Brands IBBA

Tingkatkan Ekuitas Merek, BPJS Ketenagakerjaan Jalankan Pendekatan Sosial

Tingkatkan Ekuitas Merek, BPJS Ketenagakerjaan Jalankan Pendekatan Sosial

Agus Susanto, Dirrektur Utama BPJS Ketenagakerjaan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan bertansformasi dari yang sebelumnya BUMN berorientasi komersial menjadi badan hukum publik yang tidak mengejar keuntungan (non profit oriented). ”Maka, yang diutamakan BPJS Ketengakerjaan adalah pelayanan. Seluruh pekerja itu harus terlindungi oleh BPJS Ketenagakerjaan,” ujar Agus Susanto, Dirut BPJS Ketenagakerjaan. Kendati demikian, BPJS Ketenagakerjaan mendulang prestasi yang patut diacungi jempol apabila merujuk survei Indonesia Best Brand Award (IBBA) di tahun ini. BPJS Ketenegakerjaan di ajang IBBA ini menempati peringkat pertama yang mencetak nilai brand value 44,4, sehingga mengungguli skor brand value Prudential dan AXA Life di kategori Asuransi Kesehatan.

Pencapaian BPJS Ketenegakerjaan itu merupakan hasil kerja keras para pemangku kepentingan yang tak henti-hentinya mengampanyekan dan memberikan pelayanan ke publik dengan pendekatan sosial. Agus mengatakan, pihaknya mengampanyekan fungsi lembaga dan manfaat jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan ke masyarakat. Lembaga ini terus meningkatkan kesadaran masyarakat agar menyiapkan diri dalam menghadapi risiko sosial atau ekonomi. Berbagai program itu menggugah kesadaran masyarakat untuk mempersiapkan jaminan sosial. ”Nah, mungkin masyarakat menilai kami seperti itu, sehingga brand equity BPJS Ketenegakerjaan meningkat karena kami melakukan shifting dari yang tadinya pendekatan bisnis menjadi pendekatan sosial,” ungkap Agus

Beberapa strategi ditempuh manajemen, antara lain, agresif mengedukasi dan mengampanyekan BPJS Ketengakerjaan di above the line (iklan di media) maupun below the line, seperti menggelar BPJS Ketenagakerjaan Fun Run atau Comic Contest, berkolaborasi dengan institusi pemerintah dan swasta untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya jaminan sosial, menjabarkan aspek legal penyelenggaraan BPJS Ketenagakerjaan yang wajib mendaftarkan pegawai ke program ini, dan memaparkan manfaat jaminan sosial, “Jadi, kami berupaya melakukan shifting kalau jaminan sosial itu menjadi sebuah kebutuhan, bagian dari lifestyle masyarakat,” ia menambahkan.

Untuk meningkatkan citra merek BPJS Ketenagakerjaan, Agus mengatakan, pihaknya meningkatkan komptensi SDM, memperkuat saluran distribusi konvesional dan digital agar menjangkau semua segmen, terutama generasi milenial. “Mayoritas peserta kami adalah anak-anak muda milenial yang karakteristiknya ingin selalu cepat. BPJS Ketenagakerjaan memasarkan program dan manfaat jaminan sosial di website, social media, dan mobile application, yaitu BPJSTK Mobile,” ujar Agus. BPJS Ketenagakerjaan juga bekerjasama dengan tokopedia.com dan pasarpolis.com untuk memudahkan peserta dan calon peserta mendaftar berbagai program jaminan sosial. “Kami juga dipercaya menangani TKI di luar negeri dan membuat portal berbasisi digital,” ia menegaskan.

Pelayanan inovatif juga dilaksanakan BPJS Ketenagakerjaan, misalnya menyempurnakan pelayanan Prima (peduli, ringkas, interaktif, modern dan aktif) guna meningkatkan indeks tingkat kepuasan (satisfaction index). “Unsur-unsur di dalam pelayanan Prima itu adalah produk yang berupa jaminan sosial dan manfaat lainnya, seperti beasiswa dan perumahan bagi pekerja,” ungkap Agus. Lalu, alur pelayanan mudah diakses dan pegawainya ramah dan sopan melayani peserta jaminan sosial ini. Ke depan, lembaga ini menargetkan kepesertaan aktif BPJS Ketenagakerjaan di tahun 2021 sebanyak 48,6 juta peserta. (*)

Reportase: Yosa Maulana/Riset : Elsi Anismar


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved