Best Exporter

Wax Industri Nusantara, Pemasok Lilin Premium Hingga Amerika dan Eropa

Wax Industri Nusantara, Pemasok Lilin Premium Hingga Amerika dan Eropa
Prananto Nugroho

Prananto Nugroho, Chairman PT Wax Industri Nusantara

Memasarkan lilin dari bahan dasar minyak sawit (CPO) menjadi keahlian PT Wax Industri Nusantara (WIN). Perusahaan yang berdiri sejak 2001 di Ngawi, Jawa Timur ini diam-diam sudah memiliki pelanggan di dunia, khususnya di Amerika dan Eropa. Maklumlah, lilin yang dipasarkan perusahaan ini adalah lilin premium yang menyasar kelas menengah atas di luar negeri.

“Kami menjual ke perusahaan lilin di Eropa dan Amerika secara B2B,” kata Prananto Nugroho, Chairman WIN, yang cara kjualnya bisa dengan cara privat label atau custom design. ”Pasar global dibidik karena pengguna lilin banyak di Eropa terutama Eropa Utara seperti di Skandinavia. Apalagi hawanya di sana dingin sehingga lilin itu bisa memberikan suasana hangat.

Menurut Prananto, keseharian masyarakat Eropa Utara, memang lebih banyak memakai lilin dan sudah menjadi gaya hidup. Seperti untuk makan, mereka memakai lilin, nongkrong bersama teman memakai lilin, mandi berendam juga memakai lilin. Terlebih jika musim dingin, mereka tidak bisa ke mana-mana dan ingin memiliki susana berbeda di rumah, maka lilinlah yang mereka gunakan. Itu sebabnya desain lilin berubah setiap musim. Setahun bisa ada empat desain yang berbeda.

“Kami membidik pasar di segmen tertinggi di Eropa. Jadi orang kaya kan tetap bisa beli. Dan yang penting, kami tetap mempertahankan standard kualitas yang tinggi,” ujarnya. Untuk segmen kelas bawah, kebanyakan memakai produk China. Di sinilah nilai lebih dari produk WIN yang lebih mementingkan kualitas dibanding harga karena segemen premium yang dibidikanya.

Berupaya menjaga standar kualitas, WIN sengaja mempertahankan pertumbuhan bisnisnya. yang rata-rata 20%-25% per tahun. Seperti pada 2016, pertumbuhannya sekitar 25%. “Tahun ini mungkin bisa lebih. Tapi tidak ada target khusus, karena kalau pertumbuhan terlalu cepat, punya efek saat terjadi swing. Jadi kami ingin stabil saja segitu. Kalau ada ekspansi pun, itu terjadwal,” cetusnya. Nilai ekspornya pada pada 2016 sekitar US$ 1,4 juta dan di tahun ini bisa mencapai US$ 2 juta.

Dengan nilai sebesar itu, WIN mengklaim menjadi penguasa pasar sebagai perusahaan Indonesia yang memproduksi lilin. “Ya, kami market leader. Karena pada dasarnya Indonesia itu bukan produsen lilin. Jadi kalau di Indonesia, kami tidak punya banyak saingan. Tapi kalau di luar, kami bersaing dengan Jerman, Portugal, Hungaria, dan Polandia. Kami tidak bersaing dengan China karena market-nya lain. China di bawah, sementara kami di atas,” ungkapnya panjang lebar.

Untuk bahan dasar produknya, yakni CPO cukup melimpah di negeri ini sehingga bukan hal yang sulit. Yang diimpor bahannya adalah sumbu, aroma, dan pewarnanya. “Saat ini jumalah karyawan ada 170 orang dan 80% adalah pegawai wanita. Base kami di Ngawi yang sudah bergelut di industri ini sejak 2001,” katanya menjelaskan.

Prananto juga menerangkan strategi lainnya agar bisa menembus pasar ekspor dunia? Pertama, mindset yang benar, yaitu dari out ke in. Kebanyakan orang Indonesia itu dari in ke out. Artinya, orang Indonesia memproduksi dulu baru ditawarkan. Harusnya mencari tahu dulu, pasar maunya seperti apa, baru dibuatkan produknya. Begitu mindset diubah dari out ke in, pasti akan terasa luar biasa.

Dulu, WIN juga pernah hampir bangkrut karena menggunakan mindset yang salah seperti di atas. “Jadi kami belajar dari kesalahan dan untung cepat-cepat berubah. Waktu dulu (saat masih mindset in ke out), pernah dalam tiga kali pameran, kami hanya mendapat Rp 0, 400 euro. Padahal sekali pameran itu, ongkosnya seratus juta lebih,” katanya mengenang.

Kedua, kualitas memiliki pasar tersendiri. Pada saat perusahaan membuat dengan kualitas yang terbaik, pasti akan ada yang membeli. Dengan demikian jangan takut dengan masalah harga. Karena harga itu tergantung kepada siapa produk itu akan dijual. “Saya belajar dari Jerman. Mereka ini barangnya mahal, tetapi mereka ini eksportir terbesar di dunia untuk barang modal. Artinya quality itu kan ada market-nya. Pasti market-nya akan ketemu sendiri,” ujarnya penuh semangat.

Reportase: Yosa Maulana


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved