Corporate Transformation

Mega Andalan Kalasan, Transformasi Melahirkan All New MAK

Mega Andalan Kalasan, Transformasi Melahirkan All New MAK
Buntoro, Chairman PT Mega Andalan Kalasan (MAK).
Buntoro, Chairman PT Mega Andalan Kalasan (MAK).

Sebagai salah satu pelaku bisnis perusahaan alat-alat kesehatan di Tanah Air, PT Mega Andalan Kalasan (MAK) telah mempersiapkan transformasi, terutama untuk produk karena harus bersaing dengan produk impor. Selain itu, produk yang dihasilkan pun harus memiliki harga yang kompetitif dan dapat diterima pasar (rumah sakit) yang waktu itu orientasinya adalah produk impor.

Pada 2017, MAK pun telah merekrut design house dari Belanda untuk membuat produk yang bisa diterima pasar. Memang, MAK sudah mempersiapkan diri untuk melakukan transformasi, tapi belum mengetahui kapan akan dieksekusi.

MAK memiliki lini bisnis manufacturing hospital furniture, dengan produk utama antara lain tempat tidur dan operating table. Pangsa pasarnya saat ini, 60% pasar domestik dan 40% pasar ekspor, antara lain ke wilayah Jepang, Uni Emirat Arab, negara-negara ASEAN, Selandia Baru, dan Australia.

Nah, pada 2019, ada kejadian yang memaksa perusahaan yang berdiri sejak 18 Agustus 1997 ini melakukan transformasi yang dianggap sebagai peristiwa yang tidak mudah. “Kondisi perusahaan pada saat itu parah dan hampir kolaps sehingga diputuskan untuk melakukan transformasi secara menyeluruh. Tahun 2019 dianggap sebagai tahun yang sangat memukul MAK sehingga satu-satunya jalan adalah transformasi bisnis secara menyeluruh,” kata Buntoro, Chairman MAK.

Dengan dilakukannya transformasi, MAK lama berubah menjadi all new MAK, termasuk dengan mengubah value proposition, produk, manajemen, finansial, dan infrastruktur (untuk meningkatkan kapasitas). MAK menyebutnya sebagai all new MAK karena seluruhnya baru, termasuk the way of business.

Sebelumnya, MAK hanya memiliki satu distributor yang jika mereka mogok, penjualan pun akan jatuh. Misalnya di 2019, 80% penjualan di dalam negeri dan seluruhnya berada di tangan pemerintah. Saat itu, distributor memiliki masalah hukum dengan pemerintah sehingga MAK tidak bisa lagi menjual produknya dan kehilangan pasar karena produk MAK diturunkan (take down) dari e-katalog. Keadaan itulah yang membuat MAK melakukan transformasi secara menyeluruh.

Pada 2020 saat terjadi pandemi Covid-19, pemerintah memperbolehkan pembelian barang tanpa melalui e-katalog sehingga MAK bisa masuk kembali ke pasar pemerintah meskipun tidak sebesar dengan menggunakan distributor. MAK membuka diri bagi siapa pun sambil mengambil napas agar tidak terlalu mengalami pendarahan finansial dan tetap bisa bertahan.

Hal lain yang menyelamatkan MAK dari krisis adalah perang dagang Amerika Serikat dan China. Kondisinya saat itu, AS dan sekutunya menghentikan impor dari China dan memindahkannya ke negara lain. Salah satu yang sudah siap untuk menangkap peluang tersebut adalah MAK.

Tanpa adanya dua peristiwa di atas, Buntoro mengatakan, MAK tidak mungkin melakukan transformasi. Dengan model bisnis yang baru, yang tadinya hanya satu distributor nasional yang masuk ke e-katalog, MAK kini bisa masuk ke e-katalog tanpa distributor.

“Selain itu, kami juga memiliki tujuh original equipment manufacturer (OEM) di sana, di mana kami membuat produk dengan merek yang mereka inginkan dengan membayar sejumlah uang kepada kami,” katanya.

“MAK mengeksekusi transformasi secara total pada 2020 dengan menjadi entitas baru, memiliki produk yang semuanya baru, distributor baru, dan the way of business yang juga baru.”

Buntoro, Chairman PT Mega Andalan Kalasan

Menurut Buntoro, ada lima syarat terjadinya transformasi. Syarat pertama dan kedua, persiapan dan timing. “Pada 2016 kami tidak mungkin melakukan transformasi karena tidak akan ada gunanya saat perusahaan masih baik-baik saja. Berangkat dari perpisahan dengan distributor itulah yang membuat kami melakukan transformasi,” ungkapnya.

Syarat ketiga adalah faktor yang menunjang atau membantu keberhasilan transformasi. Keempat, daya tahan, dan kelima, dukungan ekosistem yang mencakup perbankan, karyawan, vendor, dll. Tanpa adanya kelima hal tersebut, dia meyakini transformasi tidak akan bisa berjalan.

Dengan demikian, dapat dikatakan MAK mengeksekusi transformasi secara total dengan menjadi entitas baru di tahun 2020. Yakni, memiliki produk yang semuanya baru, distributor baru, dan the way of business yang juga baru. “Model bisnis adalah yang paling revolusioner perubahannya, dari yang tadinya berada di belakang layar menjadi tampil sendiri. Di e-katalog pun kami tampil sendiri sebagai penyedia. Tadinya, hanya distributor yang tampil,” kata Buntoro.

Dalam aspek digitalisasi, MAK juga sudah memulainya pada 2013 dengan mengimplementasikan enterprise resource planning (ERP) secara bertahap, mulai dari sales distributor hingga proses produksi. “Yang sedang on going adalah bagaimana digitalisasi bisa berperan dalam penjualan. Distributor juga kalau belum siap, ya tidak akan bisa. Tetapi, kami sendiri sudah siap,” ungkapnya.

Lebih jauh dari itu, MAK juga secara terintegrasi telah mendigitalisasi seluruh anak perusahaan, dan masing-masing memiliki dashboard untuk bisa melihat dan memonitor untung dan rugi, utang dagang, stok barang, dll. Teknologi ini telah dipersiapkan sejak 2013 dan akan terus mengalami improvisasi untuk menghadapi Industri 4.0. “Dalam kualitas, kami mengikuti ISO 13485 Medical Device. Harga kami juga bisa bersaing dan kapasitas kemampuan deliver kami terbesar di Indonesia,” katanya.

Buntoro menjabarkan, salah satu tujuan transformasi adalah meningkatkan kapasitas perusahaan sebesar 50%. Target tersebut akan dicapai di akhir 2022. Sementara untuk kenaikan kinerja, MAK juga harus mencapai kenaikan kinerja sebesar 50% di 2022. Hal ini sama seperti target kenaikan pada 2020 dan 2021. Bersamaan dengan itu, MAK pun meningkatkan produktivitas per orang sehingga produk yang dihasilkan bisa lebih kompetitif di pasar.

Mengapa kapasitas perusahaan menjadi tujuan? Dia mengatakan, 80% healthcare masih dibiayai pemerintah, sehingga pasar terbesar adalah pemerintah. Sebagaimana diketahui, proyek pemerintah hanya memiliki waktu pengerjaan enam bulan, dari Maret hingga September. Di waktu enam bulan tersebut, perusahaan harus men-deliver produknya ke pemerintah. Maka, competitiveness sangat tergantung pada kapasitas.

“Kami belum 100% kembali dan belum mencapai apa yang kami inginkan dari transformasi ini. Targetnya, kami akan mencapai hasil dari transformasi itu di akhir 2022 ini,” kata Buntoro optimistis. (*)

Dede Suryadi dan Anastasia AS

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved