Corporate Transformation

Sukses Revitalisasi Brand Hotel Ambarukmo

Sukses Revitalisasi Brand Hotel Ambarukmo

Royal Ambarukmo Hotel tentu tak asing bagi para pelancong yang bisa menginap di hotel bintang lima saat berkunjung ke Yogyakarta. Hotel ini adalah contoh kasus sukses revitalisasi sebuah brand hotel. Ia sebuah legend brand yang terus bisa bertahan berkat serangkaian upaya yang dilakukan. Ambarukmo adalah salah satu ikon Jogja yang sampai sekarang tetap mampu bertahan sebagai ikon.

Hotel Ambarukmo, sejarahnya, dibangun almarhum Sultan Hamengku Buwono IX, tahun 1966. Hotel yang berlokasi di Jl Adi Sucipto, Jogja ini, sampai sekarang tetap survive dan bahkan memenangi berbagai penghargaan bergengsi, sebut saja misalnya Luxury Tradisional Hotel of The Year dari Luxury Travel Guide (2016), Gold Circle Award dari Agoda (2016), Luxury Hotel of The Year dari LTG (2017), Best Classic/Heritage Hotel Indonesia dari Pacific Hotel Award (2017).

Nama Sultan HB IX memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Royal Ambarukmo. Telah tercatat dalam lembaran sejarah, Royal Ambarukmo berdiri atas inisiasi Presiden Soekarno dan Sultan HB IX yang kala itu menjabat sebagai Menteri Ekuin. Dulu namannya Ambarukmo Palace Hotel namun kemudian diganti menjadi Royal Ambarukmo.

Royal Ambarukmo, resmi dibuka sejak 1966. Lokasi pembangunannya, berada di Pesanggrahan Ambarukmo yang merupakan situs besejarah milik Kraton Ngayogyakarto. Pesanggarahan itu sendiri sudah dibangun pada era Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855). Pernah direnovasi pada masa 1895-1897 oleh Sultan HB VII(1877-1921) yang menjadikan pesanggrahan ini sebagai tempat menjamu tamu penting yang ingin bertemu Sultan.

Sultan HB VII juga memilih berdomisili di pesanggrahan ini. Sultan HB VII sendiri dikenal sebagai Sultan Sugih (kaya) karena banyak mendirikan pabrik gula di Yogyakarta hingga mencapai 20 buah — salah satunya masih beroperasi sampai hari ini adalah pabrik gula Madukismo. Awalnya hotel mewah pertama yang ada di Jogjakarta ini bernama Ambarukmo Palace Hotel dan berada di bawah manajemen PT. Hotel Natour Indonesia (HNI) — sebuah BUMN yang khsusus mengelola hotel milik negara. Status awalnya memang milik negara karena dibangun dari dana pampasan perang Jepang. Sementara status tanah milik Kraton Jogja dengan sistem kerjasama selama 30 tahun.

Namun setelah habis masa kerjasamanya, Ambarukmo dikembalikan HNI ke Kraton Ngayogjakarto (tahun 1990an). Setelah lepas dari HNI, hotel ini sempat berhenti beroperasi. Dan baru dibuka lagi setelah direnovasi tahun 2010. Adalah PT Putra Mataram Mitra Sejahtera (milik pengusaha Jogja Tjia Edy Susanto) yang dipercaya untuk menjalankan manajamen bisnisnya. Pengembangan hotel tersebut, merupakan bagian dari kerjasama antara PT Putra Mataram Mitra Sejahtera dengan pihak Kraton untuk mengelola kawasan seluas 6 hektar yang merupakan bekas pesanggrahan Ambarukmo.

Di lokasi yang sama terlebih dulu sudah dibangun Ambarukmo Plasa (Amplas) salah satu mall terbesar di DIY/Jateng. Kerjasama diantara kedua pihak tersebut, menggunakan sistem BOT (Build Operating Tranfer) selama 30 tahun. Tak bisa dipungkiri, salah satu faktor yang membuat Royal Ambarukmo kembali moncer adalah keberadaan Ambarukmo Plasa, mall paling premium di Jogja saat ini yang lokasinya persis di sebelah hotel. Keberadaan mall mewah ini menjadi daya tarik pengunjung untuk menginap di Royal Ambarukmo.

Sejak tahun 2014 silam, Royal Ambarukmo menjalankan manajemennya sendiri, tidak berada di bawah group operator hotel lain. Kini bahkan Royal Ambarukmo telah melahirkan hotel baru dengan nama Grand Ambarukmo. Hotel bintang empat ini, berada bersis di seberang jalan depan Amplas (Ambarukmo Plasa). “Kami terus berinovasi untuk membuat tamu merasa betah dan menjadi pelanggan setia kami,” kata Haris Susanto yang mewakili owner Royal Ambarukmo.

Menurut Haris, dibandingkan dengan hotel lain, Royal Ambarukmo memiliki beberapa keuntungan. Selain lokasinya yang strategis, keberadaan situs sejarah yang ada di lingkungan hotel menjadi daya tarik tersendiri. Namun semua itu tentu tak cukup tanpa strategi yang tepat. “Yang terpenting adalah bagaimana membuat tamu merasa homy,” tandas Haris. Royal Ambarukmo bisa kini menciptakan lapangan kerja yang cukup signifikan karena mampu memperkerjakan 400 karyawan di Royal Ambarukmo dan 100 karyawan di Grand Ambarukmo.

Meski tingkat persaingan makin keras, Haris optimis, Royal Ambarukmo akan terus eksis dengan berbagai inovasi yang telah disiapkan. Salah satu strateginya, menjadikan Royal Ambarukmo sebagai bagian dari tranformasi dan revitalisasi budaya. Diakui Haris, ada pesan khusus dari Sultan HB X saat meresmikan pembangunan kembali hotel ini. “Beliau berharap Royal Ambarukmo bisa mengembalikan ikon Jogja ke kancang international. Karena itu kami tidak hanya melayani hotel saja, tapi juga memperkenalkan budaya Jawa kepada para tamu yang datang,” ungkapnya.

Sudarmadi & Giwin W Utomo


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved