GCG Companies

BNI, GCG Topang Perusahaan Hadapi Tantangan Industri Perbankan

Bob Tyasika Ananta, Direktur Human Capital dan Kepatuhan BNI.
Bob Tyasika Ananta, Direktur Human Capital dan Kepatuhan BNI.

Kondisi pandemi Covid-19 telah mengubah strategi dalam berbisnis. Dukungan digitalisasi menjadi sangat penting untuk mendorong layanan yang lebih memadai sesuai dengan kebutuhan nasabah di industri perbankan. Ekosistem digital saat ini mengubah iklim bisnis nasional. Hal inilah yang terus diikuti perkembangannya oleh PTBank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI dengan secara konsisten menjalankan tata kelola perusahaan yang baik ((good corporate governance/GCG).

BNI secara aktif mengikuti ajang GCG yang diselenggarakan IICG dan SWA untuk terus meningkatkan upayanya dalam menjalankan bisnis dengan prinsip-prinsip GCG yang makin baik dan berkelanjutan. Dalam ajang GCG kali ini, BNI meraih predikat Most TrustedCompany (Perusahaan Sangat Terpercaya).

“Prinsip-prinsip GCG melalui TARIK menjadi acuan BNI dalam menjalankan bisnis. Implementasi GCG di BNI yang baik kami yakini akan menciptakan nilai berkelanjutan bagi stakeholders,” kata Novita Widya Anggraini, Direktur Keuangan BNI. TARIK merupakan singkatan dari Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, Kewajaran dan Kesetaraan.

BNI pun berkomitmen menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dan secara konsisten mengedepankan etika dan integritas dalam pengelolaan bank. Tujuannya, mendorong peningkatan kinerja, memberikan jaminan dipenuhinya hak-hak para pemangku kepentingan (stakeholder), serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku umum pada industri perbankan.

“Kami meyakini bahwa penerapan tata kelola perusahaan yang baik merupakan salah satu pilar yang kokoh untuk menopang perusahaan dalam menghadapi setiap tantangan, termasuk tantangan dalam menghadapi disrupsi di era ekonomi digital,” kata Novita. Bagi BNI, implementasi GCG bukan sekadar kewajiban, tetapi merupakan suatu kebutuhan dan fondasi dalam menjalankan kegiatan usaha, juga dalam rangka menjaga transparansi serta akuntabilitas pengelolaan dan pengurusan bank kepada seluruh pemangku kepentingan.

Pengembangan GCG yang selaras dengan best practices secara berkesinambungan tidak hanya mendorong perusahaan menyediakan sistem pengendalian dan manajemen risiko yang dapat menjamin akuntabilitas yang sepadan dengan risiko usaha yang dihadapi. Namun, lebih dari itu, dapat memberikan perlindungan yang memadai dan perlakuan yang adil kepada seluruh pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, melalui peningkatan shareholders value secara maksimal.

“Jadi, efektivitas implementasi GCG dapat dilihat dari keselarasan tiga aspek governance system, yaitu governance structure, governance process, dan governance outcome,” kata Bob Tyasika Ananta, Direktur Human Capital dan Kepatuhan BNI.

Governance structure terkait dengan kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola perusahaan agar proses penerapan prinsip tata kelola yang baik menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan pemangku kepentingan perusahaan. Struktur organ tata kelola meliputi dewan komisaris, direksi, komite-komite, dan satuan kerja perusahaan. Adapun yang termasuk dalam infrastruktur tata kelola antara lain kebijakan dan prosedur, sistem informasi manajemen, serta tugas pokok dan fungsi setiap struktur organisasi.

Governance process merupakan efektivitas proses penerapan prinsip tata kelola yang baik yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola perusahaan, sehingga menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan seluruh pemangku kepentingan. Hasilnya adalah governance outcome yang memenuhi harapan pemangku kepentingan yang dicapai melalui proses penerapan prinsip tata kelola yang baik serta didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola.

Dengan demikian, governance outcome merupakan hasil akhir atas penerapan governance process dan dukungan yang memadai dari governance structure. Adanya permasalahan pada governance structure menimbulkan kelemahan pada governance process. Di lain pihak, adanya kelemahan pada governance process berdampak pada governance outcome.

Implementasi GCG yang berkelanjutan telah terbukti memberikan pengaruh positif terhadap kinerja BNI. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai pencapaian sepanjang 2019, yaitu berhasil meraih kinerja yang baik dari sisi keuangan, operasional, dan penghargaan. Peningkatan implementasi GCG berbanding lurus dengan peningkatan kinerja BNI secara keseluruhan

BNI berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang baik di 2019. Dibandingkan pada 2018, pendapatan bunga dan syariah meningkat 8,1% menjadi Rp 58,5 triliun. Pinjaman yang disalurkan meningkat 8,4% menjadi Rp 539,9 triliun. Simpanan nasabah meningkat 6,1% menjadi Rp 615 triliun. NPL bruto tercatat 2,3% di 2019. Total aset meningkat 4,6% menjadi Rp 845,6 triliun. Ekuitas meningkat 13,1% menjadi Rp 124,8 triliun. Laba tahun berjalan meningkat 2,8% menjadi Rp 15,5 triliun.

Seperti umumnya industri, tentu saja pandemi memengaruhi kinerja BNI di 2020. Tercatat laba bersih pada kuartal III/2020 Rp 4,32 triliun, turun 63,9% year on year (YoY) dari Rp 11,97 triliun pada akhir September 2019. Adapun total aset tumbuh 12,5% YoY, terutama dikontribusi oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 21,4% YoY, dari Rp 580,9 triliun (kuartal III/2019) menjadi Rp 705,1 triliun (kuartal III/2020).

Pelaksanaan GCG didukung budaya kerja BNI yang disebut Prinsip 46. Tuntutan perilaku insan BNI terdiri dari empat nilai budaya kerja, yaitu Profesionalisme, Integritas, Orientasi Pelanggan, dan Perbaikan Tiada Henti. Selanjutnya, ada enam nilai perilaku utama insan BNI, yaitu meningkatkan kompetensi dan memberikan hasil terbaik; jujur, tulus, dan ikhlas; disiplin, konsisten, dan bertanggung jawab; memberikan layanan terbaik melalui kemitraan yang sinergis; senantiasa melakukan penyempurnaan; sertakreatif, dan inovatif. “Semua ini sejalan dengan core budaya baru BUMN, yaitu AKHLAK: Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif,” kata Novita.

Terkait transformasi digital BNI. Revolusi industri 4.0 menjadi salah satu trigger baginya untuk menyusun strategi perusahaan. Di era digital ini, BNI dituntut beradaptasi dengan kondisi eksternal dan memenuhi kebutuhan nasabah, mengacu pada visi dan misi perusahaan.

Strategi BNI dituangkan dalam Corporate Plan 2019-2023. BNI bertransformasi menjadi lembaga keuangan yang memberikan layanan digital kepada nasabah, melalui pengembangan platform digital, ekosistem, pasar modal, kerjasama dengan fintech dan e-commerce, serta pengembangan layanan keuangan lainnya.

“Berbagai solusi digital telah dibangun oleh BNI untuk menjawab tantangan dalam mengimplementasikan inklusi keuangan, membangun bisnis dan ekosistem digital sesuai dengan kebutuhan nasabah BNI di seluruh Indonesia,” ungkap Y.B. Hariantono, Direktur TI dan Operasi BNI. Saat ini perkembangan digital memang makin masif, diikuti berkembangnya para pelaku bisnis di ekosistem digital yang juga makin masif. (*)

Herning Banirestu dan Dede Suryadi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved