” imbuhnnya. Infrastuktur komunikasi melalui media digital dikembangkan lebih lanjut guna menciptakan komunikasi dua arah dengan nasabah. Misalnya berkomunikasi melalui akun resmi BCA di Facebook, Twitter, dan Instagram.

Brand Finance menghitung nilai merek BCA dan 99 merek lainnya berdasarkan sumber primer dan sekunder, diantaranya laporan keuangan, riset pemerhati bisnis, lembaga pajak, pergerakan harga saham, atau proyeksi bisnis perusahaan yang memegang merek tersebut. Beberapa sumber dicomot dari data Havas, BAV Consulting, Alexa, Bloomberg, Meltwater, VI360, CSR Hub dan Novagraaf. Data-data yang diolah adalah data yang dilansir pada akhir Desember tahun laluLalu, keterangan itu dikompilasikan untuk menghitung nilai suatu merek. Caranya menggunakan metode Royalty Relief. Metode itu menyokong Brand Finance dalam menghitung nilai royalti yang bersedia dibayar oleh perusahaan lain ketika menggunakan lisensi merek. Pendekatan ini mengestimasikan pendapatan yang akan diperoleh dengan menggunakan merek yang dimaksud serta menghitung tingkat royalti yang akan dikenakan atas penggunaan mereknya itu.

Samir mengemukakan tiga faktor yang dipilih pihaknya memilih Royalty Relief. Faktor yang pertama karena otoritas pajak dan pengadilan memilih metode tersebut dalam menghitung nilai merek yang didasari referensi pada dokumen transaksi pihak ketiga. Yang kedua, pendekatan ini berbasis informasi keuangan yang tersedia untuk publik. Merek-merek di daftar 100 merek bervaluasi premium itu dimiliki oleh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Faktor ketiga karena Royalty Relief memenuhi persyaratan Internasional Valuation Standards Council dan ISO 10668 untuk menentukan nilai pasar yang wajar dari merek. Brand Finance adalah perusahaan pertama di dunia yang menerima akreditasi ISO 10668 brand valuation compliant. Nah, hasil penghitungan nilai merek lewat Royalty Relief itu tergambar di peringkat Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brands 2016.

Selain BCA, Brand Finance juga menilai Bank Mandiri dan BRI sebagai merek premium di perbankan Indonesia. Di sektor perbankan, nilai merek Bank Mandiri adalah yang paling tinggi, disusul BRI dan BCA. Samir menyarankan pemilik merek di perbankan fokus mengelola mereknya, meningkatkan performa bisnis, lebih selektif mengucurkan anggaran pemasaran, serta membiayai kegiatan pemasaran yang tepat dan efektif untuk mendongkrak nilai merek. Namun, pemilik merek harus memperhatikan gejala penurunan BV.

Di sis lain, BCA beserta sembilan merek yang berada di posisi 10 besar itu berhasil menjaring nilai BV US$ 14,21 miliar dan memberikan kontribusi sebesar 63% dari jumlah total BV yang nilainya mencapai US$ 22,55 miliar. Nilai BV yang dibukukan oleh 10 merek di tahun ini berhasil melampaui nilai BV pada 2015 (US$ 13,88 miliar). Rupanya tren positif ditorehkan oleh penghuni 10 merek yang valuasinya paling premium itu. “Selain itu, rata-rata skor BSI di 10 besar lebih tinggi yaitu 76 poin dari 90 merek lainnya yang rata-rata skor BSI-nya 60,” ucap Samir. Kekuatan 10 merek ini adalah tepat dalam memposisikan merek, konsisten dan optimal mengembangkan merek serta efektif mengelola protofolio mereknya. (*)

Reportase : Aulia Dhetira Riset : Armiadi Murdiansyah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved