Companies zkumparan

AirNav Indonesia, Kembangkan SDM Jadi Pemain Berkelas Internasional

AirNav Indonesia, Kembangkan SDM Jadi Pemain Berkelas Internasional
Rahadi Sulistyo (tengah bawah), Direktur Human Capital & General Affairs AirNav Indonesia bersama team

Di dunia penerbangan di Indonesia, peran Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia –yang lebih dikenal sebagai AirNav Indonesia — sangat vital. Badan usaha yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2012 ini bertugas mengelola sistem navigasi penerbangan di Indonesia yang sebelumnya ditangani PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), dan Kementerian Perhubungan. AirNav Indonesia menyediakan jasa pelayanan navigasi penerbangan secara efektif dan efisien, sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Yang unik, tolok ukur kinerja AirNav Indonesia terutama dilihat dari sisi safety. Tentu saja, safety yang dimaksud mencakup aspek yang luas dan memiliki banyak unsur: soal SDM, peralatan, prosedur, dsb., yang semuanya diatur secara ketat dalam Civil Aviation Safety Regulations. “Perusahaan ini baru berdiri tahun 2013. Ini sebuah organisasi unik. Dulunya ini pelayanan navigasi yang ada di PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II di seluruh Indonesia, lalu digabung menjadi satu perusahaan. Orang-orang dan aset yang terkait kenavigasian dijadikan satu. Tantangannya dari sisi manajemen SDM sangat unik,” kata Rahadi Sulistyo, Direktur Human Capital & General Affairs AirNav Indonesia.

Di bidang pengelolaan SDM, Rahadi menceritakan, ketika dirinya masuk AirNav tahun 2016, kinerja pengelolaan SDM masih jauh dari excellent. “Saat itu pengelolaan masih berantakan. Gaji masih naik-turun karena dihitung masih serba manual. Level jabatan melekat pada orang, bukan jabatan. Usia pensiun tak tentu, database karyawan tidak lengkap, belum ada program pensiun atau program jaminan hari tua. Pun ego masa lalu antarkaryawan masih tinggi,” ungkap Rahadi seraya menambahkan, AirNav kini hadir di 285 bandar udara di Indonesia.

Hubungan dengan stakeholder saat itu juga tidak berjalan baik, belum tercipta budaya kerja karena semua orang membawa budaya masing-masing ketika masuk AirNav. Belum lagi, dari sisi jumlah ketersediaan SDM, waktu itu belum mampu memenuhi jumlah SDM sesuai dengan kompetensi yang diharuskan regulasi. Karenanya, bahwa dalam HR Excellence Award 2019 AirNav Indonesia meraih rating “A”, sesuai dengan penilaian tim juri, hal jelas itu sebuah pencapaian yang luar biasa.

Tahun 2016, Rahadi dan timnya mulai dengan menganalisis permasalahan, mengembangkan organisasi, membangun komunikasi, dan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang relevan. Pola-pola kolaborasi dijalankan untuk mengembangkan organisasi yang relatif baru tersebut.

“Hubungan dengan stakeholder yang belum berjalan baik pun mulai dibina,” ujarnya. Di bidang manajemen SDM, pihaknya benar-benar melakukan transformasi, termasuk dengan meretrukturisasi organisasi yang tumpang tindih.

Dalam rangka transformasi SDM ini, pihaknya menerapkan delapan cara untuk menjalankan perubahan. Yakni, menciptakan sense of urgency, membangun guiding coalition, membentuk inisiatif yang strategis, mencari voluntir, mengaktifkan tindakan dengan menghilangkan hambatan, menghasilkan short term wins, mempertahankan akselerasi, dan institute change.

Selain itu, juga dengan menjalankan program smart recruitment. “Karena, saat itu kami kekurangan orang. Sebenarnya di Indonesia banyak lulusan teknik penerbangan, tetapi tidak bisa masuk karena adanya psikotes dan tes kompetensi. Karena itu, kami kembangkan program magang untuk mempercepat jumlah karyawan,” kata Rahadi seraya menyebutkan, jumlah karyawannya kini 5.200-an orang.

Di bidang SDM, salah satu yang menjadi fokus pengembangan ialah aspek manajemen kinerja, performance management. “Kami sekarang sudah mengimplementasikan penilaian kinerja karyawan 360 derajat berbasis web atau Appraise-U,” katanya. Survei kepuasan dan engagement karyawan juga telah dijalankan berbasis online.

Pemilihan karyawan teladan pun berbasis online. “Kami menilai karyawan menggunakan sistem poin, yang dinilai meliputi kompetensi teknis, kompetensi nonteknis, dan pengalaman kerja. Yang menghitung sistem, sehingga bila sudah terpenuhi semuanya, karyawan akan naik dengan sendirinya ke level selanjutnya,” papar mantan VP di PT Kereta Api Indonesia ini.

Pengelolaan SDM di AirNav Indonesia memang dijalankan berbasis sistem teknologi informasi. Untuk pengisian Key Performance Index, misalnya, juga dilakukan dengan sistem sehingga setiap orang bisa melihat kinerjanya. “Bahkan, sistem HR kami juga sudah dapat dilihat melalui mobile,” ujar Rahadi. Sistim remunerasi pun telah selesai dimodernisasi.

Dalam mengembangkan SDM, AirNav Indonesia mengacu pada standar global sehingga juga terus menjalin kerjasama dengan mitra internasional, termasuk dengan AirNav di Prancis. Juga, dengan mengirim karyawan belajar, mengambil program master di luar negeri. “Penguasaan kemampuan bahasa Inggris di AirNav ini menjadi syarat. Kami juga ada program training rutin, dan berbagai exposure kegiatan internasional untuk mengembangkan kemampuan karyawan,” kata Rahadi. Ia menjelaskan, AirNav Indonesia menggunakan standar internasional sehingga pihaknya harus mengikuti apa yang diperintahkan Civil Aviation Safety Regulations.

Sejauh ini, berdasarkan survei kepuasan karyawan, karyawan AirNav Indonesia cukup happy, terbukti dengan hasilnya yang sudah cukup bagus dengan skor 80. Adapun untuk employee engagement, per tahun 2018 mencapai angka 85,65. Yang menarik, dari 5.200-an karyawan, sekitar 70 persennya adalah segmen milenial (di bawah 30 tahun). “Dari sisi komposisi karyawan, kini pada titik imbang dan sudah cukup. Kami baru akan menambah karyawan jika memang ada penambahan pelayanan, seperti kemarin ada bandara baru di Yogyakarta sehingga kami tambah orang,” Rahadi menjelaskan.

Dengan pengembangan yang sekarang dilakukan, Rahadi yakin, lima tahun ke depan AirNav Indonesia akan menjadi setara dengan Airnav terbaik dunia. “Sekarang kami sudah lebih tinggi daripada Malaysia, namun masih kalah dari Singapura karena peralatan mereka lebih bagus,” kata Rahadi. Tentu saja, serangkaian program pengembangan SDM yang sudah direncanakan akan terus dijalankan agar bisa menunjang pertumbuhan cakupan layanannya.

Sudarmadi/Anastasia Anggoro Suksmonowati; Riset: Elsi Anismar

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved