Companies

Era Mandiri Cemerlang, Bangun Mini Plant demi Bahan Baku Segar

Johan Rose, Direktur Utama PT Era Mandiri Cemerlang Tbk
Johan Rose, Direktur Utama PT Era Mandiri Cemerlang Tbk. (EMC)

PT Era Mandiri Cemerlang Tbk. (EMC) menjadi emiten ke-11 di tahun ini yang mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia, dengan kode saham IKAN. Perusahaan di bidang pengolahan dan perdagangan hasil perikanan ini didirikan oleh Johan Rose pada tahun 2000. Menurut prospektusnya, dana hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham akan digunakan untuk membiayai sejumlah langkah ekspansi.

EMC awalnya berbisnis dengan memasok ikan segar ke Inggris sebagai negara buyer pertamanya. Lalu, pasar ekspornya berkembang ke Belanda, Prancis, dan Jerman. Sejak semula fokus EMC berorientasi pada pasar ekspor.

Di tahun 2004, EMC mengembangkan usaha dengan berinvestasi membangun pabrik pengolahan di Muara Baru, Jakarta Utara, lengkap dengan peralatan fish processing dan cold storage agar bisa menambah diversifikasi produk. yaitu berupa ikan beku (frozen fish). EMC juga membangun pabrik pengolahan berukuran kecil (mini plant) di Aceh pada 2009 dan di Kupang pada 2012.

Lewat IPO, EMC melepas 40% dari total sahamnya atau sebanyak 333 juta unit saham baru dengan harga Rp 120 per lembar. IPO yang ditangani PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek ini berhasil meraih dana segar Rp 39,99 miliar. Sebesar 79,33% dari dana tersebut akan digunakan untuk membeli bahan baku ikan dan kegiatan operasional lainnya. Kemudian, 13,83% dialokasikan untuk pembelian serta jasa instalasi mesin pembekuan dan pendinginan untuk sarana produksi di Gorontalo. Lalu, 6,84% akan digunakan untuk penambahan mesin baru dan jasa instalasi cold storage perikanan dari pihak ketiga sebagai sarana produksi di Jakarta.

Johan Rose, sang dirut, mengatakan bahwa selain untuk dana operasional, pihaknya akan berekspansi membuat mini plant dengan dana hasil IPO. “Ke depan kami akan membuat mini plant lagi, agar lebih dekat dengan daerah sumber bahan baku dan pasokannya lebih terdistribusi,” katanya.

Lelaki 47 tahun tersebut menjelaskan, mini plant didirikan agar EMC bisa mendapatkan bahan baku segar dari daerah di sekitarnya. Di mini plant tersebut, akan ada pemrosesan produk setengah jadi, yang kemudian dikirim ke Jakarta untuk diteruskan ke proses finishing dan packaging. Saat ini, per bulan EMC bisa memproduksi 60 ton produk jadi. Target tahun ini akan meningkat 20-30%, atau naik dari enam kontainer menjadi tujuh atau delapan kontainer.

Jenis ikan yang dihasilkan EMC antara lain tuna, sword fish, oil fish, red snapper, grouper, mahi-mahi, cumi-cumi, dan gurita. Kini kontribusi penjualan ekspor EMC bisa mencapai lebih dari 90%. Pangsa pasar terbesar adalah Benua Amerika yang mencapai 50% dari jumlah produksi. Wilayah Amerika yang digarapnya meliputi Amerika Serikat, Meksiko, Cile, dan Ekuador.

Pasar ekspor kedua terbesar adalah Benua Eropa, yang meliputi Jerman, Belanda, Belgia, Rusia, Kazakstan, Spanyol, Portugal, Polandia, Turki, dan Lithuania. Lalu, pasar ekspor terbesar ketiga adalah Asia yang meliputi India, China, Vietnam, Hong Kong, Filipina, Kuwait, Bahrain, dan Arab Saudi. Terakhir, Benua Afrika, dengan negara tujuan ekspor Tunisia.

Johan meyakini reputasi yang terbangun selama 20 tahun menjadikan EMC sebagai mitra yang dapat dipercaya oleh pelanggan. EMC menjamin penerapan prinsip Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk memastikan kesegaran dan kualitas keseluruhan produknya. “Selama berdirinya bisnis ini, kami menjalin hubungan yang baik dengan nelayan dan buyers,” ujar Johan. Ia menambahkan, “Karena mayoritas pembeli melakukan repeat order, hubungan yang baik dengan buyers merupakan hal yang penting.” Hal lain yang juga penting adalah menyediakan produk yang sesuai dengan standar negara tujuan.

Dari sisi faktor eksternal, menurut Johan, regulasi pemerintah merupakan satu hal yang paling krusial. Karena itu, pihaknya harus bisa dengan cepat melakukan market switching. “Untungnya, market kami tersebar. Jadi, jika ada satu wilayah mengalami pergolakan, kami masih memiliki market lain,” katanya.

Bicara soal kinerja, EMC mencatatkan penjualan sebesar Rp 57,85 miliar pada kuartal III/2019, atau turun 9,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 63,67 miliar. Turunnya nilai penjualan ini disebabkan oleh penurunan kuantitas penjualan, baik ekspor maupun penjualan di pasar lokal. Akibatnya, laba bersih pada periode yang sama ikut terkoreksi 11,11% menjadi Rp 2,40 miliar dari periode sebelumnya Rp 2,73 miliar. Di tahun 2020, perseroan menargetkan penjualan Rp 150 miliar dan laba bersih Rp 10 miliar. (*)

Jeihan K. Barlian dan Anastasia A. Suksmonowati

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved