GCG Companies Trends

Bank Mandiri, Adopsi Tiga Elemen untuk Perkokoh Ketahanan Bisnis

Bank Mandiri, Adopsi Tiga Elemen untuk Perkokoh Ketahanan Bisnis
Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri
Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau Bank Mandiri mengembangkan lini bisnis dan digitalisasi untuk merespons perubahan perilaku nasabah yang dipengaruhi pandemi Covid-19 dan multidisrupsi. Manajemen Bank Mandiri berinisiatif untuk berekspansi yang mengutamakan prinsip kehati-hatian berlandaskan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG).

Bank Mandiri, yang memiliki 11 anak perusahaan, turut mengemban amanah untuk menyokong program Pemulihan Ekonomi Nasional dengan memberikan restrukturisasi kredit. Juga mengelola risiko, sebagai mitigasi risiko agar kinerja bisnis perseroan tetap tumbuh.

Dampak positif penerapan GCG dalam menyokong operasional itu tecermin di laba bersih perseroan per Juni 2021 yang mencapai Rp 12,5 triliun, naik 21,45% dari Rp 10,29 triliun pada periode yang sama di 2020. Laba Bank Mandiri disokong oleh laju bisnis kredit, transaksi pembayaran, hingga kinerja fundamental anak usaha yang positif.

Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri, mengatakan bahwa perseroan mengoptimalisasi tata kelola risiko dan GCG pada 2020 dengan mengadopsi tiga elemen untuk memperkokoh ketahanan bisnis perusahaan di masa pandemi Covid-19. “Elemen itu adalah manajemen risiko dan kepatuhan, perbankan digital dan teknologi, serta sumber daya manusia (SDM),” tutur Darmawan.

Elemen yang terkait manajemen risiko (risk management) dan kepatuhan itu adalah aspek Governance, Risk, and Compliance (GRC) guna menunjang keberlanjutan operasional dan ketahanan keuangan perusahaan. ”Dalam penerapan manajemen risiko, kami mengacu pada empat pilar manajemen risiko (The Four Pillars of Risk Governance) yang dilaksanakan melalui Enterprise Risk Management (ERM) framework dan three lines of defense mechanism,” Darmawan menjelaskan.

Penerapan ERM ini ini bertujuan menciptakan nilai dengan mengelola risiko operasional dan modal. Kemudian, three lines of defense mechanism diterapkan untuk menciptakan mekanisme pengawasan serta check & balance.

Darmawan menyampaikan, tiga lapis mekanisme pertahanan itu bertujuan agar unit bisnis bisa mengidentifikasi dan mengelola risiko dalam proses bisnis, kemudian mampu mengukur‚ memantau, dan mengendalikan risiko secara agregat; mengembangkan metodologi dan kebijakan; serta memastikan risk governance dan pengendalian risiko yang efektif. Untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19, Bank Mandiri juga mengaktifkan Crisis Management Team dan Business Command Center sebagai langkah mitigasi risiko dan pemulihan bisnis (business recovery).

“Dalam menghadapi pandemi Covid-19, kami mengaktifkan Crisis Management Team untuk memitigasi risiko. Ketika pemerintah mengumumkan terjadinya pandemi di Maret 2020, CMT menerbitkan kebijakan untuk mengantisipasi kerugian,” kata Darmawan.

Manajemen Bank Mandiri menerapkan strategi pengelolaan risiko kredit dengan mengimplementasikan strategi restrukturisasi, meninjau ulang kepatuhan terhadap regulasi, dan rutin memantau kredit untuk mengantisipasi debitur yang diproses pailit di masa pandemi ini. Sebagai contoh, perseroan dalam menjaga portofolio kredit ini menerapkan portfolio guideline, yang merupakan perangkat untuk mengarahkan pertumbuhan portofolio kredit di sektor industri yang prospektif, rutin mengamati early warning signal untuk mencegah penurunan kualitas kredit debitur, dan melaksanakan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB).

Untuk menjaga financial resilience, Darmawan menyebutkan, Bank Mandiri mengimplementasikan Improve Contingency Planning & Identify Emerging Risks untuk meningkatkan penerapan stress testing dan recovery planning serta memperkuat implementasi RAKB. Pada pengembangan SDM, bank BUMN ini mengakselerasi keterampilan dan perilaku karyawan untuk menyokong transformasi digital serta perubahan bisnis di masa kini dan masa mendatang.

Menurut Darmawan, kompetensi karyawan dilatih pada program Mandirian Siap Jadi Digital. “Kami juga memiliki program Digital Banking School, menyiapkan karyawan untuk sekolah S-2 di dalam dan luar negeri, menyiapkan pembelajaran dalam konteks digitalisasi,” ungkapnya.

Terkait digitalisasi, perseroan pada 2 Oktober 2021 meluncurkan aplikasi Livin’ by Mandiri dan Kopra by Mandiri. Sistem dan infrastruktur teknologi informasi dimutakhirkan menjadi komputasi awan (cloud).

“Untuk mendukung digital banking, kami memperhatikan aspek keamanan digital, yang mencakup perilaku dan budaya pegawai, proses operasional, pengelolaan IT security yang baik dan efektif, serta manajemen untuk mendeteksi penyelewengan (fraud),” kata Darmawan.

Inisiatif Bank Mandiri mengimplementasikan GCG ini diganjar penghargaan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan SWA Media Group pada ajang Indonesia Most Trusted Companies 2021. Bank Mandiri memperoleh skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) sebesar 95,01 poin.

Raihan itu menobatkan Bank Mandiri di kategori perusahaan “Most Trusted” (Sangat Terpercaya). Skor CGPI Bank Mandiri ini merupakan akumulasi penilaian dari tiga aspek, yakni Struktur Tata Kelola yang nilainya 33,76 poin, Proses Tata Kelola 34,26 poin, dan Hasil Tata Kelola 26,99 poin. (*)

Anastasia Anggoro Suksmonowati & Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved