GCG Companies zkumparan

Bank Syariah Indonesia, Target: Masuk Top 10 Bank Syariah Global dalam Lima Tahun

Bank Syariah Indonesia, Target: Masuk Top 10 Bank Syariah Global dalam Lima Tahun
Herry Gunadi, Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri Tbk.
Herry Gunadi, Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri Tbk.

Bank Syariah Indonesia (BSI) berhasil mengokohkan diri dalam jajaran perusahaan elite dalam hal implementasi Good Corporate Governance (GCG). Berdasarkan penilaian The Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG), bekerjasama dengan SWA Media Group, bank hasil merger antara Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dan Bank BNI Syariah ini mendapatkan predikat “Most Trusted Company” tahun 2021 dengan meraih skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) 88,89. Tema survei yang dilakukan IICG dan SWA adalah membangun ketahanan bisnis dalam kerangka GCG.

Tema tersebut memang memiliki relevansi dengan kondisi bisnis yang harus menghadapi krisis multidimensi, terutama akibat pandemi Covid-19. Proses bisnis, layanan, dan operasional harus dipastikan tetap berjalan dengan baik di tengah pandemi, dengan tetap mengedepankan keselamatan pegawai sebagai aset perusahaan. Herry Gunadi, Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri Tbk., mengatakan, BSI membangun engagement pegawai melalui berbagai program pencegahan dan penanganan Covid-19.

“Kami melakukan program pencegahan, program antar-jemput karyawan, membentuk Covid-19ranger, memberikan vitamin dan vaksin, santunan duka, beasiswa, dll. Di samping itu, kami menyediakan operational shelter isolasi, bekerjasama dengan institusi lain untuk menampung pasien Covid-19,” Herry menjelaskan sejumlah upaya perusahaannya.

BSI, katanya, menggunakan Three Lines Model dalam membantu organisasi mengidentifikasi struktur dan proses yang efektif untuk mencapai tujuannya, serta memfasilitasi tata kelola dan manajemen risiko yang kuat. Ketiga lini itu adalah risk owner, independent risk management, dan independent assurance.

“BOD (Board of Director) dibantu oleh komite dalam mengontrol perusahaan. Selain memiliki governance structure, BSI juga memiliki governance policy dengan hierarki ketentuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan bisnis dan operasional bank,” lanjutnya.

Sementara itu, proses membangun ketahanan dan pertumbuhan berkelanjutan BSI, menurut Herry, dilakukan dengan cara, pertama, implementasi GCG serta risk managament & compliance, untuk mengintegrasikan proses pengelolaan bisnis dan risiko dalam rangka mencapai tujuan. Kedua, tranformasi organisasi sesuai dengan tahapan dan fokus strategi korporasi, serta pelaksanaan program peningkatan kualitas SDM (kapabilitas & engagement). Dan, ketiga, adopsi teknologi informasi dan penataan jaringan kantor untuk mendukung transformasi digital, dalam rangka membangun keunggulan kompetitif dan memenuhi kebutuhan nasabah.

Implementasi GRC (governance, risk, and compliance) dalam membangun ketahanan dan menjaga pertumbuhan berkelanjutan dilaksanakan dengan kerangka kerja GRC BSI yang mengacu pada Panduan Mencapai Model Keunggulan GRC. Panduan ini disusun oleh GRC Forum Indonesia bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan, yang terdiri dari pemenuhan prasyarat bagi implementasi GRC, penerapan prinsip-prinsip dalam implementasi GRC, penetapan model keunggulan GRC, interaksi process, people, dan tools sebagai komponen keunggulan GRC, serta pengukuran tingkat efektivitas penerapan GRC

Hasilnya, sebagaimana dikemukakan Herry, dari sisi pertumbuhan aset, pembiayaan, serta dana pihak ketiga (DPK), menurutnya, BSI menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada pasar. “DPK kami di tabungan tumbuh 11,57%. Ini merupakan hasil dari penerapan GRC yang baik. Penerapan GRC berdampak pada profitabilitas. BSI merupakan bank syariah dengan nilai cost of fund terendah di Indonesia, yakni 2,10% per September 2021,” katamya.

Di samping itu, menurut Herry, telah ditetapkan pula human capital roadmap untuk mendukung transformasi organisasi dan SDM BSI yang inovatif dan proaktif dalam menjawab tantangan dan perubahan di masa yang akan datang. Di tahun 2021, ada tiga hal yang mendapat perhatian khusus BSI yang terkait dengan SDM ini, yakni culture integration program, alignment organization, serta capability development acceleration. Dia berharap, tahun 2025 BSI menjadi employeer of choice.

Sementara dari sisi operasional, Herry menambahkan, tahun 2021 fokus BSI adalah pada penguatan kapabilitas digital, meningkatkan keamanan untuk mengawal transaksi digital. Kemudian, tahun 2022, menguatkan kapabilitas transaksi, bekerjasama dengan banyak mitra dan e-commerce, menuju super apps dan mempersiapkan API (application programming interface), melakukan otomasi digital, dan mengeliminasi proses yang tidak dibutuhkan lagi, juga bekerjasama dengan ekosistem lain, seperti lembaga ziswaf (zakat, infak, sedekah, dan wakaf), agen travel, serta institusi pendidikan.

Selanjutnya, di tahun 2023, memulai core banking digital dan meningkatkan layanan open banking. Adapun tahun 2024, menjadi full digital core banking.

“Tahun 2025, kami targetkan BSI mulai mengoperasikan super apps dengan fitur-fitur unik syariah. Dalam super apps ini, kami akan menambahkan fitur syariah, misalnya sosial (donasi seperti kitabisa.com), donasi, investasi, zakat, dan syariah ecosystem collaboration dengan menggandeng Dewan Masjid (800 masjid), lembaga ziswaf, pondok pesantren, dan sebagainya,” Herry memaparkan.

Manajemen BSI telah menetapkan visi bank syariah ini untuk menjadi top 10 bank syariah global berdasarkan kapitalisasi pasar dalam waktu lima tahun. Adapun misi yang dijalankannya, pertama, memberikan akses solusi keuangan syariah di Indonesia yang melayani lebih dari 40 juta nasabah dan menjadi top 5 bank berdasarkan aset (Rp 500 triliun) dan nilai buku Rp 50 triliun di tahun 2025.

Kedua, menjadi bank besar yang memberikan nilai terbaik bagi para pemegang saham, yakni top 5 bank yang paling profitable di Indonesia (dengan return on equity/ROE 18%) dan memiliki valuasi yang tinggi (PBV/price book to value di atas dua kali). Kemudian, ketiga, menjadi perusahaan pilihan dan kebangaan para talenta terbaik di Indonesia.

Pandemi memang merupakan ujian ketahanan organisasi. Namun, secara relatif industri perbankan syariah bisa bertahan selama pandemi. “Sebagai pemilik market share 50%, kami tentunya memiliki kontribusi terhadap ketahanan perbankan syariah tersebut,” Herry menandaskan. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved