Green Companies

L'Oreal Indonesia: L’Oreal for The Future, Komitmen Pembangunan Berkelanjutan L’Oreal 2030

Melanie Masriel, Direktur Communication, Public Affairs, and Sustainability PT L’Oreal Indonesia.
Melanie Masriel, Direktur Communication, Public Affairs, and Sustainability PT L’Oreal Indonesia.

Dari awal eksis di Tanah Air (1979) sampai saat ini komitmen PT L’Oreal Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan tidak berubah. Pada mulanya, perusahaan kosmetik papan atas yang sudah memproduksi 36 merek global –15 di antaranya ada di Indonesia, bahkan menjadi pemimpin pasar di kategorinya– serta memiliki sekitar 900 karyawan di seluruh Indonesia ini mencanangkan komitmen Sharing Beauty with All (SBwA) pada 2013. Sebuah janji “berbagi kecantikan (baca: kebaikan) untuk semua” yang dirancang serius oleh L’Oreal Global dalam rangka membangun pertumbuhan bisnis berkelanjutan di seluruh grup L’Oreal dan para pemangku kepentingan yang ditargetkan berakhir di 2020.

Ada empat pilar dalam SbwA yang ditargetkan rampung tahun ini. Pertama, innovating sustainable , inovasi berkelanjutan; komitmen sepenuhnya L’Oreal untuk memberikan manfaat sosial dan lingkungan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan. Kedua, producing sustainable, berproduksi secara berkelanjutan. Salah satu targetnya, terus mengurangi carbon footprint dan environmental footprint hingga 60%.

Ketiga, living sustainable, hidup secara berkelanjutan. Bagi L’Oreal, berkelanjutan bukan hanya persoalan karbon atau penghematan air, melainkan juga bagaimana membantu orang untuk memilih keputusan/aksi-aksi yang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. “Dalam istilah kami di dunia kecantikan, kami sebut dengan ‘enhancing the beauty of planet’,” kata Melanie Masriel, Direktur Communication, Public Affairs, and Sustainability PT L’Oreal Indonesia.

Keempat, developing sustainable; berkembang secara berkelanjutan. Dalam pilar ini, L’Oreal berkomitmen menyediakan manfaat-manfaat terbaik untuk karyawan, seperti kesehatan, pendidikan, dan pelatihan. “Bahkan, bukan hanya karyawan yang mendapat perhatian kami. Supplier dan komunitas sekitar pun kami dorong keberlanjutannya,” ujar Melanie bangga.

Berkat panduan empat pilar itu, sejumlah pencapaian berhasil diraih. Di antaranya, berhasil mengurangi emisi karbon, bahkan lebih tinggi daripada target semula. “Kami sudah mengurangi sampai 83,9% emisi karbon dibandingkan dengan baseline kami pada tahun 2005,” ungkap Melanie. Bahkan, ia menambahkan, besarannya jauh lebih banyak dibandingkan L’Oreal di seluruh dunia.

L’Oreal Indonesia juga sudah mengurangi konsumsi air sampai 58,9% . Persentase ini pun jauh lebih tinggi dibandingkan di grup global (51%). Selain itu, L’Oreal Indonesia juga sudah ikut mengurangi timbunan sampah sebanyak 57,7%, jauh lebih tinggi daripada di grup global yang baru 35%. “Kami juga sudah zero waste to land-fill, jadi tidak ada lagi sampah kami yang ke TPA selama dua tahun belakangan ini,” ujar Melanie bangga.

Yang tak kalah menarik, enam dari 15 brand L’Oreal Indonesia berhasil mengikuti social biometric-impact yang positif. “Seluruh karyawan kami juga sudah mendapatkan manfaat terbaik, bahkan lebih baik daripada standar-standar yang ditetapkan pemerintah,” kata Melanie. L’Oréal juga telah membantu 90.635 orang dari komunitas yang kurang beruntung untuk mendapatkan pekerjaan melalui program-program solidaritas dalam proses pembelian (purchasing).

Tidak berhenti sampai di sini. Menurut Melanie, program SbwA segera dilanjutkan dengan L’Oreal for The Future, program pembangunan berkelanjutan L’Oréal Group hingga 2030.

Mengikuti agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs Global) yang mengusung tema Mengubah Dunia Kita, secara sistematis L’Oreal Indonesia menjalankan 15 poin dari 17 poin yang ditetapkan SDGs Global. “Jadi, banyak program kami yang didesain untuk mengikuti dan memenuhi target (KPI) SDGs global ini,” ungkap Melanie. Ia menambahkan, sasaran pembangunan berkelanjutan adalah kemiskinan, kesehatan, edukasi, gender equality, clean water, sanitasi, dan green energy.

Melanie mengatakan, tantangan yang dihadapi planet bumi saat ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sehingga, menjadi penting untuk mempercepat upaya pelestarian tempat tinggal yang aman bagi kemanusiaan. Sebab itu, berkembangnya tantangan lingkungan dan sosial membuat L’Oréal harus mentransformasi perusahaan menuju model bisnis yang menghormati planet dan memperkuat komitmen pembangunan berkelanjutan.

Ada tiga komitmen dalam program L’Oreal for The Future. Pertama, bertransformasi untuk memastikan aktivitas perusahaan menghormati batasan-batasan planet. Juga, beradaptasi dengan apa yang dapat diterima planet ini, sebagaimana didefinisikan oleh ilmu lingkungan.

Kedua, memberdayakan pihak-pihak dalam ekosistem bisnis dengan membantu mereka bertransisi ke dunia yang lebih berkelanjutan. L’Oreal membuat komitmen baru untuk memastikan kebijakan pembangunan berkelanjutan para pemasok sama ambisiusnya dengan kebijakan perusahaan, termasuk pemberdayaan kelompok masyarakat sebagai tujuan utama untuk tahun 2030. “Hal ini akan memungkinkan konsumen kami menilai dampak dari setiap produk yang mereka beli dan membuat keputusan dalam pembelian produk secara informatif dan berkelanjutan,” Melanie menjelaskan.

Ketiga, membantu mengatasi tantangan dunia, dengan mendukung kebutuhan dari langkah-langkah pemecahan masalah sosial dan lingkungan yang mendesak. Tidak hanya mentransformasi model bisnis, L’Oreal juga berkontribusi dalam mengatasi tantangan lingkungan dan sosial yang sedang dihadapi dunia.

“Sebagai pemimpin industri kecantikan, kami harus memberikan kembali kepada masyarakat dan memenuhi tanggung jawab kami,” kata Melanie tentang komitmen L’Oreal Indonesia. Hal ini sudah dicontohkan oleh L’Oreal Global, yang menyisihkan anggaran 150 juta euro untuk kegiatan sosial. “Salah satu yang mendapat dana tersebut adalah L’Oreal Indonesia, untuk sustainability social & community. Sedangkan untuk pelestarian hutan dan lahan, serta sektor ekonomi, masih kami perjuangkan,” ungkapnya.

Melanie berharap bisa mendanai program-program yang baik dalam hal circular economy. “Karena, only with circular economy yang ada dampak ekonominya, waste itu bisa tertangani dengan lebih baik,” katanya menegaskan. (*)

Dyah Hasto Palupi/Arie Liliyah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved