GCG Companies

Bank Sumsel Babel, Fondasi untuk Tiga Tujuan

Achmad Syamsudin, Direktur Utama Bank Sumsel Babel.
Achmad Syamsudin, Direktur Utama Bank Sumsel Babel.

PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (Bank Sumsel Babel) menginjak usia 63 tahun pada 2020. Dikatakan Achmad Syamsudin, Direktur Utama Bank Sumsel Babel, pada ulang tahun kali ini, bank yang berdiri pada 6 November 1957 tersebut mengusung tema “Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Pencapaian Kinerja Terbaik”. Bukan hanya adaptasi terkait Covid-19, melainkan juga terkait tata kelola yang selaras dengan visinya, yaitu menjadi bank terkemuka dan terpercaya dengan kinerja unggul.

Pada momentum tersebut, Bank Sumsel Babel menegaskan tiga tujuan utama. Yaitu, 1) menjadi bank yang besar, tidak hanya aset tetapi juga kapitalnya; 2) menjadi bank yang tidak hanya besar aset dan kapitalya, tetapi juga sehat; 3) menjadi bank kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan dan Bangka Belitung.

“Ini sejalan dengan tema penilaian CGPI tahun ini, yaitu ‘Membangun Keunggulan Bersaing dalam Kerangka GCG’. Tata kelola ini saya percaya harus melihat di DNA-nya, yaitu kulturnya. Terkait kultur ini, kami sedang menjalankan program Aku Patuh: Akurat, Tepat waktu, dan Upeti hindari. Ini terkait perubahan perilaku. Tiga pilar ini yang kami butuhkan,” kata Syamsudin. Artinya, tiga hal itu dibutuhkan sebagai fondasi.

Sebagai bank pembangunan daerah, Bank Sumsel Babel memiliki kekuatan, yaitu sebagai pemegang kas daerah, dengan nasabah terbesar adalah Pemda dan aparatur sipil negara (ASN), serta memiliki jaringan kantor yang tersebar luas di Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Namun di sisi lain, mereka juga memiliki tantangan yang mesti dihadapi, antara lain masih tingginya rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), kredit yang masih terkonsentrasi di segmen korporasi, dan suku bunga bank pesaing yang fluktuatif.

Dalam menghadapi dinamika persaingan serta untuk mencapai tiga tujuan tersebut, Bank Sumsel Babel memiliki strategi yang komprehensif pada setiap lini, yaitu meningkatkan modal, menghimpun dana pihak ketiga, menyalurkan dana, mengendalikan kredit bermasalah, meningkatkan laba, memiliki komitmen dan kontijensi, melakukan transaksi derivatif, memperluas jaringan, mengembangkan teknologi informasi (TI), meningkatkan fee-based income, mengantisipasi perubahan eksternal, mengembangkan SDM, dan menerapkan kebijakan remunerasi.

“Kami berharap Bank Sumsel Babel bisa berkontribusi bagi pembangunan daerah dan mengentaskan kemiskinan. Ukurannya adalah seberapa besar kami masuk ke sektor-sektor produktif dan sektor UMKM,” kata Syamsudin.

Sejumlah strategi itu kemudian dieksekusi melalui kebijakan. Di antaranya, berupaya meningkatkan dan mempertahankan predikat sehat yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, menerapkan GCG secara tegas dan konsisten, meningkatkan pelayanan secara optimal dengan aplikasi TI yang berorientasi pada sistem online, meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dalam rangka penghimpunan dana pihak ketiga dan junlah nasabah guna meningkatkan fee–based income, menjalankan dan meningkatkan pelayanan kepada nasabah dengan standar ISO 9001:2008, meluncurkan produk yang lebih marketable dan sasaran pasar yang lebih jelas, menjalankan digital banking dan layanan branchless banking, serta mengoptimalisasi mobil kas/kas keliling.

Dalam menjalankan proses governansi, Syamsudin menjelaskan, sistem dan mekanisme governansi dalam merespons dinamika persaingan pembangunan keunggulan yang dilaksanakan Bank Sumsel Babel terbagi menjadi empat, yaitu SDM, SOP yang memadai dan budaya kerja perusahaan, TI, dan produk layanan.

Khusus pada komponen TI, Syamsudin merinci beberapa hal. Yaitu, mengembangkan aplikasi internet banking dan mobile banking yang disesuaikan dengan perkembangan zaman serta memberikan keamanan dan kenyamanan bagi nasabah; meningkatkan fitur layanan pada aplikasi electronic banking; melakukan inovasi produk berbasis teknologi, antara lain berupa QRIS dan BSB CASH sebagai salah satu alat pembayaran nontunai; bekerjasama dengan merchant guna mempromosikan dan menggunakan sistem pembayaran nontunai yang dimiliki bank; bekerjasama dengan pemerintah daerah terkait dengan pembayaran pajak secara online; dan berencana mengembangkan tarik tunai tanpa kartu di ATM merchant.

Syamsudin mengungkapkan, “Saat ini TI kami cukup bersaing dengan bank lain, terbukti dengan banyaknya produk yang berbasis TI, terutama untuk menunjang pandemi ini dalam hal layanan.”

Selain itu, ia menambahkan, bank dengan 2.673 pegawai ini juga telah memiliki struktur organisasi yang bertanggung jawab dalam menerapkan GCG, yaitu Satuan Anti-Fraud (penanganan, pengaduan, dan penyelesaian benturan kepentingan bank); Divisi Kepatuhan (penerapan fungsi kepatuhan), Forum Governance Risk and Compliance (GRC); serta Unit Pengendalian dan Pelaporan Gratifikasi. “Kami memang berupaya menghindari hal yang berbau gratifikasi. Ini semua sudah berjalan, ada laporannya. Kami juga sudah memiliki whistleblowing system. Kami bisa menerima pengaduan dari pihak mana pun,” Syamsudin menandaskan.

Dengan itu semua, Bank Sumsel Babel pun memiliki kinerja yang unggul. Ini dapat dilihat dari peningkatan indikator keuangan setiap tahunnya dan rasio keuangan yang selalu terjaga, SDM yang profesional dan mampu bersaing, teknologi TI andal yang terus dikembangkan, menjadi pemegang kas umum daerah (seluruh pemda –baik kota maupun kabupaten dan provinsi– rekening daerahnya adalah Bank Sumsel Babel), peningkatan dividen setiap tahun, adanya komitmen penyelesaian temuan dan pengaduan, kontribusi kepada negara dan daerah, bank yang sehat dan tata kelola perusahaan yang baik, dan Rating Single idA Stable Outlook.

Melalui kinerja unggul tersebut, Syamsudin mengungkapkan, governance outcome (pencapaian kinerja) tahun 2019 yang diraih Bank Sumsel Babel meningkat dibandingkan tahun 2018. Total aset meningkat dari Rp 25,67 triliun menjadi Rp 27,98 triliun, total DPK meningkat dari Rp 20,05 triliun menjadi Rp 21,73 triliun, dan laba kotor meningkat dari Rp 447,5 miliar menjadi Rp 490 miliar. Dividen yang dibayarkan pun terus meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan pencapaian laba dan jumlah setoran saham, yakni Rp 146 miliar (2017), Rp 164 miliar (2018), dan Rp 181 miliar (2019). (*)

Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved