Companies

Halodoc, Kian Seksi bagi Investor di Saat Pandemi

Halodoc, Kian Seksi bagi Investor di Saat Pandemi

Sebagai startup company, daya Tarik Halodoc memang luar biasa. Perusahaan rintisan yang didirikan lima tahun lalu ini menjadi incaran investor yang berburu keuntungan dari kenaikan nilai perusahaan. Sampai dengan April 2021, menurut data CB Insight, total dana yang dihimpun perusahaan ini setidaknya mencapai US$ 185 juta, dari beragam investor ataupun venture capital, baik dari luar negeri maupun dalam negeri.

Yang terbaru, pada April 2021, ada suntikan dana US$ 80 juta, salah satunya dari Grup Astra yang menggelontorkan dana sebesar US$ 35 juta. Menurut Doddy Lukito, Chief Business Officer dan co-founder Halodoc, pendanaan tersebut akan dialokasikan untuk memperluas penetrasi perusahaan di berbagai vertikal pelayanan kesehatan utama serta meningkatkan pengalaman pengguna melalui platform teknologi yang akan terus dikembangkan.

Jika dirunut sejak didirikan pada April 2016, seperti ini daftar panjang investor Halodoc. Selain Astra, ada Gojek, Grup Djarum, Clermont Group, WuXi App Tec, SingTel Innov8, Korean Investment Partner, Novo Holdings, UOB Venture Management, Prudential, Bill & Melinda Gates Foundation, Temasek, OpenSpace Venture, Allianz X, Bangkok Bank, Telkomsel, dan Acrew Capital.

Ketika mendirikan Halodoc, visi Jonathan Sudharta, CEO sekaligus co-founder startup ini, adalah membantu membawa layanan kesehatan yang lebih baik ke jutaan orang Indonesia. “Kami ingin mengatasi masalah ini melalui teknologi untuk isu seperti sulitnya akses kesehatan,” ujarnya ketika itu.

Doddy menambahkan, pada prinsipnya, apa yang tawarkan Halodoc tidak berubah. “Kami mencoba menyelesaikan masalah atau sering kali kami sebut pain yang dialami masyarakat terkait pelayanan kesehatan dengan menggunakan teknologi, khususnya aplikasi mobile dan teknologi berbasis web,” ungkapnya.

Namun, dalam praktiknya di Indonesia, layanan telemedicine seperti yang dijalankan Halodoc bukan hanya solusi praktis bagi golongan yang tak terjamah akses kesehatan, melainkan juga masyarakat di kota-kota besar yang ketersediaan layanan kesehatannya ―rumah sakit, puskesmas, klinik, ataupun dokter praktik pribadi― relatif lebih baik. Ini disebabkan telemedicine menawarkan kemudahan dan biaya murah.

Halodoc memiliki sejumlah fitur kesehatan, seperti konsultasi medis menggunakan fitur video call (teleconsultation), pembelian obat melalui apotek, pemeriksaaan lab secara on demand, serta informasi direktori yang memuat informasi dokter dan pusat kesehatan di Indonesia. Jadi, jaringan yang dibangun Halodoc tidak hanya antara pasien dan dokter, melainkan sampai rumah sakit, apotek, hingga laboratorium di berbagai daerah di Indonesia.

Startup ini juga bersinergi dengan penyedia jasa asuransi dan korporasi untuk memudahkan karyawan mendapatkan pelayanan secara maksimal. Halodoc pun menjadi telehealth pertama yang fokus pada kesehatan jiwa dengan menggandeng 200 psikolog klinis, serta meluncurkan layanan kesehatan hewan.

Kehadiran Halodoc makin relevan ketika dunia, tak terkecuali Indonesia, dilanda pandemi Covid-19, yang membuat makin banyak masyarakat yang membutuhkan layanan telemedicine karena adanya pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran Covid-19. Maka, sebagaimana diungkapkan Doddy, Halodoc melakukan beberapa inovasi. Antara lain, memberikan akses pada tes Covid-19 di berbagai rumah sakit, bahkan memiliki fasilitas drive thru di 120 lokasi di 34 kota (per akhir Juni 2021). Juga, membuka pos vaksinasi Covid-19 massal yang kini telah ada di 11 lokasi di sembilan kota.

“Kami juga bergandengan tangan dengan fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit dan klinik, serta sentra-sentra vaksinasi lain, seperti Sentra Vaksinasi Bersama BUMN di Medan, untuk menggunakan aplikasi Halodoc dalam pengaturan jadwal peserta,” tutur Doddy.

Tak hanya itu, Halodoc, Doddy menambahkan, juga berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk membantu fasilitasi penyediaan kebutuhan liquid oxygen bagi pasien terkonfirmasi positif Covid-19 hingga penyaluran konsentrator oksigen, bekerjasama dengan perusahaan distribusi yang merupakan perpanjangan tangan Kementerian Kesehatan RI ke banyak fasilitas layanan kesehatan di di seluruh Indonesia. “Halodoc telah berkembang menjadi provider healthtech terdepan selama lima tahun ini. Kami juga sangat bangga dapat berada di garda terdepan dalam peperangan melawan pandemi Covid-19,” ungkap Jonathan Sudharta dalam perayaan lima tahun Halodoc, 21 April lalu.

Dari segi transaksi, Halodoc pun mengalami pertumbuhan signifikan sejak 2018, hingga 16 kali lipat dengan pertumbuhan pengguna aktif mencapai 25 kali lipat dalam periode waktu yang sama. Saat ini, kata Doddy, ekosistem Halodoc telah didukung lebih dari 20.000 mitra dokter berlisensi, 2.000 fasilitas layanan kesehatan (rumah sakit, klinik, laboratorium, dan sebagainya), serta 4.000 apotek terdaftar yang tersebar di ratusan kota di Indonesia, juga diakui dunia internasional dengan terdaftarnya Halodoc sebagai satu-satunya startup kesehatan dari Asia Tenggara yang masuk daftar bergengsi Digital Health 150 dari CB Insights.

Halodoc telah tumbuh menjadi platform layanan kesehatan terintegrasi yang menghubungkan jutaan masyarakat di Tanah Air. Total pengguna aktif bulanan mencapai 20 juta, mampu menjangkau hampir seluruh wilayah di Indonesia, termasuk daerah terluar seperti Aceh, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. “Kami sangat bersyukur dengan tanggapan dari masyarakat yang menerima layanan kami dengan sangat positif,” ungkap Doddy.

Bahkan, beberapa waktu lalu, lanjutnya, Halodoc pun sempat menempati posisi kedua Aplikasi Trending di App Store Indonesia, bersaing dengan aplikasi lintas sektor, seperti e-commerce dan super app lainnya. Tidak mengherankan jika investor dan venture capital makin kepincut untuk menanamkan modalnya di Halodoc.

Doddy menegaskan, Halodoc terus berkomitmen mengembangkan bisnis ke depan. “Begitu besarnya potensi pengembangan telemedicine di Indonesia, sehingga saat ini fokus kami adalah membantu sebanyak-banyaknya masyarakat Indonesia dalam mengakses layanan kesehatan yang aman dan berkualitas dengan bantuan teknologi di tengah masa pandemi. Dalam jangka panjang, Halodoc akan tetap fokus pada misi utama untuk menyederhanakan akses kesehatan bagi masyarakat,” katanya. (*)

Kusnan M. Djawahir & Jeihan Kahfi Barlian

Riset: Ayusha Laksmi Sitepu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved